webnovel

Chapter6: Pura-Pura

 

Setelah berhasil memukau kedua orang tua Elea Jovanka dihari kemarin saat acara makan malam untuk yang pertama kali bagi Ansel, membuatnya kini bisa bernapas dengan lega.

Respon dari kedua orang tua Elea pada dirinya, mengandung arti bahwa memang keluarga besar Elea sangat mementingkan riwayat asal keluarga dan juga harta, tahta dan martabat seseorang.

Mungkin Ansel bisa bernapas dengan lega saat ini. Tapi, tidak tahu sampai kapan hembusan napasnya bisa mengeluarkan aroma wangi tanpa adanya masalah yang bisa saja membuat dada terasa sesak.

*Malam setelah Ansel pulang*

Suasana di rumah Elea tampak berbeda. Kedamaian yang dirasakan oleh Ansel saat ia berjalan melangkah meninggalkan rumah sang kekasih, ternyata tidak dirasakan oleh kedua orang tua Elea.

Ketika Elea, ibu dan juga sang ayah melihat Ansel alias Alex pergi dengan mobil mewahnya yang tak lain hanyalah mobil sewaan, Elea masuk ke dalam rumah dengan senyum semringah terpancar di raut wajahnya yang ayu bak bunga mawar yang merekah.

"Terima kasih, Yah ... Bu. Aku masuk ke dalam dulu, ya!" ucapan terima kasih pun Elea kumandangkan dengan tulus pada kedua orang tuanya yang masih berdiri di depan pintu.

Mereka pun mengangguk dan mengikuti Elea untuk segera masuk ke dalam rumah.

Semenit ...

Dua menit ...

Hingga Elea pun telah masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua. Ibu dan sang ayah masih duduk di ruang tamu. Sepertinya mereka memang sedang menunggu Elea masuk ke dalam kamar.

''Yah ..., apa kamu yakin akan menerima Alex sebagai kekasih Elea?'' tanya sang istri yang sedang duduk menghadap pak Bakrie.

''Tenang saja, Bu. Ayah tidak benar-benar membiarkan Elea dan laki-laki itu bisa benar-benar menyatu," ujar pak Bakrie.

"Apa maksud Ayah?" tanya ibu Liliana Jovanka.

"Ya ... Kita lihat saja nanti. Karena Ayah sudah memiliki rencana yang terbaik untuk anak gadis kita satu-satunya dan calon pewaris tunggal Perusahaan keluarga ini sehingga Elea tidak akan pernah menjatuhkan nama baik keluarga kita yang sudah terjaga hingga kini," ujar pak Bakrie.

Ibu Liliana yang mendukung penuh disetiap tindakan pak Bakrie dalam hal apa pun, kali ini membuat beliau tampak gelisah karena ini menyangkut kebahagiaan sang putri tercinta, Elea Jovanka.

"Rencana apa yang sedang mas Bakrie pikirkan?" batin bu Liliana seraya menatap wajah sang suami yang sedang melihat fokus ke depan seraya menyembulkan asap rokok yang membuatnya tampak nikmat.

Hingga esok hari pun tiba. Suasana pagi yang terbilang sangat cerah ini, membuat Elea tampak bersemangat untuk mengikuti segala titahan dari sang ayah untuk menjadikannya seorang CEO di Perusahaan keluarga besar Elea tersebut.

Percakapan saat di meja makan pun turut menghiasi pagi hari Elea yang mungkin akan mengubah hidupnya ke depan.

"Elea, hari ini kamu ikut Ayah ke kantor ya! Ayah akan tunjukkan bagaimana nanti sistem kerja Ayah yang harus kamu pelajari," ujar pak Bakrie.

"Baik Yah. Saat ini aku akan turuti mau Ayah karena Ayah sudah menepati janji Ayah untuk memberi restu pada hubunganku dengan Alex."

Pak Bakrie pun melirik pada sang istri saat ia tahu bahwa Elea kini telah jatuh ke dalam perangkapnya atau kepura-puraan sang ayah.

Di saat waktu yang bersamaan, ibu Liliana tampak memancarkan wajah carut marut saat kedua netra sang suami menatapnya penuh makna.

Sesungguhnya, ibu Liliana takut jika Elea tahu bahwa ayahnya hanya berpura-pura.

Acara sarapan pagi pun telah selesai. Elea pergi ke kamarnya untuk mengambil tas dan juga ponsel. Sedangkan pak Bakrie dan bu Liliana masih berada di ruang makan.

Pak Bakrie mengeluarkan ponselnya dan terlihat akan melakukan panggilan. "Mau telepon siapa pagi-pagi begini, Yah?" tanya bu Liliana yang mulai merasa cemas.

"Aku mau telepon Anton," jawab pak Bakrie seraya memosisikan ponselnya menempel di telinga.

"Untuk apa Ayah menelepon Anton?" gumam bu Liliana yang sangat hafal dengan gelagat sang suami jika sudah menghubungi Anton.

"Halo! Anton, saya ada tugas untuk kamu!" ujar pak Bakrie.

Benar saja, Ayah menitah Anton untuk melakukan sesuatu, bu Liliana bergumam lagi.

Sebagaimana yang telah diketahui oleh bu Liliana tentang Anton si ajudan sang suami yang sangat di andalkan itu hanya akan menerima tugas yang serius.

Dan kini, pak Bakrie menghubungi Anton tepat disaat Elea sedang di hadapkan dengan sebuah masalah. Namun bu Liliana tidak menanyakan langsung tentang apa yang di titah oleh pak Bakrie pada Anton, karena memang Elea pun telah kembali dari kamarnya dan siap untuk berangkat bersama sang ayah.

Sesaat sedang di dalam perjalanan menuju kantor, Elea pun dibuat bingung karena sang ayah tidak mengangkat telepon yang terus berdering.

"Ayah ... Ponsel Ayah berdering. Ayah tidak mengangkatnya?" tanya Elea.

"Biarkan saja Elea. Nanti siang Ayah akan bertemu dengannya," jawab pak Bakrie yang tetap fokus pada jalanan yang berada di depannya tersebut.

Tak lama kemudian, Elea dan pak Bakrie pun tiba di kantor Perusahaan milik sang ayah. Elea tampak bergetar hati saat turun dari mobil.

"Ayo, Elea!" Sang ayah pun menggandeng tangan Elea dan mulai melangkah masuk.

Elea tak tahu apakah ini adalah awal yang baik atau justru awal yang buruk bagi hubungan asmaranya dengan Ansel.

Namun, karena sang ayah dengan yakin merestui hubungannya dengan Ansel, membuat Elea pun sangat bersemangat dan antusias terhadap jabatan yang tidak lama lagi akan ia sandang.

Pak Bakrie mengajak Elea masuk ke dalam ruangan kerja yang nanti akan menjadi ruang kerja bagi Elea.

KREK~~~

Pak Bakrie pun membukakan pintu untuk anak tercintanya itu lalu menitah Elea duduk terlebih dahulu.

"Elea, kamu tunggu sebentar ya!" ujar pak Bakrie yang lalu mengambil ponsel dan menelepon seseorang.

Semenit ...

Dua menit ...

Hingga akhirnya suara ketukkan pintu pun terdengar. Masuklah seorang perempuan yang tak lain adalah Rania sekertaris dari sang ayah.

Ia memberitahukan pak Bakrie bahwa tamunya sudah datang. Lalu pak Bakrie pun menitah tamunya tersebut untuk segera masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Siapa, Yah?" tanya Elea.

"Nanti kamu akan tahu, Elea. Tunggu dan bersabarlah!"

Tok ... Tok ... Tok

"Masuk!" teriak pak Bakrie.

KREK~~~

Masuklah dua orang laki-laki. Yang satu masih muda dan satunya lagi terlihat seperti seusia dengan pak Bakrie.

Elea pun berdiri menyambut tamu sang ayah dengan menyunggingkan senyuman manis pada kedua orang laki-laki tersebut.

Meski Elea sangat penasaran, namun ia hanya bisa menuruti apa kata sang ayah dengan menunggu sang ayah menjelaskan siapa mereka sebenarnya.

"Ayo, silahkan duduk!" titah pak Bakrie setelah berjabat tangan dengan tamunya tersebut.