webnovel

Chapter12: Berbincang Dengan Alex

 

BRUG~~~

Ansel menutup pintu mobil Elea ketika mereka telah sampai di depan rumah Ansel pada pukul empat sore.

Pertemuan yang semula diperkirakan akan menyenangkan, telah berubah menjadi pertemuan yang menyedihkan bagi keduanya setelah sikap Ansel yang sedikit berubah terhadap Elea. Ya, walaupun akhirnya mereka bisa mengatasinya dan membuat semua masalah selesai tanpa berlarut-larut.

Elea mengantar Ansel pulang sampai ke depan rumahnya. Di dalam mobil, Elea memerhatikan langkah demi langkah Ansel yang perlahan menjauh hingga ia pun melihat Ansel masuk ke dalam rumah.

*Ponsel berdering*

Elea pun dikejutkan dengan suara nada dering ponselnya ketika termenung memikirkan tentang pertemuan yang akan ia lakoni sore ini dengan Alex, teman lamanya.

Elea segera mengeluarkan ponsel tersebut dari dalam tas kecilnya dan melihat bahwa Alex lah yang menelepon.

Sedikit lama Elea mengangkat telepon dari Alex. Ia masih duduk termenung sembari memegangi ponselnya yang terus berdering.

Hingga akhirnya Elea pun menoleh lagi pada layar ponselnya lalu mengangkat telepon dari Alex.

*Mengangkat telepon dari Alex*

Benar saja, Alex menelepon Elea untuk menanyakan apakah Elea sudah siap untuk bertemu dengan Alex? Karena sampai sore ini, Elea belum juga membagikan lokasi tempat mereka akan bertemu pada sore hari ini.

Dengan tergesa-gesa Elea pun akhirnya menjawab dan berkata bahwa saat ini sedang berada di jalan menuju Flower Cafe & Resto dan menitah Alex untuk segera datang ke Cafe tersebut untuk saling bertemu.

Setelah Alex mengiyakan ucapan Elea, mereka pun mengakhiri perbincangan mereka dan langsung pergi ke tempat tujuan.

Flower Cafe & Resto, 16.59 WIB ...

Elea mematikan mesin mobil tepat saat ia memarkirkan mobilnya di area parkir Flower Cafe. Ia menghela napas panjang dan sesekali memejamkan kedua matanya dengan dalam.

"Haaaah ... Aku harus berkata apa nanti saat bertemu dengan Alex?" gumam Elea seraya menyandarkan tubuhnya ke bangku mobil dengan kedua tangan masih memegangi setir mobil.

Elea menoleh pada Cafe yang terlihat ramai dan terpaksa harus turun dari mobil karena mungkin Alex sudah sampai lebih dulu.

BRUG~~~

Langkah demi langkah Elea lakoni hingga ia pun akhirnya sampai di depan pintu masuk Flower Cafe.

Elea tampak mencari-cari meja bernomor 19 yang telah ia pesan saat di perjalanan setelah menelepon Alex.

Samar-samar terlihat seorang laki-laki berparas tampan dengan setelan baju yang sangat rapi sedang duduk seraya menyesap kopi yang telah ia pesan.

Elea segera menghampirinya.

"Hai ... Alex!" sapa Elea ketika ia berada di samping meja yang sedang ditempati oleh Alex.

Alex pun menoleh. Ia terperangah saat melihat sosok teman lamanya yang hampir dua tahun tidak saling menyapa tersebut.

"Elea!" Alex berdiri tanpa mengedipkan kedua matanya saat memandangi Elea.

"Kamu tidak berubah, Elea. Masih saja cantik seperti dulu saat kita masih sering menghabiskan waktu bersama sepulang kuliah," batin Alex yang hampir tak bisa berkata-kata saat melihat Elea berdiri di sampingnya.

Elea pun duduk. Ia pun sama canggungnya dengan Alex yang tak langsung banyak bicara satu sama lain.

Semenit ...

Dua menit ...

Alex mulai melirik lagi ke arah Elea yang terlihat gugup sembari memegangi kuku-kukunya dengan tatapan kosong.

"E---Elea ...," ucap Alex yang sama gugupnya.

Elea menoleh. Ia memberhentikan kedua tangannya yang sedang ia mainkan tersebut.

"I---Iya, Lex ... Oh ya, apa kamu sudah pesan makan atau minum?" tanya Elea yang terlihat dua kali lebih gugup dari Alex. Ia bahkan tak melihat bahwa Alex sudah memesan secangkir kopi yang kini berada di depan mereka.

Alex pun menjawab, "Aku ... Sudah pesan kopi. Ini kopinya." Elea melihat ke arah kopi tersebut dan sedikit merasa malu saat ia menyadari bahwa ia tak bisa fokus.

Dengan melihat sikap Elea yang seperti itu, Alex pun terpaksa memberanikan diri untuk lebih aktif dalam bertanya agar suasana pun tak secanggung ini.

Dari mulai kabar hingga alasan mengapa mereka hilang kontak pun sudah dipertanyakan oleh Alex. Hingga Elea bisa lebih santai ketika mereka saling bernostalgia.

Hingga waktu pun terus berjalan. Di menit pertama memang Alex membuka percakapan dengan begitu santainya sehingga tak membuat Elea curiga dengan poin sebenarnya Alex ingin bertemu.

Saat Alex melihat Elea sudah mulai enak untuk di ajak bicara, dan Elea pun telah menghabiskan sepiring cake kecil yang hendak ia pesan tersebut, kini Alex bertanya lagi pada Elea saat mulut manis Elea sedang tersenyum setelah menceritakan kenangan mereka semasa kuliah.

"Elea ...," panggil Alex. "Hah ..., ada apa Lex? Kenapa kamu terlihat canggung seperti itu?" tanya Elea yang tak lagi khawatir dengan Alex yang bisa saja mengetahui sesuatu tentang yang menjadi poin utama mereka bertemu.

Sorot kedua netra Alex tampak menatap serius kedua mata indah Elea yang sedang berbinar.

"Apa kamu sudah memiliki seorang kekasih?" pertanyaan Alex berhasil membuat raut wajah Elea pun berubah menjadi serius. Bibir manisnya tak lagi ia sunggingkan.

"P---Pacar? Kenapa tiba-tiba kamu pertanyakan hal itu?" tanya Elea seraya mengerutkan kedua alisnya.

"Ada apa dengan pertanyaanku Elea? Apa terdengar aneh jika aku ingin tahu tentang kehidupan asmara kamu saat ini? Ya ... Sebagai seorang teman, aku pun ingin tahu tentang apa yang telah terjadi pada hidupmu akhir-akhir ini," ujar Alex.

Elea pun merasakan ada keanehan dalam diri Alex. Pasalnya, selama ini Alex tidak pernah pertanyakan masalah pribadi Elea dan Elea pun memang tidak terlalu terbuka soal percintaannya pada Alex seperti yang dikatakan oleh Alex bahwa Elea tidak pernah terbuka soal asmaranya pada dirinya.

"Tidak ... Hanya saja, tak biasanya kamu pertanyakan hal seperti itu padaku. Sudahlah Lex, jangan dulu bicarakan hal itu ya, aku sedang tidak ingin membahasnya," jelas Elea.

Sontak jawaban dari Elea membuat Alex semakin merasa penasaran. "Apa seberat itu masalah percintaan yang sedang dihadapi oleh Elea?" batin Alex.

Namun Alex pun tak mau memaksakan dan mendesak Elea dengan berbagai pertanyaan inti yang sangat ingin ia ketahui tentang Elea yang memakai identitasnya.

Alex pun berpikir untuk melakukannya dengan perlahan hingga Elea yang akan berbicara sendiri tentang biduk permasalahan asmaranya yang ditentang oleh sang ayah.

Elea pun pamit pulang pada Alex setelah banyaknya perbincangan di antara mereka yang sama sekali tidak menemukan titik terang tentang rasa penasaran Alex terhadap Elea.

Alex pun mengizinkan Elea untuk pulang. Setelah melihat Elea berjalan menjauh darinya, Alex pun memikirkan cara lain untuk mencari tahu tentang Elea dan siapa sebenarnya kekasih Elea sampai-sampai Elea harus membohongi sang ayah dengan memakai identitas dirinya.

Namun kendati begitu, Alex tak marah jika alasan Elea jelas tentang dirinya melakukan semua itu.