webnovel

4. MENEPI

Sejak kedatanganya ke rumah Senja, membuat suasana hati kian tak menentu arahnya. Bara tak lagi seceria dulu saat bertemu Anya, hatinyapun tak berbunga-bunga seperti sebelumnya. Bara menjadi lebih pendiam, tapi untuk Anya, diamnya Bara adalah candu yang membuat Anya makin mencintai laki-laki berbadan sixpack itu. "Sayang.... " Anya mencium pipi kiri Bara dengan centilnya kemudian mencubit hidung mancung Bara. Bara hanya diam dan membalas dengan senyuman yang tidak begitu ikhlas. "Kenapa sih sayangkuuuuu? Bete gitu wajahnya?" Anya mulai menunjukkan perhatian. "Gak apa, cuma lagi males aja" jawab Bara malas. "What??? malas??? ada aku lhooooo!!! malas?" Anya terheran. " Eh iya... lagi gak enak badan , jadinya malas ngapa-ngapain" Bara menjawab dengan menutupi jika hatinyalah yang dilanda kemalasan. "ooooh.... aku beliin sesuatu ya? biar moodnya bagus lagi , staminanya okay. ya... ya...ya..." Anya lebih perhatian lagi. " Enggak... nggak usah sayang, aku ke UKS aja ya, istirahat bentar" menjawab Anya dengan berdiri dan mencubit kecil pipi lembut Anya. Mereka sebenarnya dua sejoli yang masih terbilang romantis, tidak pernah sekalipun Anya bertengkar hebat dengan Bara. Mereka saling pengertian satu sama lain, eits.... bukan berarti tak ada perselisihan, mereka pernah berselisih faham tapi entah siapa yang salah dan benar saat ada perselisihan kecil, keduanya selalu secepatnya saling meminta maaf.

Bara masuk ke ruangan yang memiliki tiga bed abu-abu dilengkapi kelambu warna senada. Ia menjatuhkan badanya di bed ujung dekat tembok toilet UKS, memandangi langit-langit bermotif zigzag. Ingin sekali matanya terpejam sesaat, melupakan keresahan hati dan jiwanya. "Neng.... abang kangen" gumamnya dalam hati, Bara begitu tersiksa dengan perasaannya, ia ragu dengan apa yang ia jalani dan rasakan. Bara mencoba memejamkan mata, ia berharap dengan pejaman mata, ia akan tertidur dan sedikit mengobati gundah gulana hatinya. Namun ia hanya mencoba dan terus mencoba, tanpa sanggup memejamkan mata dengan sebenarnya pejaman. Akhirnya diapun mengambil Hp disaku celana, melihat kembali memory dalam HPnya, banyak foto dan vidio disana. "Senja..." sebutnya lirih, tanpa terasa air matanya terjatuh, ia mulai menangis. Semantara itu Anya yang akan masuk selangkah lagi didepan pintu untuk melihat keadaan kekasihnya, tiba-tiba menghentikan langkahnya , ia mengamati Bara yang sedari tadi menangis melihat ke layar HPnya. Anya berusaha lebih mendekat lagi, untuk mengetahui mengapa, apa, siapa yang dilihat oleh Bara hingga membuatnya menangis. Tapi, Anya tak bisa mendapat jawabnya hingga akhirnya Anya memutuskan untuk masuk dan menenangkan Bara. "Sayang..." suara Anya seketika membuat Bara menghapus air matanya, Anya memandang Bara penuh tanya. " Kenapa sampai nangis sih yang? ngelihat apa?" tanya Anya. "Eh...aku pusing ini tadi coba lihat-lihat vidio jadi tambah pusing" Bara mencoba mencari alasan. Tapi jawaban Bara tak membuat Anya percaya begitu saja, karena Bara adalah lelaki tangguh yang tak akan menangis hanya karena pusing.

***

Beberapa hari ini Bara terlihat begitu berbeda, sikap dan kebiasaanyapun beberapa telah berubah, Ia sering tiba-tiba melamun. Anya merasakan perubahan yang terjadi pada Bara, perubahan yang sangat membuatnya tak nyaman tapi Anya adalah gadis yang setia dan selalu berusaha memperbaiki sesuatu yang ia anggap tidak benar. Ia mencari dan terus mencari tahu hal apa yang sekiranya membuat sang kekasih berubah. Anya membuka tas Bara saat Bara ijin ke kamar kecil ataupun saat istirahat, sepulang sekolah ia juga mengikuti Bara hingga sampai rumah, tapi Anya tak pernah menemukan sesuatu yang aneh disana. Mungkin karena saat itu memang belun waktunya Anya tahu, hingga suatu hari dimana tanda tanya semakin menjadi- jadi. Bara bersikap sewajarnya pada Anya, tapi untuk Anya semua telah sedikit berbeda, Anya tak lagi nyaman dengan sikap Bara namun Anya tak ingin pergi dari kehidupan Bara. Hari itu Anya kembali mengikuti Bara diam-diam, " Selamat siang tante" terdengar suara Bara dari kejauhan. Bara menghampiri seorang ibu berusia paruh baya yang terlihat masih sangat cantik. Bu Nita menggandeng Bara masuk ke dalam rumah, ini membuat Anya tak bisa mendapatkan informasi apapun. Lama Anya menunggu Bara keluar dari rumah itu, namun Anya tetap menunggu. Terlihat dari kejauhan Bara keluar rumah tersebut bersama seorang gadis cantik seumuranya, ia terlihat begitu akrab dengan Bara. Ya... selama ini Bara tak pernah menceritakan sosok Senja pada Anya,mungkin karena Bara tak ingin ada kecemburuan yang tak wajar dihubungan mereka. Kemudian Anya mengikuti Bara lagi, ternyata Bara langsung pulang ke rumah.

***

Semalaman Anya terus memikirkan peristiwa siang tadi, " apa hubunganya Bara dan tante- tante itu ya? daaaaaan.... siapa cewek cantik yang mengantar dia sampai depan pintu? aaaah.... Bara.... kenapa kayak gini sih?" gerutu Anya dalam hati. Anya terus mencari tahu, sosial media Bara, barang kali ia bisa menemukan sesuatu disana. Tapi... semua sosial media Bara FB, IG, hingga TikTok diprivasi membuat Anya sulit mencari info lebih lagi. Anya mencoba menghubungi Bara dengan chat Whatsapnya

Anya: "Sayang... udah tidurkah?" Bara tak membalas chat dari Anya, membuat Anya semakin cemas. Menunggu dan menunggu kabar dengan memainkan HP, menggeser- geser layar tak jelas. Sampailah dibalas oleh Bara dan seketika membuat Anya sedikit lega.

Bara: "Maaf yang aku tadi masih keluar dan gak bawa Hp"

Anya: " Oh.... tumben gak bawa hp yang"

Bara: "Ketinggalan, cuma keluar sebentar kok"

Anya: " Besok ada acara kah?"

Bara: "Ada, besok mau ngantar Mama ke rumah saudara"

Anya: "Oh..... ya udah, ati2 ya.... besok kabar-kabar ya"

Bara: " Ok"

Chat keduanya pun berakhir, namun ini membuat Anya semakin gelisah. Karena tak biasanya Bara mengakhiri chat sesingkat itu, selian itu biasanya saat Anya mulai mengirim chat pasti Bara akan langsung menelfon dia tapi kali ini benar- benar berbeda. "Haruskah aku membiarkanmu sejenak menikmati keraguan hati yang tersirat diwajahmu Bar" menangis dan memeluk bingkai foto berdua hingga terlelap dalam tidur.