webnovel

Hati Yang Gelisah

" Om!" sapa Brian saat Steven mengunjunginya di penjara. Steven yang tadinya sedang duduk, lalu berdiri berdiri. Brian mengulurkan tangannya pada Steven, Steven menerima uluran tangan Brian. Bukkk! Tiba-tiba Steven memukul Brian dengan sangat keras hingga dia terhuyung beberapa langkah ke belakang, sudut bibirnya berdarah karena sobek. Brian hanya diam, dia merasa jika dia memang berhak mendapatkan akibat apa yang terjadi pada Ashley. Jika saja malam itu dia menemani Ashley, maka gadis itu tentu akan masih hidup sekarang. Polisi yang berada disitu langsung memegangi tangan Steven agar tidak memukul Brian lagi.

" Jika bapak tidak bisa bersikap tenang dan sopan, maka lebih baik bapak keluar dari sini!" kata penjaga itu.

" Maaf, Pak! Saya tidak akan melakukannya lagi!" kata Steven, lalu penjaga itu melepas Steven.

" Kamu tidak apa-apa?" tanya polisi itu pada Brian.

" Tidak, pak! Saya baik-baik saja!" jawab Brian. Kemudian mereka berdua duduk berhadapan dipisahkan oleh sebuah meja.

" Om nggak nyangka kamu akan tega melakukan itu!" kata Steven emosi.

" Saya tidak bersalah, Om!" kata Brian tegas.

" Mana ada maling yang ngaku!" kata Steven marah.

" Saya akan buktikan pada Om! Bahwa bukan saya yang memperkosa Ashy! Ashy memang menemui saya, tapi saya sudah suruh dia pulang!" kata Brian.

" Dia mencintaimu, brengsek! Dan kamu sudah berjanji padanya!" kata Steven menatap tajam Brian dengan penuh emosi.

" Om salah! Saya tidak pernah berjanji padanya! Saya suruh dia datang 5 tahun lagi agar dia bisa belajar dengan baik dan membantu Om mengurus perusahaan, tapi dia salah mengartikannya!" jelas Brian datar.

" Itu karna dalam pikirannya kamu menunggunya!" kata Steven lagi.

" Saya memang salah tidak menjelaskan padanya!" kata Brian.

" Kamu memang brengsek! Aku harap kamu membusuk dipenjara!" kata Steven,

" Bukan salah saya jika banyak wanita menginginkan saya!" kata Brian dingin.

" Kau...!" Steven menahan amarahnya sambil mengepalkan tangannya, sedangkan Brian menatap pria setengah baya itu dengan tajam. Tidak ada ekspresi ketakutan di wajah Brian, karena dia tidak takut dengan apapun atau siapapun.

" Hukum dia seberat-beratnya!" kata Steven pada polisi yang berjaga disitu lalu pergi meninggalkan Brian yang diam dengan wajah tenangnya. Kenapa Danis belum datang juga? Pasti ada yang bermain dibelakang ini semua! Dan aku akan menghancurkan kalian! batin Brian marah saat telah dimasukkan lagi ke dalam selnya. Zahirah! Sabarlah sayang! Tolong percaya padaku! batin Brian frustasi. Dia takut jika Arkan mengatakan kejadian hari itu dan keluarga Fatma pasti akan marah. Dia memejamkan mata dan menarik rambutnya.

Ditempat lain, Danis mengalami sedikit kesulitan dalam menyelidiki kasus Ashley, hal ini dikarenakan ada pihak yang menghalang-halangi penyelidikannya. Tapi dia terus berusaha dengan menghubungi beberapa kenalannya guna mencari tahu siapa dalang di balik itu. Sebenarnya kejadian itu bersamaan dengan kepergiannya ke Malaysia, hanya saja alibinya lemah karena saat kejadian pemerkosaan Brian sedang sendirian di apartementnya sepulang bekerja dan yang lebih memberatkan adalah Ashley mengirimkan pesan padanya.

Fatma termenung di kamarnya, dia ingin mengunjungi Brian di penjara, tapi Brian telah melarangnya datang. Dia hanya bisa berdo'a, meminta pada Allah SWT agar melindungi suaminya dari segala godaan syetan dan fitnah manusia. Abi dan Ummi memandang putrinya dengan perasaan sedih setelah shalat isya'.

" Fatma!" panggil Abi malam itu.

" Ya, Abi?" jawab Fatma.

" Apa kamu baik-baik saja, nak?" tanya Abi.

" Alhamdulillah, Fatma baik, Bi!" jawab Fatma mencoba untuk tenang.

" Boleh Abi tahu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Abi lagi dengan lembut.

" Jika kamu merasa tidak nyaman dengan semua ini, apapun keputusanmu, kami akan mendukungmu, nak!" kata Ummi dengan tersenyum. Kedua orang tuanya memang sangat menyayangi anak-anaknya dan mereka tidak pernah terlalu mencampuri urusan anak-anaknya jika memang mereka anggap masih bisa diatasi.

" Lebih baik kamu minta talak padanya, Fat!" kata Arkan tiba-tiba.

" Astaghfirullah, Arkan! Allah sangat membenci perceraian, apa kamu lupa hal itu?" kata Abinya kaget.

" Tapi dia telah mencemarkan nama baik keluarga kita, Bi! Untung saja kamu menolak menikah resmi dengannya!" kata Arkan sedikit emosi. Abi dan Ummi hanya menarik nafas panjang mendengar ucapan Arkan. Fatma tidak menyalahkan abangnya karena mengatakan hal itu, dia tahu jika abangnya sangat menyayanginya dan ingin yang terbaik untuknya.

" Abang akan minta Harun untuk mengkhitbahmu!" kata Arkan.

" Arkan! Itu bukan hakmu untuk melakukan!" kata Abi marah.

" Tapi Arkan tahu jika Harun menyukai Fatma, Bi!" kata Arkan.

" Fatma akan memberinya kesempatan, Bi! Ummi! Bang!" kata Fatma ditengah ketegangan antara mereka. Arkan terkejut mendengar ucapan Fatma.

" Dia pernah menyelamatkan kehormatan keluarga kita, sekarang impas! Jika dia melakukannya lagi, maka dengan seizin Abi dan Ummi, Fatma akan melepasnya!" tutur Fatma.

" Tapi, Fat..."

" Arkan!" panggil Abi sedikit teriak. Arkan terdiam, dia menundukkan kepalanya.

" Jika memang itu keputusanmu, lakukan yang menurutmu baik untuk dirimu dan keluargamu!" kata Abinya.

" Terima kasih, Abi!" jawab Fatma lega.

Di hari kedua Danis baru bisa menembus penghalang kasus Ashley.

" Tuan Steven! Anda akan mendapat balasan dari Bosku!" kata Danis ambigu. Ternyata Stevenlah yang menghalang-halangi penyelidikannya selama ini, untung Danis memiliki banyak koneksi. Pagi-pagi mereka berempat telah mendatangi club milik teman Brian itu.

" Jadi mereka berdua ada di tempat kejadian malam itu?" tanya Danis pada Lou, manager club dimana Ashley ditemukan tewas bunuh diri.

" Iya, Dan! Mereka pergi kira-kira menjelang subuh!" kata Lou.

" Jadi mereka yang melakukan!" kata Danis dengan wajah marah. Danis menghubungi seseorang dengan ponselnya.

" Blokir semua jalan keluar kota dan negeri untuk Rino dan Noval!" kata Danis pada orang tersebut.

" Apa? Kapan? Brengsek! Hubungi anak buahmu disana, bawa mereka kembali! Hidup atau mati!" kata Danis marah.

" Bagaimana, Dan?" tanya Dedi.

" Mereka pergi kemarin pagi! Tapi anak buah gue akan membawa mereka pulang!" kata Danis tegas.

" Sekarang apa yang kita lakukan?" tanya Edwin.

" Gue udah meminta penangguhan penahanan pada Hakim kemarin!" kata Dedi.

" Apa kata mereka?" tanya Danis.

" Bos bisa bebas hari ini!" kata Dedi.

" Kalo gitu kita segera menyusul dia! Bahkan keluarganya!" kata Danis.

" Tapi Bos mau hal ini tidak diketahui siapapun!" kata Dedi. Mereka pergi menuju ke kantor polisi untuk menjemput Brian. Fatma menatap pakaian Brian yang tergantung dilemarinya, dia merasa ada yang hilang dalam dirinya. Meskipun dia tidak pernah bersikap sebagai istri yang sebenar-benarnya, tapi dia merindukan pria itu. Dia rindu sapaannya di pagi dari, dia rindu pesan yang dikirimnya saat akan pulang ke rumah, dia rindu mendengar suaranya memanggil namanya jika ada yang tertinggal, dia rindu...! Fatma meneteskan airmatanya. Kelembutan dan kesabaran Brian telah membuatnya jatuh, pesona Brian memang tiada duanya. Seorang gadis lembut dan saleha seperti Fatma bisa jatuh kedalam pesona seorang Brian, yang kata Arkan seorang pria brengsek yang memiliki banyak wanita. Tapi dimana salahnya? Salahkah jika Fatma jatuh cinta pada Brian? Tidak ada yang salah, dia telah sah menjadi suaminya, terlepas pandangan Arkan padanya. Apakah salah jika dia merindukannya? Apa salah jika dia memikirkannya? Tidak sama sekali. Brian tidak pernah kasar apalagi menyakiti dirinya, bahkan dia yang terkadang sedikit kasar padanya.