webnovel

9. Satu Keturunan Lagi

Lan Yunxi berjalan mendekati Chen Biyun yang dalam keadaan berdiri dengan tubuh terikat tali miliknya. Pria itu memutari tubuh Chen Biyun. Menurut rumor yang didengar Lan Yunxi, Chen Biyun dulunya adalah kstaria sejati, seorang kultivator suci dan sering membela kaum yang lemah. Namun semuanya berubah setelah ambisi dengan Giok Biru. Pria itu berubah sangat pesat dan membantai banyak orang demi ambisinya.

"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?" tanya Lan Yunxi dengan tajam.

"Menurutmu aku orang yang bisa disuruh?" Chen Biyun balik bertanya, bukan menjawab pertanyaan Lan Yunxi.

"Chen Biyun," desis Lan Yunxi.

"Ada apa, Tuan Lan Yunxi?" tanya Chen Biyun lagi.

"Tuan muda Lan Yunxi, putra mahkota kerajaan Villain, orang yang sama yang sudah menghabisi Klan Wei sampai habis. Menelantarkan perempuan dan anak-anak kecil," ujar Chen Biyun menatap dengan sinis ke arah Lan Yunxi. Lan Yunxi mengepalkan tangannya dengan kuat, kejadian itu sudah lama terjadi.

"Lan Yunxi oh Lan Yunxi … Bagaimana bisa seorang kultivator suci seperti dirimu membunuh juga para anak-anak dan wanita? Klan Wei habis tidak tersisa, kerajaan jatuh di tangan Klanmu. Kultivator suci ini sudah mengotori tangannya dengan darah orang yang tidak bersalah."

Chen Biyun terus mengoceh dengan senyum sinis yang menghiasi wajahnya. Bukan hanya senyum, sesekali pria itu akan tertawa seorang diri. Menertawakan wajah Lan Yunxi yang saat ini sudah mengetat tanda amarah Lan Yunxi mulai tersulut. Andai Chen Biyun hanya mengatakan Lan Yunxi membabat habis Klan Wei sampai tidak tersisa, mungkin keadaannya berbeda. Lan Yunxi tidak akan tersulut amarah karena itu benar adanya. Namun, Chen Biyun menyebutkan Lan Yunxi membunuh para perempuan dan anak kecil, seingatnya Ia tidak pernah melakukan hal itu.

"Lan Yunxi oh Lan Yunxi … Klan Wei yang kamu babat habis masih tersisa dua keturunan. Satu yang mati di hadapanmu lalu hidup lagi, dan yang kedua adalah anak di mana mengalami trauma besar karena di umurnya yang masih kecil harus melihat peperangan yang dasyat, dan seumur hidupnya tidak akan melihat lagi siapa ayahnya. Anak itu sangat cantik," oceh Chen Biyun.

"Siapa yang kamu maksud?" desis Lan Yunxi menarik pedangnya dengan cepat.

Su Zanghi menahan tangan Lan Yunxi. "Lan Yunxi, tenang, jangan terpancing Chen Biyun. Dia hanya ingin membuatmu emosi," ujar Su Zanghi.

"Aku sudah melihatnya, anak kedua dari Klan Wei berada di sekitar sini. Dia sangat cantik, aku sudah mengejarnya, tapi sayangnya dia pintar bersembunyi." Chen Biyun semakin semangat membuat Lan Yunxi marah. Chen Biyun tahu betul kelemahan Lan Yunxi, yaitu anak kecil dan perempuan.

Di Negeri Bougenvilla, siapa kultivator yang tidak mengenal Lan Yunxi. Namanya selalu diagung-agungkan oleh para kultivator lain. Chen Biyun tahu betul tentang sosok di hadapannya.

"Klan Wei selalu mengeluarkan bibit yang sangat unggul. Wei Lian Zai, dan satu lagi, Wei … Wei …."

Lan Yunxi sangat menanti nama yang akan disebutkan oleh Chen Biyun. Tiba-tiba rasa penasaran itu ada di hati Lan Yunxi. Di otaknya ada satu nama yang terus berputar, pria itu mengepalkan tangannya dan berharap bukan nama itu yang disebutkan Chen Biyun.

"Ah aku lupa siapa namanya. Yang pasti dia cantik dengan kulit seputih susu, lesung pipi, hidung yang mancung dan selalu menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya. Tapi sayangnya, gadis itu hanya gadis lemah biasa yang ingatannya sudah dihapus oleh Wei Lian Zai karena trauma. Gadis itu tidak akan berdaya saat tengah malam … Akhhh …." Ocehan Chen Biyun terhenti dan digantikan dengan teriakan nyaring saat Su Zanghi menendang dadanya dengan kencang. Chen Biyun terlempar dengan kencang tepat mengenai batu besar.

Su Zanghi menarik pedangnya dan ingin menancapkan ke dada Chen Biyun. Namun suara Lan Yunxi menghentikannya. "Tuan Su, Tunggu!" cegah Lan Yunxi. Su Zanghi memasukkan kembali pedangnya.

Lan Yunxi menatap Chen Biyun yang masih sempat-sempatnya tertawa. Lan Yunxi sangat penasaran dengan nama keturunan Wei itu. Ciri-ciri yang disebutkan Chen Biyun sangat familiar untuknya.

"Siapa?" tanya Lan Yunxi dengan tajam.

"Kenapa? Apa kamu mau membantainya lagi?" tanya Chen Biyun.

"Siapa?" tanya Lan Yunxi mengulangi. Namun Chen Biyun tidak kunjung menjawab.

Kini giliran Lan Yunxi yang menarik pedangnya, pria itu mengarahkan pada Chen Biyun. Namun, tubuh Chen Biyun langsung hilang seketika.

Lan Yunxi dan Su Zanghi menatap sekelilingnya, mencari keberadaan Chen Biyun yang sudah hilang entah kemana.

"Tidak mungkin Chen Biyun bisa kabur dari kunci yang aku buat," ucap Lan Yunxi.

"Dia mempunyai sihir dari Sekte Xing," timpal Su Zanghi. Lan Yunxi mencengkram pedangnya dengan kencang.

"Wei Lian Zai … Wei …"

"Cukup!" sentak Lan Yunxi menghentikan Su Zanghi yang akan menebak nama keturunan kedua dari Wei.

"Guru Lan, apa guru menebak satu orang yang sama?" tanya Su Zanghi.

"Tidak," jawab Lan Yunxi. Lan Yunxi berjalan tergesa-gesa untuk melanjutkan perjalannya.

Lan Yunxi tidak ingin tahu dan tidak mau tahu soal siapa klan Wei yang masih hidup. Wei Lian Zai masih hidup tidak membuat Lan Yunxi kaget, karena Wei Lian Zai mempunyai Aurum core dalam tubuh dengan kekuatan yang tidak bisa diragukan. Aurum Core yang tertanam di diri Lian Zai tidak mudah hancur, meski sudah ditusuk dengan pedang dan darah yang mengucur, Lian Zai bisa cepat memperbaikinya.

Su Zanghi mengikuti Lan Yunxi dari belakang, pria itu mempunyai satu nama yang tepat berada di otaknya. Namun ia tidak berani menyebutkannya. Perjalanan Su Zanghi ke desa Hilling sampai tepat di sore hari. Saat memasuki gapura masuk ke desa, suasana sudah sangat ricuh dengan para warga yang berlarian kesana kesini dengan panik. Suara anak-anak kecil yang menangis juga terdengar tidak kalah memekakkan telinga.

"Tuan Lan, awas!" ujar Su Zanghi. Lan Yunxi menebas ular kecil yang ingin menyerangnya. Su Zanghi juga menarik pedangnya ketika ular-ular kecil mulai mendekatinya.

Tidak hanya satu ular, tapi ada banyak ular kecil yang terus menyerang warga dan menyerang dua pangeran yang baru datang.

"Ini bukan ular biasa," ucap Lan Yunxi menebas kepala ular yang terus mengganggunya.

"Tuan Su, ajak warga untuk menyingkir, aku akan mengatasi semua ini," ucap Lan Yunxi lagi. Su Zanghi menganggukkan kepalanya, pria itu bergegas menuju kerumunan warga.

"Ayo menyingkir dulu, aku dan Guru Lan akan mengatasinya," ucap Su Zanghi pada warga.

"Ular kecil-kecil ini sangat banyak, bagaimana bisa Tuan Su melawan berdua?"

"Menyingkir dulu, ularnya semakin banyak, jangan sampai membuat kalian tumbang satu persatu," kata Su Zanghi memaksa warga untuk mengikutinya.

Su Zanghi menatap satu bangunan besar, pria itu menendang pintu dengan kencang. Su Zanghi membuka telapak tangannya, cahaya biru muncul dari sana. Su Zanghi melempar cahaya biru pada bangunan besar itu.

"Ayo semuanya masuk!" titah Su Zanghi. Semua warga berbondong mengikuti arahan Su Zanghi, anak-anak yang ketakutan pun dibawa ibunya untuk turut serta.

Su Zanghi menutup pintu dan menguncinya dari luar. Pria itu kembali merentangkan telapak tangannya, melempar cahaya biru untuk melindungi seluruh warga yang bersembunyi di aula. Beberapa ekor ular hitam berusaha menerobos aula itu, tapi tidak bisa menerobos mantra yang diberikan Su Zanghi. Su Zanghi menebas kepala ular itu satu persatu.

Lan Yunxi memegang pedang di tangan kanannya, pria itu merentangkan tangan kirinya dengan memejamkan matanya, seketika pedang baru muncul di tangan kirinya. Lan Yunxi menggerakkan dua pedangnya untuk membabat habis ular yang berjatuhan dari atas dengan membabi buta. Semakin lama ular yang jatuh semakin banyak. Lan Yunxi tidak gentar sekalipun, pria itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyerang ular-ular itu.