webnovel

21. Tingkah Feifei

Lan Yunxi melempar robekan buku-buku itu ke atas. Li Wen memekik histeris melihat bukunya yang kini hancur lebur. "Bukuku!" pekik pria itu berusaha menangkap sobekan-sobekan kertas dari bukunya.

"Hahahaha …." Suara tawa menggelegar membuat semua orang menatap ke arah satu gadis yang tertawa itu sembari memegangi perutnya.

Feifei tertawa seorang diri sembari memegangi perutnya yang sakit karena terlalu kencang tertawa. Feifei menertawakan wajah Lan Yunxi yang memerah sampai sebatas telinga juga wajah Li Wen yang tidak terima bukunya dirobek.

"Guru Lan, kenapa bukuku disobek?" pekik Li Wen tidak terima.

Lan Yunxi meraih satu sobekan dan menunjukkan pada Li Wen, di mana sobekan itu ada gambar seorang perempuan dan laki-laki tengah berciuman.

"Jelas di peraturan padepokan tidak boleh membaca atau melihat hal-hal yang berhubungan dengan-"

"Bukan aku, Guru. Buku itu memang milikku, tapi isinya adalah puisi, bukan gambar mesum," sela Li Wen membela diri.

"Aku berbicara yang sebenarnya guru, aku memang sering membaca kisah cinta bergambar, tetapi setelah masuk padepokan, aku tidak membuka lagi buku itu. Guru sudah salah paham, itu buku puisi, aku tidak tahu kenapa bisa ada gambar begitu," jelas Li Wen lagi.

Feifei semakin kencang tertawa, gadis itu lah dalang di balik kemarahan Lan Yunxi dan Li Wen yang tertuduh. Dengan sihirnya Feifei mengubah isi buku Li Wen menjadi gambar mesum.

"Feifei!" desis Lan Yunxi menarik pedangnya.

"Eh eh … jangan main pedang, Guru. Aku hanya bercanda," ucap Feifei memundurkan tubuhnya.

"Sudah berapa kali kamu melanggar peraturan? Dan untuk ke sekian kali kamu membuat ulah dengan mengubah isi buku Li Wen. Feifei, sebenarnya apa maumu?" desis Lan Yunxi mencengkram tangan Wei Feifei dengan kencang.

"Ahhh aduh aduh … sakit," pekik Wei Feifei mencoba melepaskan cengkraman tangan Lan Yunxi, tetapi Lan Yunxi seolah enggan melepasnya. Wajah Lan Yunxi masih memerah dan wajahnya terasa panas.

Andai Guru Su Ziran yang melihat kelakuan Feifei, sudah pasti akan terkena serangan sakit mendadak.

"Hukuman apa yang harus aku berikan padamu, Feifei?" tanya Lan Yunxi mendesis. Feifei sudah berkali-kali mendapat hukuman, tetapi gadis itu sama sekali tidak jera.

"Guru Lan, sudah waktunya kita pergi," ujar Kai Wenning menginterupsi. Lan Yunci melepaskan cengkraman tangannya pada Feifei.

"Eh kalian mau kemana? Aku ikut," ujar Feifei segera mendekati Wenning.

"Kita mau berburu," jawab Kai Wenning.

"Aku ikut."

"Tidak," ucap Lan Yunxi yang tidak setuju.

"Perjalanan kali ini berbahaya, kultivator dengan ilmu rendah tidak diperkenankan ikut," jelas pria itu.

"Tidak masalah, aku bisa jaga diri," jawab Feifei.

"Feifei, kami akan segera kembali. Kamu tunggu di sini saja," kata Kai Wenning.

"Feifei, silahkan ikut." Su Zanghi ikut bersuara, pria itu mempersilahkan Feifei ikut dengan senyum simpul yang tersungging di wajahnya.

"Tapi-"

"Tidak apa-apa guru, Lan. Feifei juga perlu belajar untuk menghadapi bahaya di luar," sela Su Zanghi membuat Lan Yunxi terdiam.

Lan Yunxi berjalan terlebih dahulu, Su Zanghi, Kai Wenning dan Feifei pun mengikuti. "Aku juga ikut!" pekik Li Wen berlari menyusul guru dan temannya. Su Zanghi menganggukkan kepalanya yang membuat Li Rouwan pun turut ikut.

Li Rouwan tidak ingin ikut karena ia takut, tetapi ia malu bila kembali seorang diri sedangkan teman-temannya pada ikut. Dalam hati Li Rouwan merutuki Feifei yang sok jagoan dengan ikut di perjalanan berbahaya. Andai Feifei tidak ikut, pasti ia juga tidak terseret di dalamnya.

Lan Yunxi dan lainnya keluar dari kawasan sungai dan menuju ke desa Cenze. Keadaan desa Cenze sangat sepi, hanya beberapa penduduk yang berkeliaran melakukan aktifitas. Feifei memutar-mutar serulingnya, sesekali gadis itu melemparnya lalu menangkapnya kembali. Feifei benar-benar tidak bisa diam. Gadis itu terus bertingkah yang membuat Lan Yunxi, Su Zanghi, Kai Wenning dan dua temannya lelah menatap gadis itu.

"Feifei, bisa berhenti bertingkah? Aku capek melihat tingkahmu," sinis Li Rouwan.

"Gak usah dilihat," jawab Feifei asal.

"Kamu!" desis Li Rouwan yang ingin memukul Feifei, tetapi tangannya langsung ditepis Kai Wenning. Li Rouwan pun terdiam sembari menundukkan kepalanya. Lirikan Kai Wenning sangat tajam membuat Li Rouwan takut.

"Guru Lan, kali ini apa yang akan kita buru?" tanya Feifei. Lan Yunxi menggelengkan kepalanya.

"Apa hewan-hewan yang dikendalikan ilmu sihir seperti ular kemarin? Atau manusia? Atau monster? Atau hantu? Atau-"

"Semuanya," jawab Lan Yunxi.

"Wah, aku tidak sabar untuk menangkap mereka," jawab Feifei yang sama sekali tidak ada takut-takutnya.

"Tuan Su, kenapa Anda mengajak Feifei?" bisik Lan Yunxi dengan pelan.

"Aku tahu Guru Lan ingin dia ikut," jawab Guru Su. Lan Yunxi segera memalingkan wajahnya malu. Su Zanghi cukup peka apa yang diinginkan Lan Yunxi, ia tidak salah mengajak Feifei ikut karena sebenarnya itu juga keinginan Lan Yunxi.

"Tunggu!" Feifei berucap sembari menghentikan langkahnya.

"Ada apa?"

Feifei terdiam sejenak, gadis itu menajamkan pendengarannya. Kai Wenning yang melihat itu segera siaga di samping Feifei, takut-takut ada bahaya menyerang, pun dengan Lan Yunxi.

"Feifei, apa yang kamu dengar?" bisik Lan Yunxi.

"Ayo ikut aku!" ajak Feifei berlari terlebih dahulu.

"Feifei!" teriak Kai Wenning segera mengejar adik mantan sahabatnya. Kai Wenning benar-benar menepati janjinya untuk menjaga Feifei, tidak akan ia biarkan Feifei tergores barang secuil pun.

Feifei memilih terbang menggunakan ilmu sihirnya, Lan Yunxi dan lainnya mengikuti Feifei. Feifei terbang menuju ke Hutan Cenza di mana ada hutan akar yang sangat lebat. Di hutan itu dipenuhi ilalang dan akar yang saling bergandengan satu sama lain. Hutan itu juga menjadi sarang lebah hitam.

Feifei mendarat tepat di tengah-tengah hutan, begitu pun Lan Yunxi dan lainnya. Lan Yunxi menatap sekelilingnya yang tidak ada orang sama sekali.

"Biasanya hutan ini dipenuhi petani madu, tetapi kenapa satu pun dari mereka tidak ada?" tanya Lan Yunxi.

"Ada," jawab Feifei.

"Apa maksudmu?"

"Lihat!" titah Feifei menunjuk ke arah kanan di mana banyak petani tengah tidak sadarkan diri dan terbelit dengan ilalang. Lan Yunxi membulatkan matanya melihat itu. Li Rouwan dan Li Wen mendekati Su Zanghi karena merasa takut.

"Ba … bagaimana bisa orang itu terbelit ilalang?" tanya Li Rouwan.

Suara seruling samar-samar terdengar, Feifei semakin menajamkan pendengarannya. "Tahan pendengaran kalian, ada seruling yang ingin menarik jiwa," ucap Feifei. Feifei memutar tubuhnya dan mengeluarkan sihirnya. Cahaya putih Feifei lemparkan ke penjuru hutan menangkis suara seruling yang tengah berbunyi.

"Seruling sihir," ucap Lan Yunxi. Lan Yunxi menarik pedangnya dan mengarahkan pada ilalang yang membelit orang-orang, sedangkan Feifei terus melempar sihirnya untuk menangkal suara seruling itu.

"Ilalangnya bergerak," pekik Li Rouwan. Ilalang itu bergerak menyerang mereka. Kai Wenning menarik pedangnya dan menebas ilalang yang menyerangnya, begitu pun dengan Lan Yunxi yang mulai menyerang ilalang ganas itu.