webnovel

Tanjung Merah

Mereka bermain ditanah merah kawasan pemakaman.Aku memandang mereka heran.Mereka seolah melihat dan balik memandangku tajam san sendu menjadi satu.Seolah sebuah kesalahan aku berada di sini.

Tac_Sya · Adolescente
Classificações insuficientes
2 Chs

SATU

Namaku Dara,aku kelas XI SMU dan tepat hari ini aku berencan berlibur ke Kampung tempat kelahiran Ibu ku.Dimana disana Nenek ku tinggal.Entahlah aku tak ingat lebih tepatnya tak tahu nama dari desa itu.karena aku merasa itu hal yang tabu.Oke mungkin aku termasuk orang yang parno-an terhadap apa saja yang membuatku tak suka.Tapi ini diriku bukan orang lain.

"Dara cepat turun sebentar lagi kita berangkat!" panggil Ibu ku berteriak, yang membuat gendang telingaku seperti akan pecah saja.

"Iya bu," sahut ku sambil menuruni anak tangga.Ngomong-ngomong aku akan berlibur ke tanah kelahiran Ibu ku itu, bersama Ayah dan Ibu ku dan tentunya aku sendiri.

"Sayang cepat!" Ayah ku mulai bersuara dia terlihat kesal karena menungguku,terlalu lama.Hmmm bisa di bilang aku ini anak yang cukup lelet,ibu sering mengataiku lelet.

"Iya ayah aku sudah disini...!!" sahutku memposisikan diriku senyaman mungkin duduk di kursi mobil sambil memainkan hp.

"Ayo kita berangkat!" seru ibuku semangat.Dia tak sabar ingin cepat-cepat sampai berbeda dengan ayah ku yang diam saja pokus ke jalanan.

Begitu pun dengan ku yang entah mengapa tak ingin pergi aku merasa ini salah dan tak seharusnya aku pergi.Tapi ya sudah,aku tak terlalu memusingkan hal itu karena mungkin,ini hanya perasaan ku saja yang mungkin tak mau meninggalkan rumah.

Tak terasa matahari sudah sangat terik, perjalan begitu terasa singkat,aku melirik Arloji ditangan ku,menunjukan sudah pukul 1 lebih.

Aku merasa mulai mengantuk ku taruh handpone ku.Memposisikan diriku senyaman mungkin untuk tidur karena perjalanan ini akan masih sangat panjang dan melelahkan.Tak menunggu waktu yang lama aku tertidur,terlempar ke dalam mimpi.

"Mas kenapa yah Ibu menyuruh kita untuk berlibur ke rumahnya yah.Dan kita harus membawa Dara juga,untung Dara mau di ajak ke rumah ibu untuk berlibur?" tanya Lilis kepada Hendra.

"Mungkin dia ingin melihat cucunya," jawab Hendra melirik Lilis.

"Hmm...mungkin tapi aku merasa ada yang aneh gitu," ucap Lilis terlihat resah.

"Masa orang dari tasi mas perhatiin kamu seneng,mungkin kamu ngerasa aneh karena Dara juga ikut." ucap Hendra menggenggam tangan Lilis.

"Mungkin" ucap Lilis pelan merasa tak yakin.

Dalam hati Hendra juga merasakan perasaan yang sama seperti Lilis.

"Ayah tolong carikan wc umum aku kebelet!" seru Dara di tengah-tengah percakapan Lilis dan Hendra.

Aku terbangun karena panggilan alam yang sudah hampir di puncaknya.Ayah yang mendengar ucapanku memberhentikan mobilnya.

"Cepat turun dan jangan lama-lama!" suruh Ayah ku.

"Iya Yah"

"Dira sayang jangan lama-lama!" teriak Ibu ku mengeluarkan kepalanya keluar jendela mobil.

Aku mendengar teriakan Ibu ku,berlari sekencang mungkin menuju tempat wc umum.Yang di sebelahnya terdapat sebuah warung yang sedikit tertutupi dedaunan menjalar ke dinding-dinding tembok.Tapi ya sudah tak apa-apa yang penting urusan ku tuntas.

"Huh leganya" monologku

"Ini Emba uangnya," aku memberikan uang lima ribu, kepada wanita yang usianya berkisaran 30 tahunan.

"Iya neng terima kasih!" ucap emba itu tersenyum sambil terus menatapku .Tanpa berkata-kata aku langsung berlari ke arah mobil.

"Dara apakah sudah selesai?" tanya Lilis menoleh ke belakang.

"Udah bu" jawab Dara

"Ayah,Ibu apakah perjalannya masih jauh?" tanyaku melihat Arloji di tanganku, menunjukan pukul lima sore.

"Iya sebentar lagi kita sampai palingan juga 30 menit lagi." Sahut Ayah ku.

Huh ya ampun aku merasa sangat lelah,ini perjalanan yang menguras tenaga,bokong ku saja sampai kebas.Apalagi Ayah yang sejak pagi menyetir tak henti-henti.Dan ibu dia asik memakan cemilan sambil menyuapi ayah.

Aku memilih melihat-lihat pemandangan yang masih asri.Hingga tatapanku berhenti kepada segerombolan anak-anak yang sedang bermain di tanah merah kawasan kuburan.

Satu kata untuku 'ANEH' mengapa tak ada rasa takut di hati anak-anak itu.Dan mengapa orang tua anak-anak itu tak melarang anaknya.ini sudah akan menjelang magrib dan mereka masih bermain.

Aku makin menatap intens anak-anak itu.Namun tiba-tiba mereka balas menatapku dengan tajam tanpa berkedip seakan-akan tatapan itu hanya tertuju untuk ku saja.

Hmm, mungkin aku salah, bisa saja mereka hanya menatap mobil yang jarang lewat ke Desa mereka.Hingga begitu penasaran siapa yang di dalam mobil.Tapi itu Kemungkinan ku saja.

Tak terasa mobil yang dikendarai Ayah pun sampai di sebuah halaman rumah yang cukup besar menurutku.

Rumah nenek ku itu cukup terpisah jauh dengan rumah warga lainnya.Tapi menurut ku lebih baik begini dan agak jauh juga dengan pemakaman itu.

"Assalamualaikum...!!!" ucap kami, Ayah,Ibu dan aku bersamaan dengan tas dan koper di tangan masing-masing.

"Waalaikumsalam,eh kamu toh Lis,Hen,ayo cepat masuk,sekalian bawa barang-barang mu juga,keburu magrib pamali...!" suruh nenek ku cepat dengan terburu-buru.

"Baik Bu" ucap Ibu ku,kemudian masuk bersama aku dan ayah.

Nenek ku tinggal bersama dengan seorang wanita entah siapa, aku tak tahu.

Setelah sampai diruang tamu,aku secara langsung mendudukan diriku sementara ayah dan ibu mereka berdua entah kemana mungkin ke kamar untuk membereskan pakaian mereka.

Aku melirik wanita tadi yang duduk di sebelah ku yang terhalang dua kursi dia terus menatapku tajam,dengan suara dentingan jam dan lampu yang pencahayaan nya sedikit suram menambahkan kesan sunyi sekaligus sedikit horor menurutku.

Tak ingin berlama-lama aku pergi menyusul ayah dan ibuku.Tanpa mengucapkan sepatah katapun.