webnovel

Tanjung Merah

Mereka bermain ditanah merah kawasan pemakaman.Aku memandang mereka heran.Mereka seolah melihat dan balik memandangku tajam san sendu menjadi satu.Seolah sebuah kesalahan aku berada di sini.

Tac_Sya · Adolescente
Classificações insuficientes
2 Chs

DUA

Bulu kundu ku seakan meremang menengok ke belakang.Kearah wanita itu yang masih menatapku hingga aku hilang dari pandangannya.

Aku pergi ke kamar Ayah dan Ibu,untuk menanyakan letak kamarku kepada mereka.

"Ayah,Ibu!" panggil Dara kepada Hendra dan Lilis yang sedang mengemasi barang-barang nya.

"Iya ada apa Dara?" tanya Hendra kepada Dara.

"Kamar ku di mana yah?" balik Dara bertanya.

"Kamar kamu yang paling depan,pintu warna putih" jawab Lilis.

"Iya bu" ucap Dara berlalu pergi meninggalkan kamar Hendra dan Lilis.

Aku menuju bilik kamar yang tadi di bilang ibu padaku.Kamarnya kecil hanya mampu menampung ranjang saja dan terdapat pula sebuah jendela kecil menghadap jalan.Dan bila jendelanya di buka dengan lebar akan terlihat juga pemakaman tadi.

Kubereskan barang-barangku lalu merebahkan tubuhku yang sangat lelah ini. Kemudian suara Adzan pun terdengar,segera aku bangun bersiap-siap untuk salat.

Ku hampiri nenek ku dikamarnya menanyakan letak kamar mandi.Karena ini pertama kalinya aku berlibur ke rumah nenek ku.

"Nek Dara mau nanya,kalo kamar mandinya dimana ya nek?" tanyaku kepada nenek yang sedang duduk menunduk diranjangnya,tanpa melihat ke arah ku.Nenek juga tak menjawab pertanyaan ku,dari tadi dia hanya diam saja.

Ku tunggu sekitar 5 menit dan nenek masih enggan menjawab,dalam benak ku apakah nenek tak pegal dari tadi menunduk diam tanpa gerakan.

Merasa terus diabaikan akupun pergi tak lupa berpamitan kepada nenek

"Nek Dara pergi yah." pamitku kepada Nenek yang dari tadi tak merespon diriku sedikit saja.

Kuhampiri Ayah yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Ayah kamar mandi dimana yah?" tanyaku kepada Ayah.

"Disebelah dapur" jawab Ayah yang masih fokus ke siaran televisi.

Mendengar jawaban ayah aku bergegas pergi.

Kulihat di dapur ada Ibu dann jugaa nenek.

Ohh Astaga ini benar-benar hal yang ganjil aneh mengapa ada nenek disini bukannya tadi dia dikamarnya.

Merasa penasaran kutepuk pundaknya dan merasakannya ternyata dia berwujud,dia benar-benar nenek.

"Astaga Dara kamu toh ini.ngagetin nenek saja kamu." kata nenek menengok ke arahku sambil tersenyum.Aku termenung dan mataku melirik ibu yang cekikikan membasuh sayur yang aka di masak.

Merasa penasaran aku-pun bertanya kepada nenek,cepat sekali dia berada di dapur.

"Nenek bukannya tadi nenek ada di kamar?" tanya ku penasaran bercampur khawatir kepada nenek dengan jantung yang berdegup kencang.

"Nenek dari tadi berada disini kok" bukannya nenek yang menjawab tapi ibuku.

"Tapi tadi-"

"engga ada tapi Dara,cepat ambil wudhu sebentar lagi kita makan!" suruh Lilis tak terbantah.

Merasa aneh akan yang terjadi barusan,aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk berwudu.

Kamar mandi nenek cukup besar dalam ukuran rumah di desa.Setelah berwudu aku pergi kekamarku untuk memunaikan shalat.

Kupakai mukena pemberian dari nenek.Kemudian aku salat tepat menghadapan langsung ke jalanan.

Pada saat shalat tanpa sengaja pandanganku mengarah kejalanan aku melihat sosok putih sangat putih namun aku tak melihat wajahnya.Astagfirullah ku pejamkan mataku sesaat lalu melanjutkan shalat dengan mata yang tertutup dan rasa takut yang kian menjadi.

Selesai shalat buru-buru kulipat mukena dan sejadah nya tanpa melihat ke arah jendela.Lalu keluar kamar setengah berlari menuju meja makan yang telah ada nenek,ayah,ibu,dan juga wanita itu yang menunduk menatap makanan yang telah tersaji di hadapannya.

"Dara ayo duduk kita akan makan!" ajak nenek kepadaku.

Aku melihat 5 piring yang telah terisi nasi dengan lauk pauknya seakan-akan makanan itu sudah dijatah dan harus habis.

"Hmm iya nek," ucapku kepada nenek dengan mendudukan diriku disebelah ayah dihadapan wanita itu.Sampai sekarang aku tak tahu dia itu siapa.

Aku mulai memakan nasi dengan lauk pauknya begitupun dengan ayah dan lainnya.

Pada saat suapan pertama aku tak merasakan apa pun kecuali sedikit rasa seperti ingin mual.

Aku tak menghiraukan-nya mungkin saja rasa ingin mual ini muncul karena perjalanan tadi yang dari pagi sampai sore tak henti-henti.

Pada suapan ke 2 masih sama hingga berlanjut suapan ke 6 yang membuat ku tak tahan karena perutku semakin bergejolak.Buru-buru ku ambil air dihadapanku,meneguknya serakus mungkin.

Ku angkat kepalaku melihat wanita itu yang seakan sama sepertiku.Lalu kulirik Ayah terlihat dari raut mukannya dia menahan mual berbeda dengan ibu dan nenek yang terlihat biasa saja.

Aneh ini benar-benar aneh mengapa wanita itu dan juga ayah merasa mual sepertiku berbeda dengan nenek dan juga ibu.

Lalu aku melirik pirring yang masih berisi makanan dihadapanku.

"Aarrgghhh...!!!"

Teriakku yang sekilas melihat piring yang awalnya nasi dan lauk pauknya kini berisi belatung bergelinjangan.

"Ada apa Dara?" hampir semua bertanya kecuali wanita itu yang menatapku dingin dengan pancaran mata penuh misteri aku tak tahu tatapan seperti apa itu.