webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Terror
Classificações insuficientes
56 Chs

Mantra Darah

"Bagaimana kalau kau, serahkan peliharaanmu padaku? Aku lebih tahu apa yang dia butuhkan..." ejek siluman tersebut. Jelas sekali matanya sangat menginginkan hewan berbulu ini.

Guk!! Guk!!

Grrrrr

"Tenanglah. Dia dalam pengaruh Sergei!! kau tidak boleh menyerangnya. Lagi pula kau bukan tandingannya" Hisashi memperingatkan makhluk berbulu agar lebih realistis.

"Cepat cari cermin bunganya. Agar aku bisa pergi ke dunia cermin bunga. Aku ingin lebih berguna untukmu!!" seru makhluk berbulu itu mengingat tujuan awal mereka masuk ke ruangan luas ini.

"Ingin lebih berguna atau ingin cepat naik level?" sindir Amarru terang-terangan dalam pikirannya.

"Hey, kau belajar etika tidak?! jangan suka menguping pembicaraan orang!" geram makhluk berbulu tersebut kesal.

Dia menghubungi pikiran Hisashi agar hanya hisashi yang dapat bicara dengannya tetapi Amarru mengganggu privasinya.

Siluman tingkat 10 melompat ke arah Theodor sekaligus, menembakkan tenaga dalam yang sudah di beri kekuatan spiritual api, ke arah Hisashi. tetapi si hewan berbulu melompat, melindungi Hisashi sehingga serangan itu mengenai kaki kanannya.

Lucas terkejut karena benda aneh yang salah sasaran itu, justru terbelah menjadi dua. Satu menembus kulit kaki makhluk berbulu, satu lagi terlontar ke arah pelipis Lucas!!

Lucas berusaha lari tetapi kakinya membeku ditempat saking paniknya. Hasilnya, dia malah jatuh ke lantai. Benda yang mampu membakar makhluk hidup tersebut kini berada di depan wajahnya!!

Zrrrrrsssss

Mata Lucas terbuka semakin lebar. Bibirnya berkedut antara takut sekaligus kaget mendapati dirinya lolos dari bahaya karena Marcus, menangkap energi berwarna merah darah tersebut, yang bergolak-golak seolah mendidih, dengan telapak tangan kirinya.

Akibat dari kenekatan Marcus, ruhnya sekarang berkedip-kedip seperti terakhir kali roh Diandra akan musnah dari dunia.

"Tuan Mar-cus" kata Lucas kaku dan terbata-bata karena Marcus memberi isyarat agar Lucas merahasiakan hal ini dari Putranya.

"Ssst. Perhatikan bandul kalung berbentuk botol kecil di lehernya. Ambil bandulnya. Itu berisi mantra darah. Selama dia memakai benda itu, maka Sergei akan terus mengontrol siluman itu. Jika kau..."

bzzzzzt

Cahaya roh Marcus berkedap kedip lebih intens membuat wajah Lucas makin memucat.

"Jika kau berhasil mendapatkannya simpan bandul itu dan bawalah pergi. Kelak Putraku membutuhkannya" Marcus melanjutkan kata-kata terakhir lalu menghilang.

Zrasss

Traaang tang tang!!

Suara tumbukkan antara tenaga dalam dan pedang memekakkan telinga.

"Lucas! Apa yang kau lakukan?! bantu kami mencari cermin bunga. Atau kau ingin benar-banar tersambar oleh serangan siluman?!" teriak Eve yang sibuk berusaha membantunya berdiri.

Asal kalian tahu saja setelah Marcus menghilang dari pandangan Lucas, Eve berlari ke tempat Lucas berada. Lalu berulang kali gadis tersebut berusaha mengangkat Lucas dengan menopang tangan kanannya tetapi seolah pria muda ini membeku di tempat.

Eve mencoba sekuat tenaga untuk membuat Lucas berdiri tetapi tenaganya tidak cukup kuat. Saking kesalnya Eve terhadap Lucas yang tak sedikit pun berusaha bekerja sama dengannya, Eve langsung meneriakinya.

"Dengar. Meski serangan siluman itu tidak melukaiku, kurasa hawa panas yang disebabkannya saat mendekat ke arahku tadi memengaruhi setiap sendi tubuhku" erang Lucas berjuang untuk bangkit tetapi gagal.

"Omong kosong!! kau hanya merasa ketakutan. Sehingga memengaruhi fungsi kakimu!! cobalah sedikit mengontrol pikiranmu!!" bentak Eve tak mau mendengar ucapan Lucas yang baginya hanyalah omong kosong.

"Eve!! ambil bandul kalung di leher siluman itu dan simpan baik-baik. Ada roh yang bilang padaku kalau Theo akan membutuhkannya suatu saat nanti"

"Konsentrasi pada kondisi tubuhmu dahulu bodoh" bahkan Eve berusaha memijat kedua kaki Lucas agar sedikit lentur.

"Sebelum ada yang terluka lakukanlah. Ku mohon. Mantra darah yang membuat siluman itu menjadi berbahaya" kali ini Lucas menghaluskan cara bicaranya agar Eve mau mendengarkan.

Eve mengangguk lalu berlari mencari peluang untuk mendekat ke arah siluman tetapi sesuatu justru menariknya ke belakang, lalu mendarat di samping Hisashi.

"Apa yang kau lakukan? harusnya kau mencari cermin bunga dengan yang lainnya. Bukan melawannya" omel Hisashi sambil terus mengawasi Amarru yang sedang bertarung.

"Bekerja sama lah denganku. Kata Lucas, bandul kalung itu yang menjadi alat Sergei untuk mengontrol si siluman" bisik Eve.

"Minta Theo untuk membantu kami mengambil bandul kalungnya. Dan kau, cukup cari di mana cermin bunganya" sahut Hisashi sambil memerhatikan bandul yang melingkar di leher siluman.

"Mantra darah..." gumam Hisashi ketika Eve mulai bergerak mendekati Theo.

Amarru menghunuskan pedang ke depan berusaha menusuk perut siluman tetapi siluman ini justru menggenggam pedang milik Amarru, mencengkeramnya kuat.

Cairan hitam menetes dari genggaman tangan siluman. Amarru merasa ada harapan untuk sekadar melukainya sehingga tidak mengganggu Theo dan kawan-kawan.

Saat dia ingin lebih menekan pedangnya ke telapak tangan si siluman, dia merasa kekuatan gurunya mendadak menarik tubuhnya menjauh dari si siluman.

Mata Amarru terbelalak lebar menyadari pedang miliknya ternyata meleleh!! cairan hitam itu terus menetes mendekat ke jari tangan Amarru. Melihat kejadian ini sangat cepat, Hisashi langsung menebas sisa pedang di tangan Amarru agar patah, dan terlepas dari tangan Amarru.

Baaats!!

Aaaaargh!!

Jelas reaksi Amarru kesakitan. Pedang itu ditanam di dalam kulit telapak tangan pemiliknya jadi, ketika pedang harus di singkirkan, otomatis akan membuat kulit telapak tangannya terkelupas dan berdarah.

Spontan Hisashi marah besar melihat muridnya menderita begini. Hisashi melompat, dan menendang perut si siluman. Yang ditendang akhirnya terhuyung kebelakang untungnya, ada Theo yang diam-diam menyelinap di belakang siluman tersebut!

Sehingga, ada kesempatan bagi Theo, untuk mengaitkan pedangnya ke rantai kalung milik si siluman. Ujung pedang yang paling tajam mampu melepaskan kaitan kalung.

Dengan tangkas Theo menggunakan ujung pedangnya lagi untuk menangkap kalung yang akan segera meluncur jatuh, untuk melemparnya ke atas udara, sekaligus mengarahkannya ke posisi dia berdiri sekarang.

Berhasil!!

Sekarang kalung berbandul tersebut sudah ada ditangan Theodor tanpa cacat. dia bertanya-tanya mau diapakan benda ini? jujur saja kepala Theodor mendadak berdenyut cukup mengganggu ketika, telapak tangan kirinya menyentuh bandul berisi mantra darah.

Melihat reaksi Theo terhadap bandul tersebut, membuat Hisashi bersiul cukup kencang sehingga Theo menatap ke arahnya. Saat itu, Hisashi memberi kode pada Theo agar dia melemparkan kalung berbandul botol kristal kecil berwarna merah terang tersebut kepadanya.

Dengan senang hati pria muda tersebut melemparkan kalung itu ke tangan Hisashi. dia sangat bersyukur akhirnya denyutan di saraf kepalanya segera menghilang setelahnya.

Siluman tingkat 10 jatuh ke lantai dengan linglung. dia mengerjapkan mata berulang kali untuk mendapatkan kesadaran penuhnya. Nampaknya dia cukup terkejut melihat wujud aslinya sendiri ketika dia menatap warna telapak tangannya.

Mengapa aku kembali kewujud asliku? dan tiba-tiba bersama dengan para manusia ini. Apa Diandra baik-baik saja? batin si siluman mulai cemas.

Hey, bantu aku dahulu. Aku ini terluka karenamu tadi. Manusia-manusia di sini membutuhkan bantuanku tetapi mereka tidak bisa menyembuhkan aku dengan cepat. tiba-tiba siluman itu merasakan ada siluman tingkat rendah, yang mengajaknya berkomunikasi.

Dia mencari arah suara siluman tersebut. Dan mulai sadar bahwa hewan roh, yang sedang mengajaknya bicara.

Aku melukaimu? jangan mengada-ada protes siluman tak percaya.

"Muridku juga terluka karenamu. Lihatlah sendiri seberapa parahnya itu" kata Hisashi ikut mengajak siluman tingkat 10 berbicara.

Siluman tingkat 10 segera mengubah wujudnya ke wujud manusia. Bahkan para manusia sungguhan pun akan sulit mengenali kalau yang di depan mata mereka sekarang adalah manusia tiruan.