webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Terror
Classificações insuficientes
56 Chs

Aku Akan Tinggal

"Ini sangat membingungkanku. Dalam penglihatanku Dad mengirimkan sebuah pesan pada seseorang bernama Oliver Fernand."

"Ku pikir ini hanya kebetulan namanya Oliver. tetapi Dad sempat menoleh memerhatikan sebuah foto yang diletakkannya di atas meja kerjanya. Di foto itu ada gambar Dad dan Oliver" tambah Theo suaranya begitu berat.

"Maksudmu Oliver Fernand?" Zack memotong.

"Aku merasa dia Oliver Kelz. Oliver yang selama ini tumbuh besar bersamaku"

"Jadi bagaimana bisa Oliver kenal dengan Dadmu Marcus? Sementara Dad dan Mom angkatmu saja tidak mengenalnya" Lucas memotong.

"Aku pikir dia memang Oliver. tetapi logikanya itu mustahil. Bagaimana bisa Oliver dalam foto itu bisa mempertahankan wajahnya yang muda sampai sekarang? Seharusnya dia sudah seumuran Dad" jawab Theo penasaran.

"Kecuali Oliver Kelz... juga merupakan anak angkat Pamanmu. Itu bisa menjelaskan bahwa dia keturunan dari Pria bernama Oliver Fernand" sambung Kabil sambil memerhatikan kuburan kedua orang tua Theo yang telah dibongkar, sudah kembali seperti sediakala. Para penjaga kuburan pun berpamitan untuk pergi setelah menyelesaikan tugas mereka.

"Biarkan timku yang mencari tahu identitas Oliver ini. Jangan bertindak ceroboh sebelum kami dapat mengumpulkan seluruh informasi tentangnya" Kenatt memberi peringatan pada Theodor mengingat rekannya itu selalu bertindak sesuai keinginan sendiri.

Perjalanan pulang.

Setelah mereka memasuki mobil, Kenatt terlihat mulai sibuk menghubungi rekannya yang lain. Meskipun akan sangat mudah apa bila Theo secara pribadi mengorek informasi sendiri, tetapi Kenatt memikirkannya kembali. Kalau ada kenyataan yang sengaja dirahasiakan oleh keluarga si Oliver, tentu saja akan sulit bagi Theo mengorek informasinya.

"Armian akan memberi tahu hasil penyelidikan sesegera mungkin" Kenatt menoleh ke jok belakang mobil menatap Theodor setelah selesai memberikan perintah.

"Semoga informasi itu datang sebelum hari ini berakhir..." desis Theodor sambil bersandar dan memejamkan mata sejenak.

"Sudah kubilang jangan terburu-buru" Kenatt langsung bereaksi keras untuk memperingatkan lawan bicaranya.

"Aku merasa batasanku hanya sampai hari ini. Dan aku tidak akan pernah tahu setelah aku tidur, aku akan terbangun sebagai diriku sendiri lagi, atau diriku yang lain" Theo membuka matanya menatap Kenatt tanpa binar kehidupan dalam iris matanya.

Tak ada jejak kehidupan dalam sorot mata Theo membuat Kenatt merinding sekaligus ketakutan.

"Kalau begitu lawan dia jangan menyerah" Nauctha menggenggam erat telapak tangan kekasihnya.

"Dia terlalu kuat bagiku" Theodor menggeleng. Penghiburan Nauctha tidak ada artinya.

"Dia memang terlalu kuat atau kamu sendiri yang enggan melawan balik?" suara Hisashi di jok paling belakang menguarkan energi mengintimidasi jiwa lemah dalam diri Theodor.

"Puluhan kali aku mencoba melawannya sejak masuk rumah itu. Puluhan kali juga aku dikalahkan. Semakin lama aku merasa mata ini semakin sulit untuk dibuka" Theo mengusap wajahnya berulang kali mengingat masa terburuk yang harus dijalaninya sendirian.

"Sejak masuk rumah itu? tunggu. Saat Theo berlibur dengan kita dia memang tidak tidur berjalankan? Apa ini artinya ada masalah dengan rumahmu?" Nauctha mulai mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lain.

"Omong kosong. Aku tidak tidur sambil berjalan. Buktinya jelas terlihat dalam rekaman CCTV, mataku terbuka lebar. Kalian juga lihat sendiri kan?"

"Tubuhku seolah memiliki kesadaran penuh dengan apa yang kulakukan itu. tetapi jelas.... bukan aku yang sedang mengendalikan tubuhku" wajah Theodor memucat mengingat apa yang dia lihat dengan kedua matanya sendirian.

"Kau pernah tinggal di luar rumah? selain saat kita berlibur bersama?" Nauctha mencoba memancing agar dia yakin dugaannya tepat atau salah.

"Tidak"

"Mengapa tidak mencoba tinggal di tempat Zack, atau Lucas?" Nauctha berusaha keras membuat Theo keluar dari rumahnya.

"Ke mana pun aku tinggal, tidak akan berpengaruh apa-apa padanya. Lupakan saja itu hanya sia-sia belaka."

"Itu berpengaruh. Theo dengarkan aku oke, saat kau memutuskan berlibur, kau baik-baik saja. tetapi begitu kau pulang kerumah, dia akan bangun"

"Kau tahu itu, jadi ini menjelaskan mengapa kau terlihat kurang tidur hari ini. Karena kamu, takut untuk tidur" tebakan Nauctha tidak bisa dipungkiri sebab lingkaran hitam di bawah matanya sangat jelas terlihat.

"Biarkan aku tetap dirumah. Aku masih dalam pengawasan Oliver"

"Kalau apa yang kau lihat benar, maka Oliver adalah satu-satunya orang yang harus kau hindari Theo," Nauctha melotot.

"Informasinya tidak lengkap. Bisa saja dia bukan Oliver yang ku kenal. Mungkin mereka dua orang berbeda. Hanya saja wajah mereka mirip" Theo tidak mau terlalu cepat membuat kesimpulan atas penglihatannya, yang hanya setengah-setengah.

"Aku menghormati keputusanmu. tetapi aku tidak bisa mentoleransi kebiasaan kurang tidurmu" Hisashi langsung menunjukkan sikap tegas.

"Tidak ada pilihan lain" senyuman kecut Theo kembali terlukis di wajahnya saat menoleh ke arah Hisashi.

"Oliver selain saudaramu juga Psikiatermu bukan? setahuku dia juga merangkap menjadi Psikologmu. Seharusnya kau bisa tidur nyenyak karena ada dia disekitarmu nanti"

"Seharusnya ya. tetapi beberapa kali dia gagal menidurkan diriku yang lain. Dia justru membangunkannya dan membuatku sulit membuka mata" suara Theo mengalun sendu.

"Kalau begitu aku akan tinggal. Selama kau belum bisa mengalahkan dirimu yang lain. Dua orang mengobatimu lebih baik daripada hanya seorang diri" Hisashi menepuk pundak Theo hingga pemuda tersebut merasakan ada sedikit kekuatan yang disalurkan melalui tangan Hisashi ke pundaknya.

"Aku tidak ingin lebih merepotkanmu"

"Kau datang pada Ferghus dan Adel untuk meminta bantuan kan? aku juga bagian dari mereka. Jadi sudah tugasku" kekeh Hisashi tidak memberi kesempatan Theo menolak.

Ini semakin membuatku cemas. Bagaimana jika Oliver adalah bagian dari rencana Sergei? tetapi aku tidak akan mengatakan dugaan ini pada Theo.

Baginya, Oliver adalah saudara yang tumbuh bersama. Bagaimana dia bisa lebih mempercayai orang luar daripada saudaranya sendiri? paling tidak Theo mulai detik ini berada dalam pengawasanku. Hisashi tenggelam dalam pikirannya sendiri setelah berhasil memaksa Theodor mengikuti kemauannya.

"Kabil pelankan laju mobilnya" Lucas menepuk bahu Kabil yang mengemudi dengan kecepatan sedang.

"Kau ingin turun di suatu tempat?" Kabil memelankan laju mobilnya sambil melirik ke arah kaca memerhatikan wajah Lucas yang tiba-tiba memucat.

"Lihat ke depan jangan lengah!" bentak Lucas membuat Kabil sedikit tersentak.

Belum selesai kekagetannya, Kabil berusaha melihat ke arah depan dan berusaha fokus kembali. Diam-diam dia melirik ke arah belakang melalui kaca spionnya mengawasi mobil dibelakangnya.

Melihat laju mobil di depannya makin melambat, Zack menekan klakson beberapa kali. Bahkan akhirnya Arletha menelpon Nauctha.

"Stop!!" teriak Lucas histeris. Kabil mengerem mendadak mobil, dan bersiap meneriaki Lucas tetapi sebelum itu terjadi, ada suara decitan kendaraan memekakkan telinga.

Ciiiiiiiiiiiiit

Braaaaaak!!

Booooooom!!

Semua orang melihat peristiwa tabrakan beruntun di depan mata. Jantung mereka berdegup kencang. Syok terbesar dialami oleh para pengemudi.

ckiiiiiiiiiiit

Mobil yang terbentur paling belakang melesat ke arah mobil yang dikendarai Kabil. Bagian depan mobil tersebut terbakar dan sekarang menghampiri mereka!!

Dengan tangan gemetar Kabill akan melajukan mobil berbelok ke kanan demi menghindari kecelakaan selanjutnya. tetapi sebelum tangannya bisa bereaksi, untuk melakukan tindakan, suara Lucas terdengar melontarkan ancaman.

"Jangan pindahkan mobil apa pun yang terjadi, kalau kau tak mau bunuh diri"

Jelas Kabil hanya mampu menelan ludah mendengar kata-kata mengerikan itu. Kurang dari dua jengkal mobil yang hampir membentur mobil mereka di tabrak dari samping oleh truk dan terseret jauh.

Kabil menghalangi pandangannya dengan kedua tangan. Getaran ditubuhnya mulai menghilang begitu menyadari benturan dahsyat tak terjadi pada mobil yang dia naiki. Suara mobil terseret menarik perhatiannya. Dan akhirnya dia tahu apa yang sedang terjadi dengan si pengemudi malang tersebut.

Blaaaaar!!

Benturan dan ledakan dahsyat kedua terjadi lagi. jerit melengking terdengar di jok belakang pertama. Nauctha bereaksi sangat lambat mungkin karena syok beruntun yang dialaminya.