Orion dan Zealot sedang bertarung dengan Ray, sudah beberapa minggu mereka dilatih berpasangan. Dengan tujuan agar mereka terbiasa dengan pertarungan yang melibatkan orang lain serta agar bisa terbiasa melakukan gerakan yang berkoordinasi.
BUK BUK
Orion dan Zealot terjatuh, Ray berdiri di depan mereka sambil mengacungkan pedang kayunya kepada mereka. Selama pertarungan berpasangan itu, tidak ada pasangan yang bisa mengalahkan Ray.
"Orion, Zealot. Kalian termasuk yang terbaik dari semuanya, dalam hal individu. Tapi kenapa kalian sangat payah ketika berpasangan? Sudah beberapa minggu kita bertanding, yang lainnya menunjukkan perkembangan..."
"Tapi kalian tidak menunjukkan apapun kepada ku, sepertinya aku terlalu menaruh harapan pada kalian. Padahal ketika pertama kali melihat kalian yang berpasangan, aku berpikir kalian bisa melakukannya dengan sangat baik" Ray melihat ke mereka berdua.
"Hah...Hah...Hah...." Mereka sedang mengambil nafas, mereka tampak kelelahan.
"Istirahat dulu, lanjut yang lainnya. Siapa yang akan maju?" Ray melihat ke anak-anak lainnya.
Orion dan Zealot berjalan ke Kiara dan Kiana, mereka kalah telak dan beberapa bagian tubuh mereka lebam karena dihantam oleh pedang kayu Ray.
"Apa kalian baik-baik saja?" Kiara bertanya.
"Tidak, tubuh ku sakit" Zealot berkata, dia berbaring.
"Lumayan, meski tubuh ku sakit" Orion berkata, dia tidak berbaring.
"Apa iya, Orion? Pipi mu biru begini..." Kiana menyentuh pipi Orion dengan perlahan dan lembut, meskipun begitu. Orion merasakan sedikit sengatan dari sentuhan yang lembut itu.
"Ma-maaf" Kiana dengan cepat menyingkirkan tangannya.
"Tidak masalah"
"Tapi Kiara juga bingung, kenapa hanya kalian yang begitu buruk dalam berpasangan?" Kiara melihat mereka berdua.
"Itu karena Orion" Zealot berkata.
"Hah!?" Orion melihat Zealot, dia sedikit kesal.
"Itu benar, kan. Kau yang membuat kita selalu kalah telak" Zealot berduduk dan menatap Orion.
"Maaf, tapi dari mana ini semua salah ku? Yang membuat kita kalah, itu kau" Orion berkata.
"Dari mana letak kesalahan ku?"
"Dari mana? Apa aku perlu menjelaskan bahwa kau selalu bergerak menutupi gerakkan ku, gerakkan mu yang tidak sesuai dengan ku serta waktu serangan kita yang selalu berbentur....."
"Padahal aku selalu merubah timing serangan ku dan entah kenapa timing serangan mu juga selalu berubah, hingga akhirnya kembali berbentur dengan timing ku"
"Apa yang kau katakan? Bukankah kau yang selalu menutupi gerakkan ku, tidak sinkron dengan gerakan ku dan selalu membenturkan timing serangan mu dengan ku" Zealot berkata, dia jengkel melihat Orion yang selalu mengikuti timing serangannya.
"Dan lagi, gerakkan mu yang selalu lambat. Padahal aku sudah bergerak dengan cepat untuk bisa membukakan jalur agar kau bisa melancarkan serangan, tapi kau selalu saja tidak melakukan itu" Orion kembali berkata.
Dia kesal dengan kondisi mereka yang selalu kalah telak, dia kesal dengan Zealot yang tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan, dia kesal dengan Zealot yang selalu bergerak lambat, padahal dia tahu bahwa Zealot bisa bergerak lebih cepat dan sekarang dia sedang kelelahan.
"Oh, jadi ini salah gerakkan ku sekarang!?" Zealot tampak kesal.
"Memang begitu kenyataannya dan akan selalu begitu jika kita terus kalah" Orion berkata, Kiara dan Kiana yang dari tadi mendengar mereka. Sekarang terlihat khawatir.
"Jika kau memang berkata begitu, kenapa kau tidak bertarung saja sendiri? Anak emas" Zealot berkata.
"Jika memang diizinkan maka sudah ku lakukan sejak lama dan siapa yang kau sebut anak emas, anak emas?"
"Aku bukan anak emas, aku selalu diakui karena kemampuan ku. Bukan karena paman Ray merupakan teman ibu angkat ku" Zealot tersenyum pahit.
"KAU!!!" Orion terpancing, dia langsung akan memukul Zealot. Namun langsung berhenti.
"O-Orion, tenang" Kiara berkata sambil menyentuh tangan Orion yang akan menghantam wajah Zealot.
Orion berhenti bukan karena Kiara yang menyentuhnya, namun karena dia sadar siapa dirinya. Ketenangannya kembali, dia mundur dari Zealot dan mengambil nafas dalam.
'Kenapa aku bisa mudah terpancing emosi karena anak kecil seperti dia?' Orion menatap Zealot.
'Tenang, Orion. Itu bukan hal yang pantas untuk kau jadikan sebagai amarah, itu memang kenyataan....'
'Sepertinya ada beberapa hal dari masa lalu ku yang memang tidak boleh dihilangkan' Orion mengalihkan pandangannya ke Kiara.
"Terima kasih, Kiara" Orion tersenyum tipis.
"Y-ya, Kiara hanya mencoba membantu" Kiara tersenyum senang.
"Zealot, aku minta maaf...." Orion sekarang melihat ke Zealot.
"Ini memang salah ku, yang membuat kita selalu kalah"
'Ini adalah kesalahan kami berdua, kami saling berlomba untuk menjadi yang teratas dibandingkan yang lainnya. Zealot ingin berada di atas ku dan begitu juga dengan ku yang ingin berada di atasnya, hingga kami tidak mempedulikan rekan masing-masing'
"Orion.....Aku juga min-"
BUM
Suara ledakan muncul dari gerbang desa, membuat semua yang mendengarnya melihat ke sana. Api berkobar di sekitaran gerbang desa, membuat orang-orang yang tinggal di dekat sana panik dan langsung berlarian menjauh.
Dari kobaran api itu, keluar beberapa kereta kuda yang berlari menuju ke dalam desa. Ray dan yang lainnya langsung melihat kesana, terlihat beberapa orang berada di setiap kereta kuda.
Kereta kuda itu berhenti dan orang-orang yang ada didalam sana turun, penampilan mereka serupa. Menggunakan kerudung hitam, mereka berkumpul dan melihat ke sekeliling desa.
Semua orang desa berkumpul, melihat ke orang-orang asing yang menghancurkan gerbang desa. Para pria berdiri di hadapan yang lainnya, mereka menyuruh semuanya untuk kembali ke rumah masing-masing.
"BERHENTI!!!!" Seseorang dari mereka berteriak, dia terlihat seperti pemimpin mereka dan itu membuat orang-orang desa berhenti.
"Jika kalian ingin selamat dan hidup, maka berikan semua harta, anak-anak dan wanita di desa ini" Orang itu berkata.
"Pergi kalian dari sini atau kalian akan menyesal" Sol berkata, dia dan yang lainnya sudah bersiap dengan senjata mereka.
"Diam dan menurut saja atau rasakan akibatnya"
"Apa yang kalian tunggu? Segera kembali ke rumah!!!" Ray berkata pada yang lainnya, mereka langsung bergerak.
"Bunuh semuanya!!!" Orang itu berkata, semua anak buahnya langsung berlarian menuju ke arah Sol dan yang lainnya.
Pertempuran tidak dapat dielakkan lagi, Sol dan yang lainnya bertarung melawan orang yang jumlahnya hampir 2 kali lipat mereka.
Orion dan Anna sekarang sedang di bawa oleh May untuk kembali ke rumah, Orion dari tadi tidak memalingkan wajahnya dari pertempuran. Dia baru saja selesai membaca semua status musuh dan membandingkannya dengan status ayahnya beserta yang lainnya.
'Ayah pasti menang, mereka mungkin banyak tapi lebih lemah dari ayah dan yang lainnya' Orion meyakinkan dirinya sendiri.
Seperti yang Orion duga, pertempuran didominasi oleh Sol dan yang lainnya. Mereka bisa mengalahkan beberapa orang meski hanya sendirian, semua orang berkerudung hitam itu di pukul mundur. Pemimpin mereka mendekat ke semua anak buahnya yang dikalahkan itu.
"Dasar tidak berguna!!!" Pria itu menatap bawahannya dengan kesal.
"Ta-tapi....Mereka kuat sekali" Jawab beberapa bawahan itu.
"Hah....Kalian payah, membuat ku harus turun tangan" Pemimpin mereka mengangkat tangan kanannya.
Sebuah diagram sihir muncul dibawah dia dan semua anak buahnya, sebuah pilar cahaya kecil memenuhi diagram sihir itu dan menutupi mereka sepenuhnya. Pilar itu mulai mengecil dan akhirnya menghilang.
Sol dan yang lainnya bisa merasakan dengan jelas bahwa musuh mereka mengalami peningkatan yang cukup besar pada diri mereka, Orion juga bisa merasakan itu. Meski dia sudah jauh dari mereka, sekarang dia sedikit khawatir kepada Sol dan yang lainnya.
"Bergembiralah orang-orang bodoh, kalian akan mati dengan cara yang sangat buruk. Hahahaha...." Pria itu berkata sambil tertawa.
"Serang" Dia melanjutkan.
Semua bawahannya langsung berlari kembali menuju kearah Sol dan yang lainnya, pertempuran kembali terjadi. Namun, dalam waktu singkat sudah terlihat jelas bahwa orang-orang berkerudung hitam mendominasi.
'Ini gawat, status mereka setara dengan ayah dan yang lainnya. Kenapa kekuatan mereka bisa meningkat seperti itu?' Orion yang sudah di rumahnya melihat ke jendela.
"Orion, Anna. Tetap di rum-"
SRET
May bergedik begitu mendengar suara pintu yang terbuka, dia langsung melihat keluar. Orion berlari menuju pertempuran itu, dengan sebuah pedang hitam di tangannya.
"Orion, kembali!!!" May berkata, namun Orion terus melangkah maju.
Orion berlari dengan cepat, orang-orang yang melihat keluar terkejut melihatnya yang berlari menuju pertempuran. Mereka memanggilnya agar kembali ke rumahnya atau memanggilnya agar ke rumah mereka, tapi Orion tidak menghiraukan itu.
BUM
Orion langsung melayangkan pukulan kerasnya ke salah satu orang berkerudung hitam itu, namun tidak memberikan dampak yang besar. Orang itu hanya mundur beberapa langkah, Orion tentu tidak mengharapkan lebih.
"Orion, apa yang kau lakukan disini?" Tanya seorang pria desa yang tadi sedang bertarung.
"Tentu saja untuk bertarung, paman. Aku tidak mungkin membiarkan mereka seenaknya berbuat kekacauan disini" Orion berkata.
"Tap-" Pria itu langsung maju kearah Orion, dia menahan serangan orang berkerudung hitam itu. Orion tidak menyadari itu.
"Ini bukan pertarungan mu lagi, Orion. Kau hanya akan menjadi beban jika tetap disini, sadari itu" Pria itu berkata.
"....." Orion hanya diam, dia tentu mengerti.
Tapi dia tidak ingin hal yang lebih buruk terjadi, dia juga tahu bahwa kehadirannya disana hanya akan mengganggu konsentrasi orang-orang desa. Namun dia sama sekali tidak berniat mundur, dia memiliki rencana untuk mengakhiri ini semua.
"Orion, kau mau kemana?" Pria itu terkejut melihat Orion yang semakin memasuki pertempuran.