webnovel

Kenyataan Pahit (2)

Ia meminta kepada polisi untuk segera menangkap pelakunya dan segera menyelesaikan kasus ini. "Kalau bisa, jangan kasih ampun pelakunya." Ia berkata dengan mata yang memerah menahan amarah.

Setelah 3 hari berlalu, hasil autopsi telah keluar. Aliza mengalami luka dalam akibat dipukul benda tumpul. Selain itu, ia juga menerima serangan lain berupa cekikan di leher dan juga kepalanya yang dipukul menggunakan guci. Kondisinya sangat parah. Sedangkan Yura, ia mengalami 3 luka tusukan di bagian perut dan dadanya. Ia mengalami pendarahan yang sangat hebat.

Keesokan harinya adalah pemakaman Yura dan Aliza. David yang mengurus segalanya. Ia merasa tidak rela terhadap semua yang terjadi. Ia masih berharap bahwa ini hanyalah mimpi buruk, sehingga ketika ia terbangun, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Brian sendiri, ia mendekati jenazah Yura yang sedang memejamkan matanya. Yura seperti sedang tidur biasa. Yura terlihat cantik dengan gaun putih yang dipakainya. Brian melihat wajah pucat itu dan air matanya langsung mengalir tanpa henti setelah beberapa hari tidak dapat menangis.

Hatinya hancur. Hal yang sama terulang lagi kepadanya. Satu-persatu orang yang disayanginya meninggalkan dirinya di dunia yang fana ini.

Brian takut. Ia takut untuk memikirkan kalau setelah ini ia tidak akan dapat melihat Yura lagi. Tidak akan ada lagi senyum manis Yura. Tidak ada lagi ceramah Yura kepadanya. Tidak ada lagi orang yang dapat menggenggam tangannya ketika menikmati senja.

"Ayo bangun, jangan gini dong. Nggak lucu, Yura. Jangan tinggalin aku. Aku butuh kamu. Asalkan kamu ada ada di dekat aku, situasi sesulit apapun, aku pasti bisa bertahan. Jadi tolong jangan pergi." Brian berbicara dengan lirih. Ia berharap keajaiban datang dan Yura saat ini hanya sedang tidur. Ia berharap Yura segera bangun dan langsung mengumbar senyumnya. Tetapi itu memang hanya sebuah harapan.

Setelah pemakaman selesai, kak Felix mengajak Brian untuk langsung pulang ke rumah. Dan sesampainya di rumah, ia masuk ke kamarnya dan menangis dengan keras. Air mata yang tertahan selama beberapa hari, tadi langsung mengalir tanpa henti di hadapan jenazah Yura, dan sekarang pun sama seolah menolak untuk berhenti mengalir.

Selama berhari-hari ia tetap menangis di dalam kamarnya dan tidak pergi ke sekolah. Mungkin orang lain berpikir bahwa dia sangat cengeng. Padahal, Brian sudah sering ditinggalkan orang yang disayanginya. Pertama mamanya yang meninggal dunia sejak ia masih kecil, kedua papanya yang dipenjara, dan sekarang Yura pun pergi meninggalkannya.

Sempat ia terpikirkan untuk menghabisi hidupnya. Namun, Brian masih cukup sadar untuk tidak melakukan hal paling gila itu. Tapi dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus diperbuatnya. Rasa bersalah dan menyesal menghantam dirinya kuat-kuat. Pada akhirnya, Brian hanya mampu untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.

Beberapa hari setelah pemakaman Yura dan Aliza, pelaku pembunuhan telah ditangkap. Motif dari pembunuhannya itu adalah iri dan dengki. Pelaku tersebut merupakan salah seorang teman SMA Aliza.

Bisa dibilang, semasa SMA mereka adalah rival. Nama pelakunya adalah Dita. Saat diinterogasi, ia mengatakan bahwa ia merasa iri kepada Aliza karena Aliza bisa mendapatkan hal yang tidak bisa Dita dapatkan. Seperti peringkat umum di sekolah yang ia tidak dapat mengalahkan Aliza dan juga ketenaran di sekolah. Setiap orang hanya akan menyanjung Aliza.

Malam sebelum pembunuhan terjadi, mereka baru saja mengadakan acara reuni teman sekelas setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Melihat Aliza yang semakin sukses, membuat rasa iri di hati Dita bertambah besar. Dan 1 hal yang paling membuatnya iri serta marah adalah, Aliza ternyata sudah bertunangan dengan David

Dulu, Dita sangat menyukai David. Ia akan berusaha mencari perhatian kepada David walaupun sering diabaikan. Dan ketika mengungkapkan perasaannya, Dita ditolak mentah-mentah oleh David. Jadi, ia sangat tidak terima ketika mengetahui Aliza dan David akan segera menikah.

Sehingga ketika waktu belum menunjukkan pukul 5, ia pergi ke rumah Aliza. Ia bingung harus melakukan apa terhadap Aliza, jadi selama beberapa saat ia hanya celingukan di depan pintu rumah Aliza. Dan sepertinya setan sudah menguasai dirinya. Sehingga sebuah ide gila untuk menghabisi Aliza terpikirkan olehnya.

Ia mengetuk pintu beberapa kali dan akhirnya Aliza membukakan pintu untuknya. Aliza tidak mencurigai apapun terhadap Dita sehingga ia mempersilakan Dita masuk ke dalam rumahnya. Begitu sudah berada di dalam rumah, Dita langsung memukul punggung Aliza menggunakan besi yang entah ia dapatkan darimana. Aliza yang mengeluh kesakitan pun tidak dipedulikannya, dan ia malah memukul Aliza lagi menggunakan besi tersebut beberapa kali dengan sangat keras. Aliza yang sudah kesakitan berusaha melawan walaupun sepertinya sia-sia.

Aliza berusaha menendang Dita dengan sedikit tenaganya yang tersisa. Melihat Aliza yang melawan, Dita mengambil guci dan memukulkannya ke kepala Aliza hingga darahnya muncrat kemana-mana. Walaupun begitu, Aliza masih tetap tersadar dan berusaha meminta pertolongan. Karena sangat kesal melihat Aliza yang tetap baik-baik saja, akhirnya Dita mencekik leher Aliza hingga membuat Aliza kesulitan bernapas. Aliza meronta-ronta sambil menangis tetapi Dita tidak memedulikannya. Hingga akhirnya, Aliza berhenti meronta dan seketika itu ia kehilangan nyawanya.

Dita merasa sangat puas melihat kondisi Aliza saat ini. Sikap iri dan dengki di dalam dirinya telah merubahnya menjadi pembunuh dan monster yang sangat mengerikan. Saat ia akan pergi dari rumah itu, Dita melihat bayangan seseorang dari lantai atas yang memerhatikannya. Ia segera menolehkan kepalanya dan melihat seseorang berlari ke dalam kamarnya

Sial! Batinnya.

Dita segera berjalan menuju kamar di lantai atas tersebut. Ketika pintu kamar telah ia buka, Dita melihat seorang gadis duduk di lantai sambil menatap ke arah pintu. Gadis itu hanya terdiam dan menatapnya dengan sorot mata tajam. Awalnya ia mengira jangan-jangan gadis ini adalah hantu. Tetapi ketika melihat adanya tatapan takut dari mata gadis itu, ia langsung melangkah maju.

"Tolong!!!" Teriak Yura sekuat yang ia bisa. Dita sangat marah ketika Yura berteriak minta tolong. Karena akan sangat gawat jika tertangkap. Maka, dengan pisau buah yang ia ambil dari meja makan sebelum ke kamar ini, Dita langsung memberikan tusukan kepada Yura. Awalnya ia menusuk perut dua kali, kemudian menusuk dada Yura sekali. Darah mengalir dimana-mana dan Yura langsung tidak sadarkan diri. Setelah itu, Dita langsung pergi dari rumah tersebut

Ketika sudah berada di luar rumah, ia mendengar suara langkah kaki yang berlari dan langsung bersembunyi di sudut rumah yang gelap. Setelah orang yang berlari itu masuk ke dalam rumah Yura, Dita langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.

Selama berhari-hari ia bersembunyi untuk menghindari pengejaran polisi. Tetapi ia malah tertangkap ketika sedang mengambil uang di ATM.

Sementara itu, ketika sedang dalam proses investigasi, polisi menemukan handphone Yura yang berada di bawah meja belajarnya. Handphone itu dalam keadaan mati, tetapi untung saja tidak dalam keadaan rusak. Sehingga ketika dinyalakan, handphone tersebut tetap hidup.

Ketika diperiksa, ternyata panggilan terakhirnya adalah pada waktu kejadian. Dan polisi segera memanggil Brian untuk dimintai keterangan. Brian menceritakan segalanya, mulai dari ia melihat berita di TV dan langsung hendak menghubungi Yura tetapi malah mendapat banyak panggilan tak terjawab dari Yura dan juga sebuah pesan suara singkat.

Setelah mendengarkan penjelasan dari berbagai pihak, akhirnya polisi berasumsi bahwa Yura menyaksikan pembunuhan terhadap Aliza, dan setelah Dita menyadari keberadaannya, ia langsung masuk ke kamar dan menghubungi Brian. Karena panggilannya tidak diangkat, maka Yura mengirimkan pesan suara. Tetapi sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Dita sudah datang dan Yura langsung mencampakkan handphonenya ke sembarang arah. Kemudian pembunuhan terhadap dirinya sendiri pun terjadi.

Atas perbuatannya itu, Dita dijatuhi hukuman penjara seumur hidup terkait tindak pembunuhan berencana.