webnovel

Kasus Papa Brian (1)

Ujian akhir murid kelas 12 sudah dekat. Waktu terasa berjalan begitu cepat. Seperti baru kemarin mereka bersaing untuk bisa menjadi bagian dari sekolah ini, memperebutkan kelas unggulan, menjadi teman dan mengukir kenangan mereka.

Semua yang berawal seperti kompetisi, berjalan sebagai keluarga, dan akan berakhir dengan kompetisi juga. Walaupun begitu, kekeluargaan dan persahabatan mereka tidak akan hilang.

Sama seperti Brian. Dia yang awalnya dimusuhi hampir satu sekolah, sekarang mereka malah menjadi dekat. Bisa dibilang itu semua berkat Yura. Walaupun Yura bukan tipe yang suka bergaul, tapi semua orang tetap menyukainya.

Kabar saat awal Brian dan Yura dekat kemudian pacaran, membuat teman-temannya sedikit marah. Menurut mereka, Yura bisa mencari pacar yang lebih baik dari Brian.

"Yura, kamu tau kan kalo Brian itu anak seorang pembunuh."

"Masih ada yang lebih pantas jadi pacar kamu daripada Brian, Yur."

"Brian beruntung jadi pacar kamu. Tapi kamu malah sial jadi pacar dia."

Seperti itulah yang diucapkan teman-temannya kepada Yura. Mereka benar-benar tidak setuju dengan hal tersebut. Sikap teman-temannya itu termasuk orang yang benar-benar peduli terhadap Yura. Tetapi jika dipikir lagi, sangat lucu memang. Seolah hidup Yura ada di tangan mereka sehingga mereka bisa mengatur Yura ini dan itu.

Walaupun begitu, Yura tidak akan terpengaruh atau malah marah kepada mereka yang mencampuri urusannya. Dia hanya akan tersenyum dan menjelaskan dengan lembut tentang Brian yang tidak seperti teman-temannya pikirkan.

Agak sulit memang untuk meyakinkan mereka. Tapi lama kelamaan, pola pikir mereka berubah dan sedikit demi sedikit menerima keberadaan Brian sebagai teman mereka.

Pasti banyak yang akan berpikir, "Papanya yang salah, bukan anaknya. Kenapa harus dimusuhi?"

Ya seperti itulah hidup, seekor kerbau berkubang, semua kena lulutnya. Dan pasti orang-orang yang menjauhi Brian, mempunyai pemikiran bahwa bisa saja sifat papanya yang seorang pembunuh akan turun kepada Brian. Atau, mereka tidak ingin berteman dengan anak pembunuh.

Kembali lagi ke ujian akhir yang akan segera murid kelas 12 hadapi. Karena ujian akhir tersebut sudah dekat, banyak dari mereka yang memutuskan untuk belajar lebih giat lagi. Bahkan jauh sebelum itu, ada yang sudah mengikuti bimbel.

Seperti Brian dan teman-temannya, mereka memutuskan untuk belajar kelompok. Tujuannya agar lebih seru dan santai. Walaupun pada akhirnya mereka akan lebih banyak bermain saat sudah berkumpul daripada belajar.

Tapi sepertinya untuk saat ini, mereka tidak akan membiarkan hal itu terjadi yang akan merusak konsentrasi mereka. Setidaknya seperti itulah yang direncanakan. Tidak tau nanti akan seperti apa.

"Kita belajarnya di rumah Yura aja, soalnya kalian kan udah jarang tuh main ke rumahnya," usul Brian kepada teman-temannya yang saat ini sedang berdiskusi dimana mereka harus belajar kelompoknya.

Mereka saling berpandangan satu sama lain. Seperti berbicara melalui pikiran mereka. Lalu salah satu dari mereka berbicara, "Kayaknya di rumah aku aja deh, soalnya Yura barusan bilang kalo rumahnya direnovasi."

"Direnovasi? Iya Yur?" tanya Brian kepada Yura yang dibalas anggukan kepala oleh Yura.

"Ok deh kalo gitu," lanjut Brian.

Di dalam kelompok belajar, mereka akan mempelajari matematika dan fisika. Pelajaran yang cukup menguras otak. Mereka akan melaksanakan belajar kelompok ini dua kali dalam seminggu.

 Cara mereka belajar adalah, mempelajari suatu materi, memahaminya, kemudian bertanya kepada teman yang lain tentang bagian yang tidak dimengerti. Saat tidak ada satu orang pun yang mengerti, biasanya mereka akan bertanya kepada mamanya Della—si pemilik rumah—yang merupakan seorang guru.

Walaupun mereka melakukan belajar kelompok, bukan berarti mereka tidak melakukan apapun lagi. Tentu mereka akan mengulang pelajaran di rumah masing-masing dan mengikuti bimbel. Bisa dibilang, jadwal mereka sangat padat. Dan tidak ada waktu untuk bermain dan bermalas-malasan. Seperti itulah yang seharusnya dilakukan para siswa.

"Ma, gelasnya kok Cuma 5 sih, tambahin 1 lagi," ucap Della kepada Mamanya yang saat ini sedang menyiapkan makanan untuknya dan teman-temannya.

"Loh tapi itukan-" ucapan Mamanya Della terpotong saat Della memberikan isyarat agar Mamanya tidak melanjutkan kalimatnya.

Setelah selesai menyiapkan camilan, Della membawa makanan tersebut ke ruang tamu tempat mereka belajar. "Nih, dimakan dulu," ucap Della sambil menyuguhkan makanan dan minuman kepada teman-temannya.

"Makasih ya Della, tante." Ucap mereka hampir bersamaan.

*

Belajar untuk ujian memang sering bikin pusing kepala. Apalagi jika belajarnya memakai sistem SKS (sistem kebut semalam). Tetapi untuk Brian, walaupun dia belajar 2 bulan sebelum ujian atau malah dia selalu belajar setiap hari, tetap saja rasanya pusing tujuh keliling.

Memahami materi satu ke materi yang lain. Bahkan waktu 2 jam pun hanya mampu mempelajari satu materi saja. Itupun belum tentu paham. Belajar memang sulit, tetapi lebih sulit lagi jika tidak belajar dan menjadi orang yang bodoh. Sangat merugikan di kemudian hari.

Brian mengulang pelajarannya di kelas 10, 11, dan 12 secara bertahap. Jika tidak memahaminya, ia akan bertanya kepada kak Felix.

"Bri, mending kamu tidur dulu. Besok kan hari Sabtu, waktunya jenguk papa," kata kak Felix kepada Brian yang sedang belajar dengan rambut acak-acakan.

Mendengar hal tersebut, Brian langsung menurut dan pergi ke tempat tidurnya. Memang sudah menjadi jadwal mereka untuk menjenguk papa mereka.

Sebelum tidur, Brian mengambil handphonenya dan membuka aplikasi musik. Ia memilih salah satu lagu yang menjadi lagu sebelum tidurnya setiap hari.

Lagu tersebut adalah lagu dari band favorit Yura. Katanya, band tersebut sangat tidak dapat ditebak. Musiknya terdengar ceria, tetapi liriknya mempunyai makna yang sangat mendalam. Jadi terkadang, banyak yang akan bingung harus mengeluarkan teriakan gembira dan menari mengikuti alunan musik atau malah menangis tersedu-sedu.

Begitu pula dengan lagu yang sedang di dengarkan Brian saat ini. Lagu tersebut memiliki makna tentang bagaimana kamu mencintai seseorang dan rela melakukan apapun untuk orang tersebut. Kata Yura, liriknya sangat manis dan cocok untuk orang yang sedang dimabuk cinta.

Setelah lagu tersebut berhenti, Brian pun mematikan ponselnya dan langsung tidur menuju alam mimpi.