webnovel

Fajar dan Senja (2)

Berbeda dengan sebelumnya, saat ini Brian terlihat sangat bersemangat. Padahal baru tadi pagi dia seperti orang yang tidak tidur selama berhari-hari. Tetapi sekarang malah kebalikannya.

Biasanya hal ini terjadi saat memasuki jam favorit para siswa. Entah itu mata pelajaran favorit, jam istirahat, free class, atau jam pulang. Untuk Brian sendiri, hal yang membuatnya kembali bersemangat adalah mata pelajaran favoritnya yaitu Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan. Apalagi olahraga di luar ruangan.

Di 15 menit pertama, mereka melakukan pemanasan. Tetapi setelah itu, semuanya melakukan sesuai kehendak mereka sendiri. Apalagi jika tidak ada guru yang mengawasi. Anak laki-laki akan bermain bola basket, anak perempuan akan duduk di pinggir lapangan sambil bercerita ini dan itu, dan ada pula yang memilih makan di kantin.

Brian saat ini bermain basket bersama teman-temannya. Awalnya mereka hanya bermain dengan santai. Tetapi, tiba-tiba saja terjadi keributan yang tidak tahu apa penyebabnya. Hanya saja, terdengar suara seorang siswa yang berteriak kepada Brian.

"Dasar tukang halu!" teriak siswa tersebut yang tidak lain adalah Andre kepada Brian. Semua orang terkejut dengan perilaku Andre tersebut. Setelah ini benar-benar akan terjadi keributan! Mereka sampai menahan nafas mereka untuk sesaat. Bahaya!

"Maksud lo apa ha?!" teriak Brian tak kalah garangnya. Dia tidak mengerti kenapa Andre mengatakan hal seperti itu. Ada apa sebenarnya?

Biasanya di sekolah mereka akan menggunakan "Aku" dan "Kamu." Bukan tanpa alasan, itu adalah aturan sekolah agar terdengar lebih sopan. Tetapi bukan berarti "lo", "gue", ataupun "kau" itu kasar. Karena sudah terbiasa menggunakan panggilan seperti itu di sekolah, terkadang hal tersebut akan terbawa di kehidupan sehari-hari walaupun berada di luar sekolah. Inilah dampak positifnya.

Tetapi, rasa marah membuncah di dada Brian. Ia kini berada di puncak emosinya. Jika sudah seperti ini siapapun tidak lagi repot-repot memikirkan peraturan yang ada. Mikha yang secara tidak sengaja melihat kejadian tersebut saat berjalan melewati lapangan, berusaha menenangkan emosi Brian dan mencegah Andre kembali berbuat ulah. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tetapi seolah tak mendengar apapun, Andre malah melanjutkan kalimat yang benar-benar harus dihindari.

"Gue bilang, lo itu tukang halu. Menganggap sesuatu yang nggak ada jadi ada. Jangan-jangan lo emang udah gila ya?" Ucap Andre hingga menyulut emosi Brian. Dan benar saja, tak lama setelah Andre melontarkan kalimatnya tersebut, terjadilah baku hantam di antara keduanya.

Hampir setiap orang yang berada di sekitar mereka berusaha untuk melerai keduanya. Tak satupun dari mereka yang mengalah. Masih mementingkan ego dan saling memberikan tinju. Mikha pun tak tinggal diam, dia juga ikut melerai Andre dan Brian.

"Kalian bisa berhenti nggak sih? Kalian mau masuk ruang BK? Bri, tahan dong emosi kamu. Andre juga jangan suka nyari masalah," teriak Mikha kepada keduanya hingga matanya memerah.

Tak lama setelah itu, guru-guru pun datang ke lapangan basket tempat mereka berada. Pak Anton selaku guru BK, terlihat menahan emosinya sekuat tenaga. Dia sudah lelah melihat kelakuan kedua siswanya ini yang selalu bertengkar. Seolah tidak ada hal yang lebih berguna lagi yang bisa dilakukan kedua siswanya tersebut.

"Andre, Brian, kalian ikut bapak sekarang!" ucap Pak Anton yang berusaha agar suaranya terdengar setenang mungkin. Tetapi tetap tak bisa dipungkiri bahwa terdapat amarah di dalam ucapannya tersebut.

Di dalam ruang BK, keduanya mendapatkan omelan sekaligus ceramah dari Pak Anton. Mereka hanya mengangguk dan mengiyakan ucapan pak Anton yang sudah berulang kali didengar. Pak Anton pun sepertinya juga sudah lelah mengatakan hal yang sama kepada kedua siswanya tersebut.

Andre dan Brian harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Mereka dihukum untuk membuat kalimat 'Saya meminta maaf dan berjanji tidak akan bertengkar lagi' di dalam buku tulis setebal 50 halaman. Walaupun mereka menuliskan permintaan maaf dan perjanjian tersebut, di dalam hati mereka juga menambahkan kalimat 'Hanya untuk saat ini, tidak ada yang tahu masa depan akan seperti apa'. Tetapi mereka tidak berani untuk benar-benar mengucapkan kalimatnya tersebut. Hukuman mereka pasti akan bertambah!

Sebelum itu, pak Anton menyuruh Andre dan Brian untuk mengobati luka yang ada di wajah masing-masing. Walaupun bukan luka yang berat, tetapi tetap saja terlihat menakutkan.

Dia ruang UKS, Brian tidak sendirian. Ada Mikha yang menemani sekaligus yang mengobati lukanya. Ia mengobati luka Brian dengan sangat lembut. Karena dia tahu pasti rasanya sangat menyakitkan. Terlihat dari wajah Brian yang berubah menjadi kebiruan dan terdapat sedikit luka berdarah di pelipis matanya.

"Kamu udah sering diingetin jangan emosian. Kenapa nggak di dengerin sih?" Tanya Mikha kepada Brian. Jujur saja, Mikha lebih mengkhawatirkan Brian dibanding Andre. Alasannya tentu saja karena dia menyukai Brian.

"Makasih Mik, tapi kamu nggak perlu khawatir. Aku gapapa kok. Biar aku obatin sendiri aja." Ucap Brian sembari mengambil obat yang ada di tangan Mikha. Dia tidak suka diatur oleh orang yang tidak dekat dengannya. Dia hanya akan mendengarkan orang tuanya, Kak Felix ataupun Yura.

"Aku peduli sama kamu, Bri."

Brian mengabaikan Mikha dan hanya mengobati lukanya sendiri. Selesai mengobati lukanya, ia pun keluar dari UKS. Tetapi, baru sampai di depan pintu, Brian berhenti. Dia melihat Yura di sana. Hatinya yang tadinya panas karena masih terdapat amarah, kini telah kembali menghangat setelah melihat Yura. Yura adalah penyembuhnya!

"Kamu disini? Barusan atau udah dari tadi?" Tanya Brian secara lembut kepada Yura.

Saat sadar bahwa Brian belum pergi, Mikha menolehkan kepalanya ke arah pintu. Brian sedang berbicara dengan siapa di sana? Tanya Mikha dalam hatinya.

"Yura, kita ke kelas aja ya?"

Begitu mendengar nama Yura yang disebut Brian, wajah Mikha berubah menjadi ekspresi tidak suka dan dipenuhi dengan kecemburuan. Yura lagi Yura lagi! Mikha sangat muak dengan keadaan seperti ini. Tetapi dia bisa apa?

Tak lama setelah itu, Brian pun menghilang dari pandangan Mikha. Dia sudah pergi ke kelasnya.

Untuk Andre sendiri, saat ini dia sedang berada di rooftop sekolah. Tidak mengobati lukanya sama sekali. Dia seolah tidak sudi berada di dalam udara yang sama dengan Brian. Padahal mereka adalah teman sekelas. Ah, pasti Andre terpaksa.

Andre mempunyai alasan tersendiri kenapa dia selalu memancing emosi Brian dan kenapa dia sangat membenci Brian. Akan sangat aneh jika membenci tanpa alasan.

Andre membenci Brian karena dia adalah adik dari siswa yang tewas karena terkena luka tusuk 2 tahun yang lalu. Benar, yang tewas karena kecerobohan yang tidak disengaja oleh papa Brian. Saat kejadian itu, Andre juga berada di sana menyaksikan bagaimana kakaknya mengamuk tanpa alasan yang jelas. Andre juga berusaha untuk menenangkan kakaknya karena tindakannya tersebut sangat berbahaya. Tetapi dia gagal. Dan hal nahas itupun terjadi.

Saat itu, Brian dan Andre masih berada di kelas 10 dan kakaknya berada di kelas 12. Dan Andre adalah orang yang paling membenci Brian atas semua itu. Dia benar-benar marah karena harus kehilangan orang yang paling disayanginya. Dia merasa, hanya Tuhan yang boleh mencabut nyawa kakaknya, papa Brian tidak memiliki hak untuk itu. Dan sebenarnya ini berlaku untuk semua orang.

Kemarahan itupun berubah menjadi dendam. Dan karena dendamnya itu, ia berusaha membuat orang-orang membenci Brian. Walaupun ada juga yang membenci Brian karena opininya sendiri bukan karena Andre.

Dan disaat orang-orang mulai menerima Brian, Andre sangat marah. Seolah hukum penjara yang dijalani papa Brian tidak cukup untuknya. Sehingga Brian pun harus merasakan penderitaan juga. Andre tidak habis pikir, kenapa hanya karena omongan satu orang, lambat laun semua orang malah menerima Brian.

Karena itulah dia juga sedikit marah kepada Yura. Saat itu, untuk meluapkan amarahnya, dia sedikit memberikan kesulitan kepada Yura. Andre menyuruh Yura untuk membersihkan lapangan seorang diri. Andre bisa melakukan itu karena dia adalah ketua kelas di kelas mereka. Dan kebetulan saat itu adalah jadwal kelas mereka untuk membersihkan lapangan basket.

Yura juga merasa sikap Andre itu sangat tidak adil terhadapnya. Tetapi memang pada dasarnya Yura bukanlah orang yang suka mengeluh dan tidak mau menunjukkan kelemahannya, jadi dia hanya diam dan menerima perlakuan Andre.

Padahal, saat itu kondisi tubuh Yura sedang tidak baik. Bahkan wajahnya terlihat sangat pucat. Tetapi dia tetap saja tidak memedulikan dirinya sendiri. Hingga pada akhirnya, Yura jatuh pingsan.

Brian juga tidak mengetahui tentang perlakuan Andre terhadap Yura karena saat itu dia sedang berlatih dengan teman sebandnya. Dan saat mendengar bahwa Yura pingsan, ia langsung berlari ke ruang UKS.

Setelah mengetahui tentang kejadian yang sebenarnya, Brian sangat marah dan langsung mencari Andre kemudian menghajarnya tanpa ampun. Dia sangat tidak suka jika ada orang yang mengusik keluarganya dan juga Yura.

Andre yang saat itu sudah babak belur, menarik kerah baju Brian. "Lo nggak suka? Masih segini aja lo udah marah. Sedangkan kakak gue harus meninggal karena papa lo!" Ucap Andre dengan amarah yang membara.

Dia hanya sedikit memberikan kesulitan kepada Yura, kenapa Brian harus begitu marah? Jika dibandingkan Andre sendiri, hal itu tidak ada apa-apanya. Begitulah yang ada di pikiran Andre.

"Arrgh," teriak Andre saat mengingat kejadian yang sudah berlalu itu. Di sini, di rooftop ini, dia menangis tanpa ada seorang pun yang tahu.