webnovel

Aku kenapa?

Aku mendengar suara pintu dibuka dan yakin itu pasti Davian, jadi dia memutuskan untuk kembali? Huh jangan harap aku akan memberikannya padamu. Aku segera membaringkan tubuhku dan menutupnya dengan selimut hingga ke leher, aku segera menutup mataku saat ku dengan langkah kaki Davian semakin mendekat.

Clek

Aku membuka mataku sedikit dan kulihat pintu kamar mandi baru saja ditutup.

"Ciih, dasar pria menyebalkan!! Ganteng sih!! Tapi kalo nyebelin ya buat apa huh" omelku.

Aku tak mengerti dengan pola pikir nya itu, aku tak yakin dia mencintaiku!! Huh jika dia benar benar mencintaiku dia akan melakukan banyak hal agar aku terkesan padanya.

Allahuakbar Allahuakbar

Azan magrib sudah berkumandang namun aku masih menutup mataku dan menunggu Davian hingga keluar.

Clek

Pintu kamar mandi tampak terbuka aku segera menutup mataku lagi.

"Nissa bangun, ayo kita sholat maghrib dahulu" ucap Davian menggoyahkan tubuhku.

Aish sekarang aku harus apa? Aku masih malu perihal kejadian tadi sore. Aku hanya berdehem dan masih pura pura tidur.

"Hmm .."

"Sudah magrib ayo bangun" ucap Davian lagi.

"Diam" aku masih diam dan tak bergeming sama sekali.

"Kalo kamu ga bangun aku cium yah" ancam Davian.

Aku sontak membuka mataku dan membulatkan mataku ke arah Davian.

Aku menyipitkan mataku ke arahnya.

"Mesum" ucapku lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Davian tampak terkekeh "Mesum juga sama istri sendiri" ucap Davian lagi namun aku menghiraukan nya masuk ke mandi dan menutup rapat pintu.

Aku keluar kamar mandi dan mengambil mukena yang menjadi mahar pernikahanku. Aku bukan wanita shalehah aku juga jarang sekali sholat, jika sekarang aku sholat ya itu karena aku malu pada Davian.

Aku tak seperti Ka Clara yang menutup kepalanya dengan kerudung untuk menutup aurat, Bunda beberapa kali menyuruhku namun aku selalu menolaknya.

Davian sudah menghamparkan dua sajadah aku berdiri tegak di belakangnya dan memulai shalat berjamaah.

Saat sholat magrib sudah selesai aku hendak melepaskan mukena yang aku pakai, namun Davian mencegahku melepaskannya. "Jangan dilepas dulu Nis, ga akan lama lagi sholat isya jadi biar sekalian, mending kamu baca Al Qur'an atau Dzikir" ucap Davian

Baca Al Qur'an? Aku tak bisa membacanya!! Sudah lama sekali aku tak membacanya dan aku sudah lupa cara membacanya.

Davian tampak menatapku heran aku tak tahu apa dia mengerti atau tidak ia kemudian menyuruhku berdzikir saja.

Apa yang akan dia pikirkan jika tahu aku tak bisa mengaji yah? Ahh apa peduliku soal itu, jika dia tak bisa menerimaku aku tak masalah jika dia meninggalkan aku.

Allahuakbar Allahuakbar

Adzan isya sudah berkumandang kami kembali melaksanakan salat berjamaah, setelah selesai aku hendak melepaskan mukena namun Davian menyodorkan tangannya, awalnya aku bingung namun aku baru sadar jika aku istrinya jadi sehabis sholat aku harus mencium punggung tangannya.

Davian tengah melipat sajadahnya dan menyimpannya di lemari kembali, ia lalu merogoh saku celananya dan mengambil sebuah ponsel. Aku duduk di kursi menyisir rambut sepunggung kemudian sesekali melihat wajahnya dari arah cermin.

"Kamu ga laper?" tanyaku basa basi.

"Lumayan" ucapnya dingin dan masih fokus pada ponselnya.

"Mau makan apa?" tanyaku lagi.

"Terserah" ucapnya lagi dingin dan masih setia pada ponselnya itu.

Aish harus yah kayak gitu nyebelin banget sih, istrinya ngomong malah sibuk sama ponselnya.

"Yaudah aku turun kebawah dulu, nanti kalo udah siap aku panggil" ucap Anisa lalu berjalan membuka pintu dan menutupnya kembali.

Tap tap tap

"Kak Clara ngapain disini?" tanya Anissa ketika melihat Kakak nya ada di dapur.

"Ehm hai Niss, ahh ini Kakak lagi masak buat kita semua" ucap Clara.

"Oh padahal niatnya Nisa tadi mau masak" ucap Anisa "Oh iya perasaan dari tadi pagi sampe siang Nisa ga liat Kakak di pernikahan Nisa!! Kakak kemana? tanya Anisa saat mengingat bahwa ia tak melihat sosok Clara saat pernikahannya tadi pagi

"Maaf ya Niss, Kakak bukannya gak mau hadir ke nikahan kamu tapi Kakak tadi ada kerjaan dan Kakak juga ga bisa ngambil cuti, maaf yah." ucap Clara merapatkan tangannya di dada.

"Oh gitu iya ga apa-apa Kak" ucap Anisa lagi.

"Yuk makan! Panggil suami kamu turun" perintah Clara.

"Iyah, Nissa ke atas dulu yah" ucap Anisa lalu kembali naik ke atas.

Tap tap tap

Clek

"Makan malam nya udah siap" ucap Anissa.

"Ko cepet sih?" tanya Davian dan kini wajah nya menatap Anissa.

"Tadi pas mau masak ternyata Kak Clara sudah masak buat semuanya, dan saya disuruh manggil kamu" ucap Anisa kemudian badannya berbalik hendak turun ke bawah.

Davian kemudian bangkit dan berjalan ikut turun ke bawah.

Keduanya menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan.

Tap tap tap

Disana sudah ada Lidya Handoko dan Clara yang sudah duduk menunggu Nisa dan Davian untuk makan bersama.

"Sa, Nak Davian sini duduk kita makan malam bersama" ucap Lidya.

"Iyah, Bund" ucap Davian lalu duduk di kursi dan di sebelahnya ada Nisa yang ikut duduk juga.

Tak ada pembicaraan apapun saat itu, mereka tampak fokus dengan makan malam saat itu hingga akhir. Makan malam sudah selesai Handoko meminta Davian dan Nissa untuk ke ruang keluarga karena ada hal yang ingin dibicarakan.

Akhirnya Anissa dan Davian menuju ruang keluarga, disana juga ada Lidya yang sudah duduk di samping Handoko.

"Ayah sama Bunda mau bicara apa?" ucap Anissa.

Handoko tampak memasang wajah serius menatap menantu baru nya itu. "Nak Davian yakin akan membawa Nisa kerumahmu? Apa tidak sebaiknya kalian tinggal disini saja" ucap Handoko

Davian tampak menghela nafasnya sebelum memulai pembicaraan nya.

"Sebelumnya saya minta maaf, saya tetap akan membawa Nissa kerumah saya lagi pula sekarang kan Nisa sudah menjadi tanggung jawab saya. Jarak dari sini ke kantor juga lumayan jauh, jika kami tinggal disini ada kemungkinan saya akan jarang pulang kerumah, tapi jika Nisa mau disini saya tidak akan memaksa mungkin saya akan datang berkunjung jika saya ada waktu" ucap Davian tegas.

Aku menatap Davian sinis mataku kian menyipit kala mendengar setiap ucapannya. Apa dia sudah gila, seenaknya melakukan hal itu padaku tentu saja aku akan mengikutinya kemanapun dia pergi.

"Nissa akan ikut kemanapun Davian pergi" ucapku tiba tiba, Davian tampak menatapku heran.

"Apa ada yang salah dengan ucapan Nisa? Davian kan suami Nissa mana mungkin Nisa membiarkannya pergi sendiri" ucapku memberi penjelasan.

"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusan kalian Ayah akan mendukung keputusan kalian" ucap Handoko.

"Kalian harus sering mampir kesini yah" timpal Lidy.

"Iyah bund pasti" ucapku lalu Davian tampak tersenyum menatap Lidya.

"Hari ini saya akan menginap disini, mungkin besok kami mulai pindah kerumah saya" ucap Davian.

"Baiklah" ucap Handoko dan Lidya.

"Yaudah kalian istirahat aja yah" ucap Lidya.

Aku lalu bangkit dan berpamitan untuk naik ke atas ku lihat Davian mengikutiku Naik ke atas. Lagi pula aku sudah sangat ngantuk sekali terlebih badan ku juga sangat pegal.

Mungkin karena aku terlalu banyak berdiri saat di pelaminan tadi.

Clek

Aku merebahkan tubuhku di ranjang kemudian Davian berjalan ke arahku dan mengambil bantal, aku mengerutkan alis bingung jangan-jangan dia mau tidur di sofa.

"Kamu mau tidur di sofa?" tanyaku pada Davian.

"Hmm .. Iyah!!" ucap Davian.

"Apa menurutmu tubuhku bau atau menjijikan hingga kamu tidak mau tidur di samping ku" ucapku kesal apa yang dia pikirkan apa ini karna aku sudah ternoda hingga Membuatnya enggan untuk tidur bersamaku.

"Huhh .. aku sama sekali tak berfikir sejauh itu Nissa!! Aku hanya menghargai mu" ucap Davian.

"Kamu yakin ingin menjadikan aku Aisyah Mu? Aku tak berfikir begitu! Jika kamu menganggapku sebagai Aisyah mu kamu tidak akan memperlakukan ku seperti ini!"

ucapku mulai tersulut emosi.

Davian tampak membuang kasar nafasnya.

"Kenapa kamu selalu memulai perdebatan yang tidak penting!!" ucap Davian ikut kesal dengan tingkah Anisa yang menurutnya ke kekanak-kanak kan.

"Apa menurutmu hal semacam ini tidak penting! Aku sudah bertanya padamu sejak awal kan apa kamu yakin akan menikahi aku! Jika begini caramu memperlakukan aku. Maka aku yakin keputusanku menolakmu itu tidak salah" ucapku setengah berteriak.

Wajah Davian kini mulai memerah matanya juga tak bersahabat ia mendekatiku perlahan. Apa dia akan memukulku!! Apa dia yang sebenarnya seperti ini!

Aku memejamkan mataku kala tubuhnya semakin mendekat ke arahku. Hingga pelukannya menghangatkan tubuhku, Davian memelukku dengan sangat erat. Benarkah dia memelukku? Aku mulai membuka mataku perlahan, pria ini benar benar memeluk dengan sangat erat "Jangan marah lagi!! Aisyahku tak boleh jadi wanita pemarah!! Aku akan tidur di samping mu jika itu yang kamu inginkan" ucap Davian lalu meregangkan pelukannya. Ia mulai menarik tubuhku hingga ke ranjang.

"Ini sudah malam, aku juga yakin Aisyahku ini sudah mengantuk jadi kita tidur saja yah" ucapnya lalu mulai merebahkan tubuhnya di ranjang.