webnovel

a sign of destiny has been planned

Pagi itu Naura tampak sudah siap untuk pergi ke kantor, Ali berada di kantor yang sama dengan Naura, ya Ali memang ikut kerja di perusahaan ku dia adalah bagian penting di sana. Awalnya aku menolak mempekerjakan nya ya karena statusnya sebagai sahabatku jadi aku tidak enak jika harus membuat nya menjadi bawahanku tapi dia bersi kekeuh bahwa dia tetap mau bekerja denganku.

Karna Ali terus memaksa akhirnya aku iya kan saja dan sudah hampir 2 tahun terakhir dia bekerja di perusahaan ku. Awalnya aku canggung namun sekarang semuanya sudah terbiasa bahkan untuk makan saja kadang aku menyuruhnya untuk membelikan nya di luar, namun anehnya Aku tak pernah mengeluh sama sekali.

Dan masalah semalam aku yakin ini hanya perasaan konyol ku saja, pagi hari sekali saat tadi aku bangun aku baru menyadari bahwa tindakan ku semalam sangat konyol, baiklah sebaiknya aku cepat berangkat dan menemui Ali terlebih dahulu.

Aku mulai menancapkan gas dengan kecepatan sedang menuju kantor, saat aku sedang asik berkendara aku baru ingat tentang pria yang kemarin mobilnya aku tabrak. Kenapa dia tak meminta ganti rugi yah? Atau setidaknya datang ke rumahku untuk meminta pertanggungjawaban dariku tapi dia malah tidak datang sama sekali padahal aku sudah memberikannya alamat rumahku.

Ahh baguslah kalau dia memang tak memintaku tanggung jawab lagi pula kan yang ku lihat mobilnya juga bagus dan pakaiannya juga rapih aku yakin dia bukan orang sembarangan. Masalah lecet mobil pasti bukan masalah baginya.

Ckitt

Kali ini aku sudah sampai di kantorku, kulit Ali juga baru sampai ia datang dengan menggunakan motor ninjanya. "Li, Ali" teriak ku saat melihat Ali turun dari motornya.

Ali lalu menatapku penuh keheranan, dia pasti memikirkan tentang semalam ahh aku harus menjelaskan nya, aku sedikit berlari menuju Ali yang kini mulai berjalan menuju pintu masuk "Siall dia malah pergi gitu aja padahal tadi gw manggil dia" ucapku setengah berlari ke arah Ali.

"Tungguin kenapa, main tinggal aja" ucapku ngos ngosan saat sudah berada di samping Ali.

"Ya lagian watados amat jadi orang" ucap Ali kesal.

aku lalu terkekeh melihat ekspresi kesal Ali "Jangan banyak comment, aku tunggu setengah jam lagi di ruangan aku" ucapku lalu berjalan cepat meninggalkan Ali dan berjalan menuju lift.

Aku segera keluar saat pintu lift terbuka lalu berjalan menuju ruanganku.

Clek

aku membuka pintu ruangan ku lalu berjalan cepat menuju kursi. "Ahh akhirnya bisa duduk juga, lari segitu aja udah cape ya Allah apalagi kalo harus lari marathon yah kayaknya ga akan sanggup".

Tak lama Setelahnya ku dengan suara membuk pintu ahh itu pasti Ali, karna memang hanya dia yang berani masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ada apa nyuruh kesini" ucap Ali dingin.

Aku lalu menyipitkan mataku menatap sinis ke arah Ali "Biasa aja kali ga usah sinis gitu" ucap kesal.

"Ya lagian semalem malah gitu, ga tau apa aku nunggu sampe jam 12 malam di rumah kamu, mikirin hal yang ga pernah aku tahu dan sama sekali ga aku ngerti, semalam kamu kenapa sih? cuma karena baju?" tanya Ali penasaran.

Aku mulai mengatur nafasku sebelum menjelaskannya pada Ali terserah dia mau memikirkan apa tentangku setelah ini toh aku juga hanya berusaha jujur saja kan. "Ee .. sebenarnya semalam aku pikir aku mencintaimu" ucapku gugup saat mengucapkan kata demi kata itu.

"APA?" teriak Ali membuatku kaget.

"Pelan kenapa, kalo ada yang denger gimana" ucap ku pada Ali.

Ali lalu menatapku dengan serius matanya mulai berselidik ke arah wajahku "Apa? aku kan tadi udah bilang, awalnya aku pikir begitu tapi kayanya engga deh" ucapku enteng.

"Kamu yakin ga suka sama aku" tanya Ali membuatku tak karuan.

"Ee kayaknya aku emang ga suka sama kamu Li, semalam hanya salah paham saja, jadi tolong maafkan aku yah, aku sedikit khilaf jadi kamu jangan terlalu memikir kan nya " ucapku menjelaskan pada Ali agar menghirau kan saja ucapan ku.

Setelah selesai aku menyuruh Ali untuk keluar dari ruanganku karna aku harus segera mengerjakan tugas tugasku yang sedari kemarin menumpuk tak aku kerjakan. Tanpa mengucapkan apapun Ali tampak keluar dari ruanganku "Ada yang salahkah dengan ucapanku, kenapa dia tidak mengucapkan apapun atau berkomentar apapun yah? Apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya, apa dia marah padaku" ucapku heran dengan sikap Ali yang bisa di bilang cuek, Ahh apa aku setidak menarik itu sampai di mengacuhkan aku, Seharusnya dia komentar apa ke" ucap ku kesal.

Seharian itu aku di buat sibuk dan diberi tahu bahwa pukul 2 siang nanti aku ada rapat penting bersama orang yang kemarin sempat membatalkan rapat pentingnya karna sesuatu yang mendesak.

***

Jam menunjukan pukul 2 siang aku berjalan keluar meninggalkan kantor katanya rapat akan dilakukan di restoran dekat kantorku. Aku berjalan cepat menuju restoran itu ahh tak usah naik mobil toh juga jaraknya tidak begitu jauh hanya tinggal melewati dua gedung yang ada di sebelahnya sudah sampai.

Ahh itu dia restorannya aku berjalan cepat menuju restoran itu, mataku bergerak menelusuri semua sudut restoran itu "Dimana dia, aku belum pernah bertemu orang itu, ahh jangan jangan yang itu" ucapku saat melihat sosok pria tengah duduk di bagian pojok restoran itu, aku tak bisa melihat Wajahnya karena dia membelakangiku.

Tap

Tap

Tap

"Permisi pa, saya Naura dari PT. SINTASANJAYA ..." ucapku belum sepenuhnya namun tiba tiba terhenti saat orang itu menengok ke arahku, pria itu!! Dia kan pria yang tempo hari mobilnya aku tabrak.

Bukan hanya aku pria itu juga ikut kaget saat melihatku, namun tiba tiba wajahnya menjadi netral kembali bahkan dia sekarang menawariku untuk duduk, aku masih menatap wajahnya sembari duduk di depannya. "Bukankah kamu orang yang tempo hari ku tabrak" ucap ku penuh selidik.

"Ahh iyah aku tak pernah melupakan wajah mu itu" ucap pria itu dingin.

"Lalu kenapa kamu tidak datang ke rumahku untuk meminta pertanggung jawaban" tanyaku penasaran.

"Aku bukan marah karena kamu merusak mobilku, tapi karena aku sedang ada rapat penting dan jika ku tahu orang itu kamu seharusnya kita tak perlu membatalkan rapat kita bisa rapat di jalan bukan" ucap pria itu lalu Setelahnya terkekeh.

Aku juga ikut terkekeh mendengar jawabannya sudah kuduga bahwa dia takkan marah karena mobilnya rusak, tapi aku juga tak menyangka ternyata dia adalah rekan kerjaku juga.