webnovel

Suamiku Duda Muda

"Apa!" Lisa melebarkan matanya. "Aku harus mau nikah sama dia, si duda itu, haruskah?" Siang itu tanpa badai, Lisa harus menerima permintaan kedua orang tuanya untuk menikah sekaligus menjadi istri kedua dari seorang pemuda yang baru saja berpisah dari istrinya, namanya Gionino. Hanya berbekal hubungan baik keluarga yang tercipta diantara kedua orang tua mereka, urutan bisnis memang nomor satu. Ancamannya kalau dia tidak mau, perusahaan ayahnya yang sudah mulai goyang itu akan jatuh, tak akan bisa bangun lagi. Tapi, kenapa harus dengan anak terakhir mereka, bukan yang pertama, bahkan belum menikah. "Ica!" "Lisa, namaku Lisa!" dia pasti jahat pada mantan istrinya sampai digugat begitu. Lisa yakin. Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka? Apa Lisa bisa menerima dan tahu alasan rahasia suaminya menjadi duda diusia muda? Mohon dukungannya, semua. Spesial dari Pelantun_Senja.

Pelantun_Senja · Urbano
Classificações insuficientes
32 Chs

Tidak Seharusnya

Tidak ada yang berharap dari pertemuan ini, baik Ares maupun Gio seharusnya tak bertemu sejak perceraian itu terjadi, tapi siapa sangka kalau mereka akan terikat di sini, terlebih lagi melibatkan Lisa.

"Kamu sudah berapa lama magang di sini?" tanya Gio.

"Baru saja, mungkin belum satu bulan lebih tepatnya. Senang bisa bertemu Abang lagi, aku kira setelah kalian berpisah, aku tidak akan bertemu Abang lagi," ujar Ares terdengar tulus.

Nah, Gio memang memasang wajah garangnya, tapi dia tahu dengan siapa dia berhadapan, bocah di depannya ini mantan adik ipar yang pernah juga dekat dengannya sebelum menikah dengan Eva, bisa Gio katakan malang mengingat Eva sangat egois, masa depan adiknya jadi menyusut karena ulahnya waktu itu, bahkan masih dikatakan beruntung karena Gio tak membuka kedoknya.

Satu lagi, kalau Lisa mendengar ada yang memanggil Gio dengan sebutan Abang, tentu dia akan tertawa sampai terjungkal-jungkal, dia saja memanggil nama.

"Kamu tahu siapa Lisa'kan?" tanya Gio dan Ares mengangguk. "Dia istriku yang sekarang dan selamanya, aku mencintainya, jangan katakan hal itu padanya!" mengiris tajam, Ares mengangguk. "Jangan sampai dia sakit hati karena keberadaanmu, jangan menyebut Eva di depannya, kalaupun dia harus tahu, jangan banggakan Eva di depan dia, hatinya sangat baik dan naif, bisa-bisa dia memihakmu dan meminta aku kembali pada kakakmu yang sialan itu!"

"Baik, tapi apa aku boleh tahu satu hal, Bang?"

"Katakan!"

"Apa kesalahan kakak sampai Abang membencinya dan apa kesalahan Abang sampai dia menceraikan Abang?" tanya Ares penuh rasa penasaran.

Tidak, masalah itu masih Gio sembunyikan, dia masih berhati baik menjaga nama baik Eva dan kakaknya, ini juga untuk nama baik perusahaan keluarganya, bila dia buka semua maka akan terseret juga, justru kasus perselingkuhan yang dia tutup rapat dari kakaknya dan Eva akan membuat mereka terhempas tak ada harapan.

Gio berikan hadiah untuk Ares, "Dulu pernah meminta itu kan, sekarang aku penuhi, satu lagi aku minta jangan cari perhatian di depan Ica!"

"Iya, Bang."

Walau Gio belum menjawab apa yang Ares tanyakan soal masalah kesalahan Eva, Ares tak memaksa, dia tahu itu akan menyisakan luka mengingat mereka pernah berhubungan sebelumnya.

Pertemuan mereka hanya berjalan sebentar, hanya berisikan peringatan di mana Ares harus berhati-hati di depan Lisa, bahkan kalau bisa menghindar saat Lisa meminta tolong padanya, kecuali urusan pekerjaan.

"Ica, kamu di mana?"

"Di rumah, kan kamu yang larang aku ke luar, kamu di mana, Gi?" suara Lisa sudah terdengar jengah.

"Ahahahah, aku perjalanan pulang, aku sudah bertemu kekasih simpananmu itu, sudah aku lumat dia!'

"Astaga, Gi!" mati aku, dia benar-benar menemui Ares. "Gi, buruan pulang ya, jangan aneh-aneh!"

Lisa matikan ponselnya, dia semakin heran pada sang suami, dia tanyakan soal cinta tidak diakui sama sekali, malah dia dibuat tidak tidur semalaman, lalu dikurung tidak boleh bekerja, ini lagi ada saja yang dilakukan, bertemu dengan Ares dan berkata sudah dilumat, bisa gila Lisa kalau itu benar adanya, dia menunggu dan menghitung setiap menit berlalu dan suaminya belum kembali.

"Dia diapakan ya, duh Gi kamu ini!" Lisa ingin sekali menjitak suaminya itu. "Mana belum pulang juga, apa aku kirim pesan ke Renata, minta tolong dia saja yang memeriksa kondisi Ares?" mau mengetik pesan. "Tapi, nanti kalau Gio buka hape, mati aku!"

Batal, Lisa duduk pasrah di ruang tamu, melipat kedua kakinya yang memanjang sampai deruh mobil itu terdengar, hampir saja dia terjungkal berlari menghampiri suaminya.

Gio tampak seperti pemenang di sini, membusungkan dadanya dan menepuk sombong. Sementara Lisa merasa seperti pecundang, suaminya itu memang tidak bisa ditebak.

"Ica, peluk suamimu!" kan sudah meminta yang lainnya dan aneh. "Ica, tidak mau memeluk suamimu, hah?"

Iya, Lisa berjalan mendekat dan memeluk suaminya, biar saja dikira lebay oleh orang yang lewat, dia akan memilih dinilai begitu daripada mati di depan suaminya yang minta tidak karuan ini.

Lisa terima ciuman di pipinya, baru dia bisa menarik suaminya itu masuk dan dia introgasi.

"Dengarkan aku, Ica!" Gio tahan Lisa di pangkuannya. "Jangan kecewakan aku bersama Ares, aku benci padanya yang suka murah senyum padamu, apalagi kamu balas, kan kamu tahu kalau hanya aku yang boleh kamu senyumi?!"

"Iya, Gi. Tapi, kan aku di sana itu kerja, tidak mungkin kalau aku tidak senyum ke mereka, masa iya-"

"Iya dong, aku saja tidak mengumbar senyum ke pekerja, Ica. Itu artinya kamu juga harus!"

Yasudah terserah, Lisa menyerah berdebat dengan suaminya.

Lisa beringsut lepas dan menyiapkan makan siang yang kesorean untuk suaminya itu, beruntung dia bekerja di kantor yang tak lain pimpinan teman suaminya sendiri, kalau tidak, dia tentu tak bisa cuti sembarangan seperti ini.

"Ica, lihat aku saja!"

"Huh, iya, aku cuman lihat kamu, Gi." terus kalau ada Eva, kamu bakal masih ngomong gini tidak? Lisa sendu mendadak.

"Ica, aku di sini, kenapa sedih begitu?"

"Siapa yang sedih sih, Gi? Ayo, makan ya, kamu telat makan ini, Gi!"

"Hem, terima kasih, Ica." aku mencintaimu, dalam hati saja. Gio lihat bagaimana Lisa ngedumel memakinya, gadis itu cintanya, hidupnya karena Lisa suka padanya tanpa syarat. "Aku suapi Ica, sini!"

Menurut, apa yang Gio mau pasti Lisa penuhi, sekalipun dia mengomel dalam hati.

***

"Seharusnya kamu tidak perlu ketemu sama dia, tidak berguna sama sekali dan keluar saja dari tempat magang Andreas!" putus Eva.

"Kenapa Kakak mengatakan hal itu? Bang Gio memberiku banyak sekali apa yang aku mau, dia tidak membahas masa lalu, dia dekat denganku karena memang aku dan dia tak ada masalah, lain denganmu. Asal Kakak tahu saja, dia tidak depresi sepertimu, dia bahagia bersama istrinya yang sekarang, kalau kamu tahu istrinya, sungguh aku yakin Kakak akan kabur karena malu, dia gadis yang baik dan tulus, murah senyum dan itu yang aku rasa menarik perhatian bang Gio!"

"Halah, kamu tahu apa soal Gio, dia itu bisa saja berbohong dan siapa itu istrinya kasihan cuman dibohongi, mereka menikah hanya untuk nama perusahaan, Gio masih cinta ke aku!"

Ares tak menghiraukan itu, dia jelas melihat dan mendengar bagaimana Gio mengakui perasaan indah itu pada Lisa, bahkan melarang dirinya mendekati Lisa karena dia cemburu, itu sudah menjadi bukti cinta.

Brak!

"Kamu tidak boleh bahagia, Yo!" ujar Eva geram. "Tidak akan pernah boleh, kamu tahu bagaimana aku menderita setelah berpisah darimu, pria sialan itu tak kunjung menikahiku!'