webnovel

Marah Karenanya

Editor: Wave Literature

Billy Li berkata dengan nada yang berwibawa, "Aku butuh lima piano. Kamu yang bertanggung jawab mencoba suaranya." Shia Tang sangat terkejut mendengar perkataan Billy Li. Bukankah pria ini yang berkata jika aku tidak bisa menyentuh piano lagi? Mengapa...

"Kamu masih tidak kesini?!" Billy Li yang sudah berada di samping piano merasa tidak senang karena Shia Tang masih kebingungan. Shia Tang segera berjalan mendekat, menatap Billy Li dengan ragu. Akhirnya ia duduk di bangku piano, membantu Billy Li mencoba suaranya.

Shia Tang memainkan nada yang mudah. Lalu, tiba-tiba Billy Li memotong dengan perkataan, "Cukup, kamu hanya perlu memainkan beberapa lagu! Dan kamu bisa mengatakan pendapatmu sendiri."

Setelah mendengar perkataan Billy Li, Shia Tang mengatakan pendapatnya, "Tidak buruk, semua kunci memenuhi standar, getaran suaranya juga memenuhi standar, hanya saja..."

"Kalau begitu tidak, ganti yang lainnya." Belum selesai Shia Tang bicara, Billy Li langsung menyelanya.

Shia Tang mengerutkan kening, padahal dia hanya ingin mengatakan bahwa membeli piano itu, tergantung pada tempat seperti apa piano tersebut akan ditempatkan. Sehingga, Shia Tang bisa tahu jenis piano seperti apa yang cocok untuk dibeli.

Mau bagaimana lagi, Shia Tang lebih baik mengikuti instruksi Billy Li untuk mencoba piano yang selanjutnya. Kemudian, satu demi satu piano pun dicoba, setiap kali Shia Tang berkata, tapi belum sampai selesai Billy Li langsung memotong pembicaraannya dengan dingin. 

Dalam hati Shia Tang, Sepertinya pria ini dengan sengaja berusaha mencari-cari kesalahanku. Tampak Shia Tang bisa melihat dua pegawai wanita di ruangan itu saling memandang.

Manajer toko itu berkeringat dingin. Dia sudah lama bergelut dalam penjualan piano selama bertahun-tahun. Belum pernah sekalipun piano yang dijual di toko ini tidak disukai, itu karena piano mereka diimpor dari luar negeri.

Billy Li berkata, "Yang terakhir masih saja tidak memenuhi syarat". Namun, diam-diam Shia Tang merasa lega. Akhirnya ia merasa tidak ditindas lagi oleh aura pria ini.

Namun saat itu manajer toko langsung berkata, "Tunggu sebentar, ada satu lagi. Piano Steinway. Saya akan segera menunjukkannya kepada anda."

"Tidak perlu!" Billy Li menyela dengan suara dingin dan menjulurkan tangan untuk menarik Shia Tang di depannya, lalu berkata, "Bahkan pianis yang telah diundang untuk melakukan tour ke Afrika Selatan dan memenangkan hadiah pertama dalam Kompetisi Piano Internasional Ratu Elizabeth ke-13, lalu mengadakan konser solo di Carnegie Hall dari National Concert Hall Amerika Serikat. Dia saja berkata jika piano yang ada disini semuanya jelek, jadi tidak ada yang perlu dilihat lagi. "

Kejayaan Shia Tang di masa lalu dengan lancar meluncur dari mulut Billy Li. Shia Tang menatapnya dengan heran, ia mengerti bahwa dirinya pernah mengalami hal sehebat itu. Manajer toko bahkan lebih terkejut dengan semua kejayaan yang disebutkan pria itu. Tidak terpikirkan olehnya, jika gadis muda ini begitu hebat.

"Ah... lalu? Pada akhirnya, karena penyakit mental itu karirnya menjadi jatuh!" Karin Lu mencibir dan mengejek.

Orang lain memang tidak tahu tentang Shia Tang, tetapi Shia Tang sangat tahu dirinya seperti apa. Billy Li melewati Karin Lu, dengan dingin membalas perkataannya, "Apa kamu tahu bagaimana cara menulis kata 'fitnah'?"

Karin Lu tampak ketakutan, tapi dia masih sangat marah dan membalas, "Kamu hanya tertipu oleh penampilannya yang cantik. Tunggu ketika kamu tahu bahwa gadis itu sakit mental. Aku bertanya-tanya, apakah kamu masih akan membela dia?" Setelah itu, Karin Lu berjalan pergi dengan sepatu hak tingginya yang sengaja dihentak-hentakkan.

Kemudian, Billy Li meminta Steve untuk mengangkut beberapa piano Steinway untuk dibeli. Mendengar itu semua manajer toko terkejut dan berkata, "Terima kasih, Tuan!"

Shia Tang dengan tulus berterima kasih pada Billy Li karena telah membantunya, ia lalu masuk ke dalam mobil dan pulang bersama. Namun, lagi-lagi sepertinya Billy Li marah karenanya. Mungkin karena Shia Tang telah menyandang status sebagai istri, maka dari itu Billy Li melindunginya. Tetapi, entah kenapa Shia Tang masih sangat tersentuh.

Billy Li membuka pembicaraan, "Mau makan dimana?" Sambil melihat arlojinya yang menunjukkan, sudah hampir jam empat sore.

"Ah?" Sebuah kata yang melayang di luar dugaan itu membuat Shia Tang tertegun. Lalu ia berpikir, Apa dia ingin mengajakku makan?

"Atau, mau makan dirumah?" Billy Li menatap Shia Tang dalam-dalam.

Shia Tang sedang berpikir, Apa yang harus aku jawab? Akhirnya Shia Tang hanya bisa menundukkan kepalanya dan mengeluarkan suara sangat kecil, "Makan di luar saja."

Billy Li tidak menyahut, ia hanya menyandarkan kepala ke belakang dan menutup mata untuk beristirahat...