"Maksud Kamu, Saya mau apa?" Keren benar-benar tidak mengerti maunya Teo.
"Hahaha, jangan pura pura, gue tau lo sudah memiliki kekasih," ujar Teo tajam.
Keren menghela napas panjang dan meraup oksigen lebih banyak lagi, lalu mengatakan sejujurnya kepada Teo jika ia sudah mengakhiri hubungannya dengan Bimo.
Teo seakan tidak percaya, jika Keren dan Bimo sudah putus. Karena yang ia tau, Keren dan Bimo sudah lama berpacaran, ia memandang rendah Keren saat ini.
Dalam pikirannya Keren sudah tidak gadis lagi karena sudah lama berpacaran dengan Bimo.
Hal itu seketika membuatnya jijik. Jika bukan perintah Papanya untuk menikahi Keren demi memperluas bisnis mereka, ia sama sekali tidak sudi menikah dengan Keren.
Teo yang lama tinggal di luar negeri, telah terbiasa meniduri banyak wanita.
Kebiasaannya ini, ia mampu tutupi pada kedua orang tuanya, hanya sahabatnya Rudolf yang mengetahui ulahnya itu.
Rudolf setali tiga uang dengan Teo, sama sama penjahat wanita.
Selama Teo hampir 3 bulan di Jakarta, ia selalu minta bantu kepada Rudolf untuk mencarikannya seorang wanita yang bersedia one night untuk melayaninya.
Keren dari tadi mencoba membaca pikiran dan maksud perkataan Teo namun ia tidak menemukan jawabannya.
"Kita akan berada disini selama 2 jam ke depan, silakan lakukan apa pun semau mu."
"Kok sampai dua jam?" tanya Keren penasaran.
"Tanya kepada Papamu dan Papaku, jangan tanya kepadaku," ujarnya ketus.
Dari tadi Teo asyik dengan ponselnya. Rudolf sudah mengirimkan beberapa foto perempuan yang mau melayaninya nanti malam. Ia tinggal memilih mereka sesuka hatinya.
Sementara itu, Keren terlihat kikuk di cuekin oleh Teo, ia menilai Teo orangnya kasar dan tidak peduli dengan pernikahan ini, ia memikirkan nasibnya ke depan jika menikah dengan Teo.
Teo tidak kalah tampan dengan Bimo, namun sifat mereka berbeda. Bimo sangat menghargai Keren sedangkan Teo berbanding terbalik.
Dari pada bengong, Keren membuka ponselnya dan menenggelamkan dirinya dengan membaca novel favoritnya di sebuah situs online.
Keduanya tenggelam dengan ponsel masing masing.
Tak terasa sudah dua jam lebih mereka ada di kafe tersebut, tiba tiba Teo berdiri dari bangkunya dan hendak beranjak pergi, "time ia over, gue pamit dulu," ia lalu berdiri sambil memanggil waiters dan membayar tagihan selama mereka berada di kafe itu.
Lusa, ada fitting baju pengantin, berikan kartu nama mu," Keren segera merogoh tasnya dan memberi kartu namanya kepada Teo dan Teo juga memberi kartu namanya kepada Keren.
"Gue akan menghubungi lo," ia lalu berlalu dari situ sambil memegang kartu nama Keren.
Keren yang diperlakukan seperti itu, seketika melongo, ia tidak menyangka ditinggal pergi begitu saja oleh Teo.
Untuk mengusir kekesalannya ia menghibur dirinya sendiri dengan berkeliling mall sambil berbelanja baju kerjanya.
Setelah itu ia kembali pulang dengan menggunakan taksi online.
Sesampai di rumah, Keren kaget dengan keberadaan sopir Teo di rumahnya, "Selamat sore Nona Keren, maaf tuan Teo tidak dapat mengantar nona pulang, karena ada meeting mendadak di daerah Bandung, ada sedikit gift dari tuan Teo untuk orang tua, Nona."
Setelah berkata begitu sang sopir pamit undur diri. Sedangkan kedua orang tua Keren sangat terkagum-kagum dengan perhatian dari Teo. "Coba lihat ini, masih jadi calon mantu saja Nak Teo sudah perhatian banget, apalagi nanti kalau dia sudah jadi suamimu, jangan sia siakan itu."
Setelah tuan Gerald berkata seperti itu, tiba-tiba ponsel Keren bergetar ternyata ada pesan masuk dari Teo, "sandiwara dimulai, gue harap lo bisa ikut kerjasama."
Keren tak habis pikir dengan tingkah Teo yang berubah-ubah bagai bunglon.
Saat fitting baju pengantin, ternyata mereka melakukannya terpisah, ada saja alasan yang Teo lontarkan untuk menutupi perangainya itu sehingga tidak membuat keempat orang tua itu merasa curiga sedikitpun.
Alhasil Keren fitting baju sendiri bersama ibunya dan calon ibu mertuanya.
Tinggal menghitung hari, Keren akan dipersunting oleh Teo.
Saat ini hatinya bagai teriris sakit mana kala ia mendengar kabar angin jika Bimo mantan kekasihnya sedang dekat dengan seorang wanita.
"Gue dengar dari teman sekantor gue sih Ker, jika Bimo sedang dekat dengan wanita itu," ujar Lusi sahabat Keren. Saat ini mereka sedang nongkrong di sebuah mall untuk menemani Keren belanja keperluan pribadinya.
Mendengar hal itu Keren sedikit kecewa dengan Bimo yang dengan mudahnya berpaling darinya.
Ia ingin menghubungi Bimo dan menanyakan hal itu langsung kepadanya, namun ia tidak mampu, ia juga berpikir jika Bimo berhak bahagia tanpa dirinya.
Lusi juga mewanti-wanti Keren, agar berhati-hati kepada Teo, karena Lusi sedikit tau sepak terjang Teo dengan perempuan.
Namun nasihat Lusi sepertinya diabaikan oleh Keren. Ia berpikir Teo memang orangnya begitu terkesan cuek dan tidak mau tau.
Dalam hati kecilnya Keren mencoba untuk menerima Teo sebagai calon suaminya.
Hari ini, hari pernikahan mereka.
Semua terlaksana dengan baik, banyak tamu-tamu undangan yang datang.
Semua kolega ayahnya dan juga kolega Teo bertemu di acara pernikahan mereka.
Teo sedikitpun tidak pernah melirik ke arah Keren. Ia malah terlihat sibuk menyapa para koleganya.
Keren mencoba mengerti jika Teo memang memiliki banyak kolega jadi perlu menyapa mereka satu persatu.
Di sudut ruangan paling belakang, ada sepasang mata lelaki menatap sendu di atas pelaminan, dialah Bimo.
Ia sengaja datang ke pesta pernikahan Keren untuk melihat perempuan yang ia masih cintai itu.
Bimo ingin sekali memberi selamat kepada kekasihnya, namun ia sadar itu dapat menimbulkan keributan nantinya.
Bimo hanya dapat menatap sendu kearah Keren yang terlihat bingung, karena Teo yang sibuk dengan koleganya.
Sementara di sudut ruangan lain, ada wanita lain yang menatap tajam ke arah Teo, sambil mengusap perutnya yang besar.
"Tunggu pembalasanku Teo! kamu akan membayar semuanya!"
Dialah Cika, mantan partner ranjang Teo yang saat ini sedang mengandung darah dagingnya.
Saat melakukan itu, Teo dalam keadaan mabuk parah. Ia lupa memakai sarung pada senjatanya, karena terburu nafsu, ia melakukannya dengan kasar dan berhasil merenggut kegadisan Cika.
Walau begitu keesokan paginya, Teo meninggalkan satu cek senilai 500 juta untuk Cika.
Cika yang tergiur uang yang banyak, tidak mempermasalahkan apa yang sudah Teo lakukan kepadanya.
Namun beberapa saat kemudian, Cika sadar ia sedang hamil dan berusaha membicarakannya kepada Teo, namun siapa sangka, Teo malah menyuruhnya untuk menggugurkannya dan kembali memberinya cek senilai 500 juta.
Cika menerima cek itu, namun ia tidak mengugurkan kandungannya.
Ia berencana jika anak ini lahir, ia akan menyuruh istri sah Teo untuk membesarkan anak ini.
Kembali ke pesta,
Saat ini, acara telah selesai. Teo pamit kepada kedua orang tuanya dan juga orang tua Keren, untuk membawa Keren ke hotel bintang lima yang khusus ia booking untuk mereka berdua.
Keren menurut saja apa yang dikatakan Teo.