webnovel

Stolen Voices

Anneth dan Deven dua orang yang mempunyai suara ajaib di saat mereka menginjak usia 13 tahun, nama mereka berdua melejit seperti pesawat yang terbang di angkasa tapi setinggi apapun mereka terbang, pesawat itu akan kembali mendarat... dimana mereka mendarat? ini kisah mereka 6 tahun kemudian saat mereka menginjak masa-masa kuliah, masa-masa pencarian jati diri, dimana persahabatan, cita-cita dan cinta melebur menjadi sebuah cerita klasik... apa yang terjadi dalam 6 tahun?, cerita Anneth berbeda dengan cerita Deven... seperti apa ceritanya? ini fiksi meskipun saya mendapatkan inspirasi dari ajang pencarian bakat di salah satu stasiun TV Nasional

Anna_M_Wang · Celebridades
Classificações insuficientes
23 Chs

Laringitis

Setelah obrolan di Mangrove tidak ada kejadian yang cukup berarti lagi antara Deven-Anneth, hubungan mereka masih menggantung meskipun Anneth tidak pernah berhenti berharap tapi ia menuruti kata-kata Deven dengan tidak menghubungi Deven secara terus menerus hanya beberapa kali meskipun Anneth ingin sekali mereka bisa chat dan telepon seperti dulu tapi karena sekarang sudah mau masuk ke musim UTS, mereka sama-sama sibuk belajar.

Tidak hanya Anneth yang sibuk belajar tapi adiknya juga dan suatu hari 4 hari sebelum menjelang UTS

Tiba-tiba adik Anneth sakit perut, wajahnya pucat sampai biru dan karena takut ada apa-apa, Anneth dan maminya langsung membawa Alvaro ke rumah sakit...

Ternyata adiknya keracunan makanan dan harus dirawat di rumah sakit selama kurang lebih seminggu

"Makanya Al, jangan suka jajan yang enggak-enggak" marah Anneth pada adiknya "lihat sekarang mami mesti ngurus surat ke sekolah biar lo bisa ikut ujian susulan"

"Ya sapa sih kak yang mau sakit gini?" kata Alvaro sambil memegang perutnya

"Ya udah... lo istirahat yang bener biar bisa cepet keluar rumah sakit" kata Anneth sambil berdiri dari tempat duduk di samping adiknya

"Kak Anneth mau kemana?" tanya Alvaro

"Mau beli minum" jawab Anneth "lo mau titip apa?"

"Memang boleh makan sembarangan?" tanya Alvaro

"Oh iya" kata Anneth "ya udah lo tunggu disini aja, kak Anneth cuma pergi sebentar kok"

Anneth keluar dari kamar VVIP adiknya dan berjalan santai ke arah lift

Ia turun ke bawah... ke arah kantin

Anneth memesan siomay dan aqua tidak dingin

Anneth sudah akan menghabiskan siomay'nya ketika melihat Deven berjalan dengan seorang dokter pria yang tinggi

Anneth langsung berusaha menyembunyikan diri, dokter itu menepuk bahu Deven dan bicara sambil tersenyum, Deven juga balas tersenyum meskipun wajahnya tampak serius, apa Deven kesini karena tugas kuliah?

Deven kemudian berjalan ke counter penjual makanan, ia masih bicara serius dengan dokter itu sampai pesanan kopi dokter itu datang, Deven berbicara sebentar kepada dokter itu lalu ia melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan dokter itu sendiri.

Dokter itu duduk sendirian, Anneth memperhatikan dokter itu, ada keraguan dalam diri Anneth untuk bertanya tentang Deven dengan dokter itu atau tidak peduli tapi ada sesuatu yang mendorong Anneth untuk membawa botol aqua'nya dan duduk di depan dokter itu

"Hallo dok" sapa Anneth ramah

Dokter itu mendongak menatap Anneth dan tersenyum

"Eh dok, itu tadi Deven Christiandi Putra... itu teman saya" kata Anneth

"Oh kamu kenal Deven?" tanya dokter itu

Anneth mengangguk "saya salah satu teman dekatnya dok, oh iya saya lupa memperkenalkan diri nama saya Anneth Dellicia Nasution" kata Anneth sambil mengulurkan tangannya dengan sopan

Bingung tapi dokter itu menjabat tangan Anneth "saya Richard Reinaldy, saya dokter THT disini"

Anneth mengangguk "maaf dok kalau saya agak lancang tapi boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja" kata dokter itu tersenyum

"Temen saya yang tadi, Deven apa dia kesini karena tugas kuliah?" tanya Anneth polos

"Tugas kuliah??" alis dokter itu terangkat bingung "tentu saja bukan, Deven itu pasien saya dari setahun yang lalu" jawab dokter itu

"Pasien" ulang Anneth kaget "memangnya dia sakit apa dok?"

"Ooohhh penyakit Deven cukup serius, ia menderita Laringitis" kata dokter

"Laringitis" ulang Anneth sama sekali tidak mengerti penyakit apa itu

"Ah itu penyakit tenggorokan" kata dokter Richard "penyakit yang terjadi pada pita suara jadi penyakit itu bisa membuat penderitanya kesulitan untuk mengeluarkan suara nah untuk Deven sebetulnya sudah pulih sepenuhnya dan bisa dibilang sembuh tapi beberapa bulan yang lalu ia mengalami gejala lagi jadi dia kesini untuk check up rutin"

Anneth hanya menatap dokter itu dengan perasaan shock, ia sampai tidak mampu berkata-kata... jadi karena ini Deven tidak bernyanyi lagi?!.

"Kamu tidak tahu kalau Deven sakit?" tanya dokter itu menatap bingung ke arah Anneth

Anneth menggelengkan kepalanya "tidak dok tapi saya berterima kasih banyak dokter mau memberitahu saya tentang Deven"

"Iya" kata dokter itu agak khawatir melihat wajah pucat Anneth "kamu tidak apa-apa?, kamu kelihatan tidak sehat"

"Sa-saya tidak apa-apa dok hanya sedikit kaget mendengar cerita sakit yang dialami Deven" kata Anneth

"Wajar kamu kaget, penyakit ini cukup serius" kata dokter itu "dan kasus Deven cukup berat"

"Maksud dokter?" tanya Anneth bingung

"Sebetulnya awalnya di pita suara Deven ada tumor jinak, itu sudah cukup parah karena Deven tidak bisa bicara selama 2 bulan dan setelah menjalani operasi, Deven dan keluarga mengira penderitaan Deven sudah sudah berakhir tapi ternyata Deven malah terjangkit penyakit Laringitis yang membuatnya tidak bisa bicara sampai beberapa tahun, kasihan sekali"

Anneth menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia tidak menyangka Deven... kenapa ia tidak tahu cerita ini?, kenapa Deven tidak memberitahunya?, apa Charisa dan Gogo tau??.

Anneth meninggalkan kantin rumah sakit dengan perasaan yang sangat shock dan sedih, Devennya... Deven, Deven, Deven... dokter Richard tadi mengatakan kalau sebaiknya Anneth tidak bercerita pada siapapun mengenai penyakit yang diderita Deven, ia tadi bercerita karena Anneth bertanya apakah Deven sedang mengerjakan tugas kuliah atau bukan dan sebetulnya hal ini bukan hal yang bisa dipublikasikan tapi Anneth menjamin bahwa Deven benar-benar temannya, Anneth sampai menunjukan fotonya di media yang berpelukan dengan Deven

Ketika kembali ke kamar adiknya, Anneth bahkan tidak memperhatikan kalau adiknya menggerutu bahwa Anneth pergi terlalu lama dan tidak membawa apa-apa, Anneth yakin bahwa Gogo juga Charisa tau mengenai hal ini jadi tanpa membuang waktu hari itu juga setelah ia bergantian menjaga adiknya dengan maminya, Anneth menelepon Charisa

"Hallo Cha"

"Hallo Neth"

"Lo ada dimana Cha?" tanya Anneth

"Gue... gue lagi sama anak-anak ini Neth" kata Charisa "kita lagi makan malem, lo mau ngikut?"

"Deven ikut juga?" tanya Anneth

"Enggak, Deven hari ini ada urusan" kata Charisa "lo ngikut gak?"

"Ya udah, lo dimana?" tanya Anneth

Charisa memberikan alamatnya pada Anneth

Anneth mengakhiri teleponnya dan segera menuju ke tempat Charisa dan teman-temannya makan.

Ternyata semuanya memang ada disana bahkan Gogo, mereka semua terlihat bercanda dan tertawa riang gembira saat Anneth datang

"Eh Neth, mau pesen apa?" tanya Joa

Anneth melihat buku menu dengan perasaan tidak nyaman tapi ia tidak bisa langsung mengatakan hal ini disini

"Gue pesen nasi ayam sama teh hangat" kata Anneth dengan suara bergetar menahan tangis

Nashwa memesankan Anneth

Lalu mereka kembali ngobrol ternyata mereka tadinya sedang bercerita mengenai teman-teman mereka yang aneh di kampus, Gogo yang ceritanya paling seru diantara semuanya sampai mereka tidak menyadari Anneth tidak ikut tertawa tapi malah menangis

Dan yang menyadari Anneth menangis adalah Nashwa

"Loh... loh... Neth, kok elo nangis sih" kata Nashwa bingung "kenapa Neth?, makanannya gak enak?"

"Cerita Gogo gak lucu?" tanya Putri

Anneth menggelengkan kepalanya

"Gue tadi dari rumah sakit" kata Anneth berusaha sekuat tenaga merangkai kata di sela-sela tangisannya

"Siapa yang sakit?" tanya Charisa

"Elo sakit Neth?" tanya Joa

Anneth menggelengkan kepalanya

"Mami lo sakit?" tanya Gogo

"Alvaro sakit" jawab Anneth

"Sakit apa?, memang parah Neth?" tanya Putri

"Engga" kata Anneth berusaha menahan tangisnya "dia cuma keracunan makanan"

"Ya, adik lo pasti sembuh Neth... gak usah sampe nangis" kata Joa sambil mengelus punggung Anneth

"Bukan masalah adik gue" kata Anneth masih berusaha berbicara "Deven"

"Deven??" semua orang disana saling berpandangan dengan wajah bingung tapi bisa dilihat cuma Gogo dan Charisa yang tampak pucat

"Apa hubungannya ini sama abang Deven, kak Anneth?" tanya Lifia bingung

"Deven sakit" jawab Anneth tangisnya langsung pecah sambil ia menutup wajahnya

Joa langsung memeluk Anneth, meskipun tidak mengerti maksud Anneth tapi ini hal yang seharusnya dilakukan ketika ada sahabatmu yang menangis

"Neth...coba lo ngomongnya pelan-pelan" kata Nashwa "gue sama sekali gak ngerti maksud elo sih yang ngomong Deven sakit"

"Memang abang Deven sakit apa?" tanya Lifia

Anneth bercerita apa yang tadi ia alami di rumah sakit dan ketika Anneth selesai bercerita semua orang disana tampak shock dan kaget

"Gue yakin elo sama Gogo tau sesuatu khan Cha" kata Anneth

"Gue gak tau kalau lo bakalan tau secepat ini tentang kondisi Deven sih Neth" kata Charisa sambil menatap ke arah Gogo

"Kita gak bermaksud merahasiakan hal ini dari kalian semua" kata Gogo "tapi kita diancam sama Deven"

"Kalian berdua cerita sekarang" kata Anneth marah "atau persahabatan kita semua jadi taruhannya"