webnovel

Stars Elite

Di galaksi ini, planet maju ingin mencapai puncak tertinggi lalu mendapat gelar planet terkuat. Tak sedikit dari mereka beraliansi untuk menjajah planet yang lebih miskin tapi kaya akan sumber daya. Aliansi-aliansi besar berperang untuk merebut daerah kekuasaan ketika mereka terlibat dalam sengketa. Sebuah kelompok yang menamai diri mereka sebagai Aliansi Kebebasan merupakan kelompok yang berisi berbagai macam makhluk dari berbagai planet pula. Mereka satu ideologi di mana setiap planet mempunyai hak bebas tanpa gangguan dari para penjajah. Aliansi ini membantu planet yang sedang dijajah dan jadi musuh alinasi-aliansi besar. Ketika seorang pemuda dari planet bumi bertemu dengan salah satu anggota Aliansi Kebebasan, dia mengetahui takdirnya untuk mendamaikan galaksi ini.

Hasan_Danakum · Ficção Científica
Classificações insuficientes
32 Chs

Melarikan Diri

Ketika menikmati jam istirahat dengan makan siang, Darma mendapat sebuah pesan dari Skrul. Di dalam pesannya Skrul berkata kalau dia sekarang bekerja sebagai jurnalis khusus membahas isu-isu politik. Sebagai seorang teman, Darma tentu saja senang dengan kabar gembira ini. Skrul juga meminta maaf karena baru sempat membalas. Karena dia begitu sibuk mengurus proses melamar kerja. Skrul pun bercerita jika jam terbang sudah banyak, dia akan ditugaskan meliput isu-isu politik yang ada di planet tertentu.

Darma menutup layar ponselnya. Guldi lalu datang menghampiri. Dia berkata ingin menunjukkan sesuatu. Darma mengangguk dan mengikuti Guldi ke sebuah jendela. Dia menunjuk ke landasan di mana pesawat turun. Setelah pintu pesawat dibuka, banyak sekali yang turun. Salah satunya makhluk yang semuanya terbuat dari besi.

"Mereka itu adalah robot dari planet Tron," Guldi menjelaskan.

"Apa bedanya dengan robot yang biasa dibuat?" Darma bertanya.

Guldi lalu menjelaskan semua tentang planet Tron yang dia ketahui. Darma berpikir keras mencoba mencerna semua perkataan Guldi.

***

Kabar soal kaburnya Yora sudah terdengar di antara para sipir penjara. Tapi mereka tak ambil pusing. Sebab Yora hanya penjahat kelas bawah dan kejahatannya juga hanya kejahatan ringan saja. Tapi petugas yang dibuat mirip oleh Ramna sempat diinterogasi. Karena ia terbukti tidak bersalah, dia hanya mendapatkan hukuman ringan.

Pagi itu ketika petugas membuka sel Yora, tiba-tiba Yora menguap dan berubah menjadi petugas yang diubah oleh Ramna. Mereka semua kebingungan sebab Yora kabur tanpa jejak sedikit pun. Bahkan gembok sel pun tidak lecet sama sekali.

Rupanya, setelah kabur melewati lubang yang dibuat oleh Ramna, mereka tiba di sebuah hutan yang jarang dilalui oleh orang-orang. Tanah di hutan tersebut tiba-tiba terbuka jadi sebuah lubang persegi lalu Ramna dan Yora muncul dari bawah dan lubangnya menutup lagi. Yora melihat pergelangan tangan kirinya lalu sebuah jam hologram muncul. Dia menekan tombol dan tiba-tiba pepohonan di sekitarnya berubah menjadi sebuah pesawat luar angkasa kecil berbentuk segi tiga, di atasnya cekung karena menyatu dengan kokpit dan dek. Pintunya terbuka lalu Yora dan Ramna masuk ke dalam dan pintu tertutup lagi. Sampai di dek, mereka menghampiri sebuah meja kosong yang tiba-tiba muncul hologram dan menampilkan planet Efora.

"Kita berada di titik ini," Yora menunjuk ke arah salah satu titik yang berkedip di hologram planet Efora.

"Tugas kita sudah selesai?" Ramna memperhatikan.

"Sudah. Aku sudah memperhatikan stasiun selama hampir satu minggu dan tidak ada tanda-tanda musuh kita mendarat di planet ini. Dan kalau bukan karena makhluk bumi yang menyebalkan itu mengganggu, aku tidak akan berakhir dipenjara bawah tanah yang pengap." wajah Yora terlihat kesal.

"Kenapa juga kau berulah di sana? Julukan mereka kepadamu itu pencuri kecil."

"Oh ayolah. Aku bosan. Lumayan kan ada hiburan?"

Ramna menggelengkan kepala. Mereka berdua lalu pergi tidur.

"Yora, kenapa kau begitu benci sekali dengan makhluk bumi?" tanya Ramna ketika dia berbaring.

Yora hanya membalikkan badannya ke arah kanan dan menutup semua tubuhnya dengan selimut. Dia tidak mau menjawab.

***

Darma sangat lelah sekali. tetapi dia harus keluar sebentar untuk membeli barang kebutuhan. Setelah membeli semua yang dia butuh kan, Darma pulang. Tapi sialnya, bus sudah tidak ada lagi. Dia melihat peta di ponselnya. Jaraknya sekitar sepuluh kilometer. Lumayan jauh. Dengan terpaksa dia pulang jalan kaki. Dia tengah perjalanan, dia memutuskan untuk memotong jalan supaya lebih cepat. Lagi pula, masuk ke dalam hutan atau kebun tak seseram di Bumi. Di Efora penuh cahaya kemilau yang mengagumkan. Darma melangkah memotong jalan ke sebuah hutan kecil. Bahkan dia sesekali mengambil foto dan mengirimkannya ke Skrul.

Ketika sampai di tengah, dia mendengar suara mesin pesawat dihidupkan. Darma bingung. Kenapa di tengah hutan ada suara pesawat? Dia mendekat. Semakin mendekat. Dan ketika sudah sampai di sumber suara, betapa terkejutnya darma ketika melihat sebuah pesawat luar angkasa berbentuk segi tiga yang di atasnya ada cekungan untuk kokpit. Yang lebih mengejutkan, pilotnya adalah Yora. Darma langsung menyimpulkan kalau Yora kabur dari penjara. Sementara Yora yang di dalam kokpit melihat Darma sedang memperhatikan pesawatnya, langsung bergegas menerbangkan pesawatnya.

Darma berlari dan ketika pesawat lepas landas, dia melompat sekuat tenaga dan berhasil meraih pegangan untuk membuka pintu jika pintu tidak bisa dibuka secara otomatis. Ramna mengingatkan Yora kalau ada orang yang bergelantungan di bawah pesawat. Tapi Yora tidak peduli. Dia terus memacu pesawatnya ke atas menuju atmosfer. Darma terus berpegangan.

Yora mengaktifkan sistem kamuflase. Suara bising pesawat hilang dan pesawat perlahan-lahan juga menghilang tak terlihat. Tapi, Darma yang bergelantungan tidak hilang. Sebab sesuatu yang di luar pesawat tidak akan ikut hilang. Begitulah sistem kamuflasenya bekerja. Ramna kembali mengingatkan Yora. Dengan terpaksa Yora menyuruh Ramna untuk membawa masuk Darma. Sebab jika Darma tetap di luar, mereka akan terdeteksi oleh radar sehingga tidak bisa melarikan diri.

Pintu terbuka ke bawah dan Ramna mengulurkan tangannya lalu Darma ditarik masuk ke dalam dek. Ketika dia napasnya tersengal-sengal, mata Darma dikagetkan oleh penampilan Ramna. Bukan. Bukan karena kepalanya ditutupi tudung dan badannya ditutupi dengan jubah ungu. Melainkan Ramna yang tidak punya kaki. Bahkan ketika berjalan pun Ramna melayang. Melihat lebih detail lagi ternyata Ramna tidak mempunyai wajah. Hanya bola mata bulat berwarna ungu. Sebenarnya wajahnya ada. Hanya saja seluruh tubuhnya itu seperti asap.

"Siapa kalian?" tanya Darma dengan panik.

Yora masih terus mengemudikan pesawat di kokpit. Dia tidak menghiraukan pertanyaan Darma.

"Kami ini anggota dari Aliansi Kebebasan," Ramna menjawab.

"Bohong. Yang aku dengar kalian ini sering menolong planet yang dijajah oleh para aliansi besar."

"Itu memang benar. Tapi di Efora ini kami sedang ada misi operasi."

Ramna mengambil sebuah topeng besi berwarna merah yang rata tanpa hidung dan hanya ada lubang matanya saja. Dia memakainya di wajahnya.

"Lebih baik aku pakai ini saja untuk tidak menakutimu," tiba-tiba suara Ramna berubah seperti suara anak kecil.

Darma terkejut.

"Siapa kau? Kenapa suaramu berubah sekarang? Dan kenapa kau tidak memiliki kaki?"

"Aku ini Ramna berasal dari Planet Ethias. Semua penghuninya tidak memiliki bentuk. seperti penghuninya, semua planet terbuat dari gas. Jadi kami suka menggunakan benda-benda padat supaya bisa berinteraksi secara fisik dengan makhluk lain. Soal suara ini, aku sengaja mengatur topeng pengubah suara ini ke suara anak kecil agar aku tidak begitu menyeramkan."

Darma merasa tenang. Karena Ramna rupanya mudah bersahabat dengan makhluk lain. Tapi dia tidak suka dengan sikap kasar Yora.

"Hentikan pesawat ini sekarang juga!" tegas Darma.

"Tenanglah. Kami tidak melakukan kejahatan yang besar, kok. Untuk Yora yang mengacau di stasiun galaksi, aku minta maaf," Ramna mencoba menenangkan Darma.

"Ramna! Tak perlu minta maaf. Harusnya dia yang minta maaf karena telah membuatku masuk penjara bawah tanah yang menyebalkan itu," sentak Yora sambil dia menekan tombol auto pilot. Kursinya berputar ke belakang lalu dia meloncat turun dan menatap Darma dengan penuh kebencian.

"Jika aku mau, aku bisa melemparmu keluar dari pesawat ini. Jadi, tutup mulutmu!" ujarnya kemudian dengan nada membentak.

Darma tidak terima jika dia dibentak. Dia mengambil sebuah tongkat di dinding dek. Tongkat itu menyala dan membuat Yora dan Ramna kaget.

"Tidak mungkin. Kau bisa membuat tongkat itu menyala?" tanya Yora dengan mata yang melotot. Saking kagetnya, dia sedikit berkeringat.

"Memangnya kenapa? Tongkat mainan seperti ini banyak di Bumi," Darma menodongkan tongkat tersebut ke arah Yora dan Ramna.

"Hey Tunggu! Jangan gunakan tongkat itu jika kau ingin selamat," Ramna mencoba membujuk Darma.

Tapi Darma tak menghiraukannya. Dia mengayunkan tongkat tersebut ke arah Yora tapi tiba-tiba, tubuhnya terpental dan membentur ke dinding dek lalu dia pingsan seketika. Tongkatnya terjatuh. Yora mendekat dan memeriksa keadaan Darma. Dia tidak apa-apa.

"Yora," Ramna menatap serius ke arah Yora.

"Tidak mungkin. Ini mustahil," Yora menggelengkan kepala.

"Seberapa kerasnya kita menolak, fakta membuktikan dia bisa membangkitkan kekuatan tongkat yang dibuat oleh bangsa Zalf, makhluk planet Manda. Hanya mereka yang bisa membangkitkannya."

"Tapi dia berasal dari Bumi."

"Mungkin saja dia ini memang Zalf. Atau keturunan Zalf."

"Tidak mungkin. Jika keturunan Zalf, kulitnya tidak sebersih para Zalf."

"Kita bawa saja dulu ke markas. Lalu kita tanyakan kepada kapten."

Mereka bergegas. Setelah keluar atmosfer, mereka langsung melakukan lompatan kecepatan cahaya dan akselerasi hingga empat kali sehingga mereka berhasil melarikan diri dari Efora.

Bersambung...

Jika suka dengan novel ini, silakan add to library! Nantikan terus petualangan di galaksi ini yang jauh lebih seru!

Hasan_Danakumcreators' thoughts