webnovel

STARRY

Hanakha97 · Adolescente
Classificações insuficientes
1 Chs

starry night

a fanfiction

Kim Yoojung, Kim Taehyung

saya tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita selain kesenangan menulis semata. kisah dibawah hanya fiksi belaka. jika ada kesamaan, maka itu sebuah ketidaksengajaan.

sumber gambar yang terdapat dalam cerita didapat dari : pinterest, we heart it, dll.

HanaKha97 present

Star

***

"Ada bintang, yang jika kau lihat, tidak akan pernah padam. Kau tahu bintang apa itu?"

Hazel Yoojung mengerjap. Samudera bintang. Gadis itu menamainya, sejak pertama kali melihat betapa indahnya langit malam. Jutaan, milyaran, bahkan tak terhingga. Hamparan cahaya kedip-kedip berserakan diatas sana. Mirip samudera tak bertepi. Menampilkan lukisan, dimana semesta tidak mempermasalahkan seperti apa wajah seseorang.

Yoojung mengenal sirius, saat pria disampingnya menyamakan Yoojung dengan bintang paling terang saat malam menyambut. Yoojung bahagia tentu saja.

"Bintang yang tidak akan padam? Memang ada?"

Yoojung terkekeh pelan. Ia sandarkan kepala di bahu pria itu. Jaket tebal dirapatkan, sementara kedua tangan melingkar di lengan kiri si pria. Pertanyaan ringan pria itu tidak Yoojung tanggapi. Hanya seulas senyum tipis yang Yoojung tampilkan.

"Kau kedinginan. Kita pulang saja, Yoo"

"Kau tahu Tae? Saat pertama kali kita bertemu, bintang adalah kata pertama yang terlontar saat kau melihatku, dan aku melihatmu."

Yoojung ingat betul malam itu. Dua tahun lalu. Dimana, dirinya dan Taehyung bertemu untuk pertama kali. Diantara sunyi alam dan napas yang memburu, Yoojung menemukan Taehyung. Dan sebaliknya, Taehyung menemukan Yoojung. Keduanya bersitatap cukup lama. Taehyung yang terkagum pada sosok gadis di depannya. Yoojung yang terhanyut dalam manik hitam milik pria dihadapannya.

"Bintang"

"Bintang"

Keduanya mengujar kata tanpa sadar. Lalu, dalam hitungan detik, tawa kecil menggema di ketinggian 3000 mdpl. Yoojung mengulurkan tangan. Mengajak pria asing menjadi teman. Bukan hal aneh bagi gadis seperti Yoojung. Mengingat seorang pendaki tidak dapat hidup sendirian di hutan, orang asing adalah teman yang lewat sementara dalam kisah hidup. Ah, atau sebagian bahkan menjadi teman hidup.

"Saat itu, kita tidak saling bertanya kenapa bintang adalah ucapan yang terlontar pertama kali. Kau yang tersenyum tipis, mengajakku melanjutkan perjalanan. Membiarkan Jaehyun dan Junhoe mengawal di belakang."

Taehyung merapatkan selimut Yoojung, saat mendapati gadis itu terbatuk kecil. Jaket tebal tidak cukup untuk menghalau dingin yang menusuk. Dingin dan malam, bukan hal yang baik bagi tubuh Yoojung. Tapi, berapa kalipun Taehyung meminta, Yoojung tidak akan menuruti ucapannya. Gadis itu keras kepala.

"Kau tahu Tae? Aku melihat bintang yang tidak padam meski matahari tengah bercengkrama dengan bumi."

Yoojung memejamkan mata. Membiarkan angin musim gugur menyapu wajah. Membawa kisah yang mungkin tidak akan sempat ia ceritakan pada anak-anaknya kelak. Yoojung merasa cukup dengan menceritakan kembali kisah lama, pada sang suami. Kim Taehyung.

"Bukankah matahari juga bintang?" Taehyung menanggapi meski dadanya kian sesak.

"Benar. Tapi, matahari akan bersembunyi saat malam dan kembali bersinar saat fajar." Yoojung menghentikan ucapannya. Hazel Yoojung mulai lelah dengan warna dunia, meski hazel itu masih ingin terbuka. Suara yang kian rendah dan semesta yang kian sunyi, membuat Yoojung mengucap syukur dalam hati. Suaranya masih bisa didengar Taehyung. " Tapi, bintang yang kulihat akan tetap bersinar saat siang menyapa dan malam menjemput."

Jika saja bisa, Yoojung ingin sekali bercerita banyak hal pada Taehyung. Tentang bintang, tentang mimpi dan tentang semesta yang selalu membuat Yoojung jatuh cinta berkali-kali. Tapi, Yoojung terlalu lelah malam ini. Suaranya enggan keluar. Hazel-nya menutup sempurna secara perlahan. Dan deru napas melemah seiring detik berjalan. Yoojung sadar, waktunya tidak lagi banyak.

"Tidurlah Yoojung. Aku disini. Bersamamu."

Biar. Biarlah Yoojung tidur dalam dekapan semesta. Dibawah jutaan bintang, disorot rembulan terang. Karena, yang Taehyung tahu, Yoojung terlalu keras kepala untuk hanya duduk diam dalam hangatnya ranjang. Dan lebih memilih dingin sebagai selimut dan bintang sebagai kawan.

"Kau tahu Yoojung, Kenapa, kata yang pertama kali terlontar untukmu adalah bintang?" Taehyung beralih memeluk pundak Yoojung. Membiarkan gadis itu tidur di bahunya. Karena, Taehyung sadar benar. Tangan Yoojung tidak lagi dapat Melingkar di lengannya. "Karena, aku melihat refleksi bintang di matamu. Hari itu, detik itu, aku menemukan bintang dalam jarak 30 centimeter. Bintang terdekat yang pernah kuketahui. Bintang paling terang dalam iris hazelmu. Kau adalah bintang, Yoojung. Bintang yang paling terang. bahkan, sirius pun kalah terang darimu."

^^^

" 君と同じ未來を ずっと一緒に見ていたい

同じ星を 同じ場所で 見つめていようよ

Aku selalu ingin melihat masa depan yang sama, bersama denganmu

Mari kita melihat bintang yang sama di tempat yang sama "*

"Petikkan satu untukku."

Dua jam sudah, Yoojung dan Taehyung menekuri jalanan terjal menuju puncak. Dingin tidak lagi menggigit saat keduanya terus berjalan tanpa henti. Memacu jantung agar terus memompa darah. Menghasilkan keringat dan menghalau dingin.

"Hm? Memetik apa? Tidak ada buah disini nona."

"Lihat disana-" telunjuk Yoojung mengarah ke langit luas."-petikkan bintang untukku. Satu saja."

"Sirius." Taehyung bergumam lirih. Ia lanjutkan lagi perjalanan yang sempat tertunda. Meski merasa aneh, tapi, tetap saja permintaan gadis itu Taehyung turuti.

"Sirius? Ah, Alpha Canis Majoris kan?"

Yoojung segera menyeimbangkan langkah kakinya dengan Taehyung. Entah kenapa, pendakian kali ini terasa lebih ringan bagi Yoojung.

"Benar. Bintang yang terletak di rasi canis major. " Dengan sengaja, Yoojung menarik jaket Taehyung. Membuat Taehyung mengatensi sosok Yoojung sepenuhnya. "Ada apa?"

"Sirius. Bintang paling terang di langit malam dan paling dekat dengan bumi. Wah~ aku merasa tersanjung Tae"

Disadari atau tidak, Taehyung mulai terbiasa dengan tingkah gadis yang baru beberapa jam ia temui. Dimulai dari, panggilan akrab seolah-olah mereka sudah berteman lama. Dilanjutkan dengan permintaan aneh untuk memetik bintang. Taehyung berharap, pertemuan mereka tidak hanya sampai puncak gunung. Taehyung berharap, akan ada hari, dimana senyum Yoojung selalu menyambutnya dikala fajar dan senja menampakkan diri.

"Tae ! Puncak sudah terlihat. Ayo kita berlomba. Yang sampai puncak duluan, boleh meminta apapun dari yang kalah. Oke?"

"Hei ! kau curang nona. Start-nya sudah salah. Tunggu !"

Yoojung tertawa, Taehyung berlari. Bintang masih bertakhta di langit, meski mentari akan menggantikannya sebentar lagi. Dua manusia lain di belakang hanya tersenyum penuh arti.

"Hei , June. Kurasa Taehyung sudah menemukan bintangnya"

"Kau benar Jae. Ah, bahagianya~"

☆☆☆

"君の描く未來に 私はいるのかな

同じ空を 同じ想いで 見上げていたいよ "

" Apa jika, aku sekarang ini ada di masa depan yang kau bayangkan

Mari kita menatap langit yang sama dengan perasaan yang sama "*

"Aku melihat bintang dimatamu Tae. bintang yang tidak akan padam meski mentari tengah bercengkrama dengan bumi."

.

.

.

.

.

.

end

Sumber lirik : https://furahasekai.net/2012/03/15/naruto-shippuden-4th-movie-theme-song-if-kana-nishino-lyrics-indonesia-translation/

* : If - Kana Nishino