"𝘌𝘮𝘱𝘩𝘩..𝘦𝘯𝘨𝘩𝘩!"
Di tengah ruangan sebuah kamar seorang pemuda manis tengah mengerang frustasi sambil mencoba membuka ikatannya. Ia belum mengetahui siapa orang yang telah membawanya ke tempat itu karena saat ia bangun dari pingsannya ia sudah duduk di atas kursi dengan keadaan terikat dan mulut yang tertutup lakban hitam.
Park jimin, pemuda itu adalah park jimin yang saat ini tengah mengedarkan pandangannya ke segala arah menatap bingung pada ruangan yang ia yakini adalah sebuah kamar hotel dan masih bertanya-tanya siapa yang sudah membawanya ke tempat itu.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Pintu kamar itu pun terbuka seseorang dengan pakaian serba hitam dan sebuah masker yang menutupi wajahnya. Berjalan mendekat ke arahnya dengan perlahan tentu saja setelah menutup pintu dan menguncinya terlebih dahulu.
Jimin masih berusaha memberontak saat pria itu mendekat ke arahnya dan setelah berada di depan jimin, pria itu berjongkok kemudian membuka perlahan rekatan lakban yang menutup mulut jimin.
𝙎𝙧𝙚𝙩𝙩
"Ah.. Kau! Siapa kau brengsek! Lepaskan aku!" Teriak jimin di depan wajah pria itu. Perlahan pria itu pun membuka masker yang ia pakai. Kemudian ia menunjukkan senyum kelinci khas miliknya tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Hai baby, merindukanku?" Jimin terkesiap setelah mengetahui siapa pria yang ada di depannya itu.
"J-jungkook?" Ucap jimin sambil melebarkan matanya.
"Uhum.. Ini aku baby." Sahutnya sambil mengusap pipi jimin dengan lembut.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠
𝘏𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵𝘦𝘮𝘦𝘯 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘯𝘵𝘰𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘨𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘭𝘪𝘦𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵.
𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘯𝘵𝘰𝘯 𝘛𝘝 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘯𝘢𝘤𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘫𝘶𝘴 𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢. 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘴𝘪𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘯𝘵𝘰𝘯, 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘦𝘭 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘯𝘺𝘪.
𝙏𝙞𝙣𝙜 𝙏𝙤𝙣𝙜
"𝘏𝘶𝘮.. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨?" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘫𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦 𝘮𝘦𝘫𝘢, 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
"𝘌𝘰𝘩?"
"𝘗𝘦𝘳𝘮𝘪𝘴𝘪 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘬𝘦𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘳𝘪𝘳 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘦𝘳𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘳𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘬𝘦𝘵 𝘪𝘵𝘶
"𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯."
"𝘈𝘩.. 𝘛𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪." 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘶𝘳𝘪𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘬𝘦𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵𝘦𝘮𝘦𝘯.
"𝘌𝘩? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮?" 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘰𝘭𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘬𝘦𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘶𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘬𝘰𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶.
𝙎𝙧𝙚𝙠
"𝘌𝘩.. 𝘉𝘶𝘯𝘨𝘢?" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘪𝘯𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢.
𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘫𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘬𝘰𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘫𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢.
"𝘒𝘪𝘳𝘢-𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢? 𝘋𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘗' 𝘛𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘗' 𝘊𝘢𝘯." 𝘔𝘰𝘯𝘰𝘭𝘰𝘨 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪. 𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘭𝘪𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘴𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘨𝘪𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘵𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘰𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶. 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘭𝘪𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶.
𝗧𝗼: 𝗣𝗮𝗿𝗸 𝗷𝗶𝗺𝗶𝗻
𝗔𝗸𝘂 𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝗱𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗺𝘂, 𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝗱𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗮𝗿𝗮 𝗺𝘂, 𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝗱𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗻𝘆𝘂𝗺 𝗺𝘂, 𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝗱𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗵𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗺𝘂 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗱𝗮 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗱𝗶𝗿𝗶𝗺𝘂.
𝗝.𝗝𝗞
"𝘑.𝘫𝘬? 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢.... 𝘖𝘩 𝘢𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢!" 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘩𝘰𝘳𝘰𝘳 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘰𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘳𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘪𝘴𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘪𝘢 𝘭𝘦𝘮𝘱𝘢𝘳 𝘬𝘦 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘫𝘢.
𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺 𝘯𝘺𝘢.
"𝘉-𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢.. 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪?" 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘪𝘩 𝘬𝘰𝘵𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘴𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘱𝘶𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘩.
"𝘒-𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘶? 𝘏𝘪𝘬𝘴.. 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘱𝘪, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪? 𝘏𝘪𝘬𝘴.. 𝘏𝘪𝘬𝘴.."
𝙏𝙞𝙣𝙜 𝙏𝙤𝙣𝙜
𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘱𝘶𝘴 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘱𝘶𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵𝘦𝘮𝘦𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘳𝘢𝘨𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘶𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘵𝘪𝘱 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢.
𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨𝘪 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘴 𝘩𝘪𝘵𝘢𝘮. '𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨? 𝘈𝘱𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢?' 𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘱𝘰𝘴𝘵𝘶𝘳 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨. 𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘱𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
"𝘏𝘺𝘶𝘯𝘨, 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘴𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮... 𝘌𝘰𝘩.. 𝘒𝘢𝘶 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢?" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘰𝘳𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨.
𝘗𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯, "𝘮𝘢𝘢𝘧, 𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘒𝘸𝘰𝘯 𝘢𝘥𝘢?"
"𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘯𝘵𝘰𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯." 𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯.
"𝘈𝘩.. 𝘉𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘶𝘨𝘢. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘬𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘱𝘶 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘰𝘣𝘢𝘵 𝘣𝘪𝘶𝘴. 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘰𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘳 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛
"Akhirnya aku menemukanmu dan membawamu kembali. Kau tahu, aku sangat merindukanmu sayang. Kenapa kau tega meninggalkan ku? Kau tahu bukan aku sangat mencintaimu." Ucap jungkook sambil membelai pipi jimin dengan lembut.
"Cinta huh? Jika memang kau mencintaiku, tidak seperti ini jungkook! Apa kau sadar, selama ini kau menyakitiku Hiks.. Hiks.. Apa seperti itu yang kau sebut cinta hum?!" Ucap jimin sambil terisak.
"Ssstt... Tidak.. Tidak.. Jangan menangis." Jungkook pun mengusap air mata jimin yang mulai membasahi wajahnya.
"Kenapa? Kenapa harus aku? Apa karena wajah ku sama dengan orang yang dulu pernah kau cintai? Karena itu, hingga kau melakukan ini semua padaku!"
Jungkook menangkup wajah jimin, "Tidak sayang, tidak! Dengarkan aku. Aku sangat mencintaimu jimin, aku benar-benar mencintaimu. Jujur, awalnya memang karena obsesi ku semata. namun setelah aku mengenalmu lebih jauh, aku sadar aku benar-benar jatuh padamu. Ku mohon jimin, beri aku kesempatan untuk mencintai dan memilikimu. Ijinkan aku untuk membuatmu mencintaiku."
"M-mianhe....
"Ku mohon padamu berikan kesempatan sekali saja. Aku....
"Tuan mereka sudah ada di tempat itu." Jungkook pun menoleh pada seseorang yang ada di pintu itu dan menghela nafasnya kasar sambil menyibak rambutnya ke belakang.
"Hah.. Baiklah aku akan ke sana." Setelah orang itu pergi jungkook kembali menoleh ke arah jimin yang kini menunduk.
"Setelah ini kau pasti akan kembali padaku." Ucap jungkook dengan seringai yang tersungging di bibirnya. Ia pun mulai melepas ikatan pada tubuh jimin dan setelahnya jungkook menarik lengan jimin untuk membawanya pergi dari tempat itu. Jimin tampak bingung saat ia di tarik keluar dari sana.
"Kita akan kemana? Jungkook ku mohon lepaskan aku!" Ucap jimin sambil mencoba melepas pegangan tangan jungkook pada lengannya.
"Kau akan mengetahuinya sebentar lagi."
Di tempat lain di ruangan kosong dengan penerangan yang terang, dua orang pria tengah di ikat di kursi yang mereka duduki dengan keadaan tak sadarkan diri. Salah satunya mulai terbangun dan menyesuaikan cahaya lampu yang begitu terang pada ruangan itu.
"Ssshh.. Kepala ku." Pria itu mengeluh saat merasakan kepalanya yang teramat sakit sebab pukulan benda tumpul mengenai kepalanya sebelum kesadarannya hilang beberapa waktu yang lalu.
"Di mana ini? Shh.." Pria itu pun mengedarkan pandangannya ke sekitar hanya ruangan berwarna putih dan kosong di sana. Dan tak berapa lama dapat ia dengar suara gaduh dari luar ruangan itu.
"Lepas! Lepaskan aku! Ku mohon!"
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
"Ah.. Sudah sadar ternyata." Seorang pria tengah masuk ke dalam bersama pemuda mungil dengan perut buncit nya. Ke dua mata mereka pun bertemu mengakibatkan kedua orang itu membelalakkan matanya terkejut.
"Daniel hyung?!"
"Jimin?!"
𝙏𝘽𝘾