menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku tidak menolak, kubiarkan dia membenamkan diri dalam rasa nyaman yang bisa dia rasakan. Aku pun tidak membalas ucapan terima kasihnya. Kalau boleh jujur, akulah yang sebenarnya lebih bahagia dibuatnya.
Pada saat hatiku hancur, dia datang tanpa sengaja. Seolah Tuhan punya kejutan kepada setiap orang yang hatinya dihancurkan. Pada saat aku merasa kehilangan harapan karena tidak bisa menemuinya lagi—bahkan saat aku belum tahu namanya—Tuhan menghadirkan dia di acara kelulusan Santi. Akulah yang harus berterima kasih kepadanya karena telah memberiku rasa syukur kepada Tuhan atas pertemuanku dengannya.
Ada sesuatu yang selalu memberontak di hatiku yang minta dikatakan. Namun, aku berusaha untuk tetap menahannya. Kulihat Anisa sedang nyaman menikmati sore ini di bahuku.
"Sore yang indah," bisiknya, tetapi aku mendengarkan bisikan itu dengan jelas.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com