webnovel

Yang Ku Lihat dan Yang Tejadi

Mereka membawa kami kembali ke kamar 2140. Lux cukup baik. Mereka memutuskan tak menyuruh kami melanjutkan tidur di peti kaca. Meskipun Lux Hemel terlihat baik, namun ia masih terlihat tak sehat.

Dulu kata ibuku, jika Seseorang mengigau saat tidur dan tidak ada yang membangunkannya, ia bisa terkena serangan jantung dan meninggal. Itulah yang aku takutkan saat ini.

"Selamat malam Nona" kata dokter pergi meninggalkan ruangan ini. "Jika sesuatu kembali terjadi, segera hubungi kami. Kami akan segera datang. Kau melakukan nya dengan baik hari ini Nona, selamat malam"

Aku mulai mngunci pintu. Mematikan lampu-lampu. Aku membuka sedikit jendela. Dari sini aku bisa melihat pemandangan LA di malam hari. Terang tak menakukan sama sekali. Ku rasa ini hampir tidak ada bedanya dengan Jakarta. Kota dua puluh empat jam.

Aku tak berniat tidur kembali ke kamarku. Aku hanya beberaring di sofa putih di di kamar Lux. Berbeda dengan kamarku, kamar Lux memiliki sebuah sofa besar yang cukup nyaman. Dari sini, aku bisa melihat Lux berbaring dan berusaha memejamkan mata. Mungkin ini akan sulit baginya.

Aku melamun dan melihat ke arah jendela. Pikiranku melayang jauh kemana-mana. Semunya bunyar saat mendengar suara Lux.

"Aku melihatnya" kata Lux.

"Apa?" tanyaku. Aku terbangun dan duduk. Tidak lagi dalam posisi tidur seperti sebelumnya. Aku merasa harus berjaga-jaga dengan kondisi tubuh pria lima puluh lima tahun ini.

"Mantan istriku bernama Georgenia. Ia seorang model. Kami menikah saat aku berusai 25 tahun, dan ia berusia lima tahun lebih muda dariku." Jelas pria yang setengah tidur itu padaku.

Aku mendekatinya. Dan duduk di sampingnya. Memastikan ia tak sedang sekarat. Suaranya tak cukup keras. Mungkin, ia lelah atau masih berdebar-debar akibat mimpi buruk yang ia alami. Aku memutuskan berbaring di sampingnya.

Ia melirikku dan memengan kepalanya. Memejamkan mata dan mulai bercerita lagi.

"Georgia, jatuh cinta pada seorang model pria dewasa seperti Hansel. Ia meminta agar aku menceraikannya. Tentu saja aku berusaha agar ini tak terjadi.

Suatu hari, saat aku tidur, ia berusaha membunhku. Alasannya, jika aku mati ia akan mendapat apa yang aku miliki. Apa lagi ia masih berstatus istriku yang sah. Ia mengambil pisau dan menyembunyikanya di bawah bantal." Ceritanya bersungguh sungguh.

Aku memiringkan tibuhku untuk mendengarnya lebih jelas. Melihat ekspresiny yang kosong, aku jadi berfikir, apa ini yang ia lihat dalam mimpinya tadi? Adegan pembunuhan kejam yang terjadi di masa lampau?

"Ia menusuk perutku. Namun aku terbangun. Aku mencoba melawan. Ia mencabut pisaunya. Dan menusuku di bagian lain. Ka bisa melihat bekasnya ditubuhku bukan?" Terangnya.

"Georgia, adalah seorang ahli bela diri. Melawannya, adalah tindakan sia-sia. Darahku berceceran kemana-mana. Aku beruntung. Bisa memangil polisi saat hal itu terjadi. Aku sempat koma satu minggu." Imbuhnya.

"Saat aku terbangun, Georgia sudah pergi. Aku tak tahu entah ke mana ia pergi. Yang jelas ia melarikan diri ke luar negri. Aku memutuskan untuk bercerai. Dan ia menjadi burunan selama satu bulan. Polisi menemukannya di Mexico bersama kekasihnya Snail.

Tentu saja, ia dijatuhi hukuman penjara sekitar dua tahun. Aku meminta agar pengadilan memberinya keringanan. Dan aku," katanya sambil menahan nafas yang berat.

"Aku memutuskan mengundurkan diri dari Sleep and See. Aku menolak memberinya setengah dari apa yang aku punya. Tapi aku memberinya rumah mewah di kawasan San Francisso dan memberinya tunjangan tiap bulan sebagai bentuk tanggung jawab!"

Aku merasakan kesesakan dari cerita Lux. Tapi semua cerita haruslah diperjelas dengan bukti.

"Kau, menyaksikan mereka menikah? Atau bagimana?"

Ia membuka matanya dan menutupnya lagi. "Mereka menikah, saat Georgia keluar dari penjara. Tapi, ia tak lagi mendapat tawaran menjadi model. Ia bangkrut akibat kasusnya. Tidak ada agensi yang berani memperkerjakannya. Suaminya, masih bekerja, tapi ku dengar, ia menyelundupkan narkoba dan senjata. Ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara."

Cerita Lux memunculkan titik terang. Ku rasa, itulah alasan mengapa pengacara Georgia meminta uang tambahan beberapa hari lalu. Kurasa itulah alasannya. Tak salah jika, ia marah. Siapa yang mau dipermainkan seperti itu?

"Setiap malam, aku selalu melihat Georgia berusaha membunuhku. Dengan tususkan-tusukan mematikkan." , katanyanya lagi.

"Itukah alasan kenapa aku hampir tidaak pernah tidur saat malam hari. Aku beruntung bisa tertidur kemarin malam. Sangat berharap aku bisa terus melupakan peristiwa itu seumur hidupku."

Ia melihatku. " Sebab, jika aku memejamkan mata, aku melihat semua kejadian itu kembali. Begitu pula siang ini. Saat aku masuk ke tabung kaca, aku merasa Georgia menemukanku dan berusaha membunuhku. Aku beruntung, Kau menyelamatkan ku. Jika tidak mungkin aku sudah mati di dalam tabung itu."

Aku terdiam terhanyut suasana. Terhanyut membayangkan, betapa mengerikannya kejadian itu.

"Lux, apakah ini alasanmu mengikuti program tertidur dua puluh tahun? Kau ingin mati dengan tenang?"

Lux mengambil nafas panjang dan memiringkan tubuhnya. "Aku tak bisa berbohong di hadapanmu Vina. Kau benar."

Lux membelai rambutku. Aku mengeser tubuhku dan melihat ke langit-langit.

"Bagimana dengan anak kalian? Aku dengar kalian memiliki seorag anak laki-laki bukan?"

Lux berusaha bangun dan mencium bibirku beberapa detik. Ia berusaha membuka pakaianku.

"Hentikan sebelum kau menyesalinya." Perintahku.

Lux kembali berbaring dan melihat kelangit-langit.

"Aku bukan orang yang akan menyesali perbuatanku Vina. Aku juga bukan orang yang tak bisa bertanggung jawab."

"Kau benar, tapi kau harus tahu. Aku tidak semenarik yang kau kira Lux. Jadi kumohon sedikit menahan dirimu dan jawablah pertanyaanku. Bagimana dengan anak kalian?