webnovel

Saling mengenal

"Sindari, tidak mau tahu soal kemarin?" Tanya Winna berhati-hati pada nya.

Sebentar lagi Jam pelajaran di mulai. Winna masih saja duduk manis di kelas Sindari.

"Mana kamu menghilang begitu aja. Ada suatu yang menarik loh!" Seru Winna tiba-tiba.

Sindari menarik lengan Winna untuk keluar kelas agar tidak ada yang menguping apa yang mereka bicarakan terutama ada biang gosip di kelasnya.

"Aduh, Lepasin! Tangan kamu keras banget" Gerutu Winna.

"Jangan lagi datang ke kelasku Win. Banyak orang ga waras. Kalau mau ketemu aku, cukup pas istirahat atau pulang aja" Jelas Sindari merasa risih sekaligus khawatir.

"Ih kenapa sih! Jadi intinya kamu ga suka aku samperin gitu? Kamu udah ga mau berteman sama aku lagi ya?!"

"Enggak bukan gitu. Kamu pasti udah tau kan kalo dikelasku ada biang gosip? Makanya kita berdua harus hati-hati. Aku enggak mau kamu jadi ikut digosipin. Jangan masuk ke kelasku lagi ya?"

"Okelah aku ngerti. Jadi, mau tau enggak apa yang terjadi kemarin? Sebagai gantinya kasih tau aku juga kamu sembunyi dimana, Deal?"

"Iya udah deal"

Mereka duduk di dekat taman sekolah yang lumayan sepi. Mereka berbincang dengan hati-hati. Menoleh ke kanan dan kiri memastikan tidak ada orang yang menguping.

"Beta, orang yang memukul kamu di kantin saat itu mencari kamu. Dia datangin satu persatu kelas 11 dengan cara yang ga sopan pokoknya. Setelah itu, terjadi perkelahian sama sena, Ketua kelasmu. Karena Beta sudah keterlaluan mengacak-acak tas mu. Kacau banget deh di kelasmu saat itu."

"Aku tidak sengaja melihat ayahmu di tempat parkir, seperti yang kamu tahu lah dia bersama siapa, Sindari. Wali kelasmu juga masih sempat memanggil beliau. Mereka berdua di panggil untuk menghadap kepala sekolah terkait perkelahian Beta. Waktu nya pas banget." Lanjut Winna.

"Karena disitu sangat ramai, Beta dan Sena jadi tontonan banyak orang. Begitu juga dengan ayahmu dan Ibu nya. Aku tidak tahu ini kebetulan atau apa, sebelum masuk kelas aku pergi ke toilet setelah itu aku mendengar percakapan mereka bertiga di depan ruang kepala sekolah."

"Beta mengakui perasaan nya. Tapi Ibu nya menampar dia. Karena.. sudah menghina Ayahmu.. Yang paling aku takutkan, Sindari. Beta memfitnahmu, dia bilang kamu melakukan suatu kesalahan pada nya. Aku sangat khawatir, jadi. Untuk menghindari yang tidak diinginkan Kamu boleh kok menginap ke rumah aku sementara!"

Sindari merinding. Dia paham mengapa Winna memperingati nya. Beta sudah berkata yang tidak-tidak tentang nya pada Ayah nya. Sudah jelas apa yang akan dilakukan Ayah nya lagi.

"Terimakasih tawaran nya, Winna. Aku rasa akan semakin parah jika aku tidak izin pada nya. Haahhh, Jangan khawatirkan aku. Doain aja ya semoga aku kuat!"

Winna memeluk Sindari dengan erat. Menepuk-nepuk pundak nya.

"Jadi, Dimana kamu sembunyi?"

kring! kring! kring

Suara bel berdering menandakan jam pelajaran di mulai. Mereka berdua terkejut, lalu pergi ke kelas nya masing-masing.

Mata pelajaran di kelas Sindari adalah bahasa Indonesia. Bu Desi menjelaskan materi tentang informasi dalam ceramah. Sindari kepikiran dengan perkataan Beta kepada Ayahnya. Dia mengepalkan tangan nya kuat-kuat karena takut.

Tiba-tiba dia teringat percakapan nya dengan Randika kemarin.

"Kita perlu memutuskan sebuah keputusan besar ketika hidup kita sangat sulit, Sindari. Cobalah buat keputusan agar kamu tidak kesulitan lagi. Setelah itu, kamu hanya menjalani nya dan bertanggung jawab. Adakah yang kamu inginkan? Seperti kabur dari rumah, atau pergi keluar kota mencari uang?"

"Saya kepikiran begitu, tapi bagaimana? Apa yang harus saya lakukan kak?"

"Kabari saya kalau kamu sudah mengambil keputusan apapun itu"

"Ayo Sindari! Jawab pertanyaan Ibu, Apa yang dimaksud dengan Teks ceramah?!" Tanya Bu desi membuyarkan lamunan nya.

"Eh? Iya bu. Teks ceramah ialah tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf yang isinya mengandung informasi pengetahuan atau ajakan kepada khalayak yang mendengarkan. Teks ceramah biasanya memiliki pesan yang bertujuan untuk memberikan nasihat, petunjuk, atau petuah secara lisan..." Jelas Sindari dengan tenang membuat seisi kelas kagum dengan jawaban nya padahal dia daritadi melamun.

Satu jam kemudian, Jam yang ditunggu para siswa pun datang. Sindari masih saja memikirkan segala nya. Sehingga dia lupa kalau dia belum menjelaskan tentang Randika pada Winna.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa yang akan Kak Randika bantu untukku?" Batin nya gelisah.

Tanpa dia sadari, Seorang Daru yang menolong nya di kantin duduk tepat di depan nya. Dia mengamati Sindari yang sedang melamun.

"Loh? Kok ada cowok di depanku? Siapa dia? Apa ini mimpi?" Batin nya sembari menepuk-nepuk pipi.

"Hei" Panggil Daru.

"Loh? Siapa kamu? Ngapain?" Heran Sindari.

"Kenalan dong" Ucapnya sembari memberikan tangan kanan nya untuk berjabat.

Sindari berdiri menghindar, dia menoleh ke sekitar nya. Masih banyak teman sekelas nya yang asyik memperhatikan bahkan berbisik karena terkejut Daru menghampiri Sindari secara terang-terangan.

"Untuk apa saya kenalan dengan kamu?" Sanggah nya.

"Karena aku suka kamu" Jawabnya santai tanpa memasang wajah yang serius.

"Apa? Dia gila ya? Ya Tuhan, kenapa dia seberani ini?" Batin nya heran.

Sindari menggeleng, lalu meninggalkan Daru keluar kelas. Dia pun mendapati Winna yang sedaritadi memang menunggu nya. Dia berjalan terburu-buru.

"Loh Sindari? Ada apa? Kenapa buru-buru?" Tanya Winna yang berusaha menyamakan langkahnya dengan Sindari.

"Hayu hayu cepat! Nanti aku jelaskan. Jangan sampai dia menyusul.." Jawabnya.

Mereka tiba di tempat yang lumayan sepi, Sindari menoleh ke kanan dan kiri dengan khawatir. Winna jadi ikut waspada.

"Kamu kenal cowok yang tadi nyamperin aku, Win?" Tanya nya.

"Ya kenal lah. Masa kamu ga kenal sih! Dia itu terkenal di sekolah ini karena kemampuan bela diri nya itu loh. Kilat.." Jawab Winna dengan semangat.

"Silat kali, bukan Kilat. Tapi.. dia agak aneh. Duh intinya dia gila ga sih?"

"Eh iya silat. Emang dia bilang apa sih sama kamu? Dibilang gila juga engga juga. Dia kan emang suka ceplas-ceplos.."

"Dia bilang mau kenalan, karena dia suka sama aku.." Bisik Sindari.

"Apaaa?!" Teriak Winna.

Sindari dengan cepat menutup mulut Winna.

"Aduh Winna. Kecilin dong suaramu.."

"Kenapa kamu engga terima aja? Kan kamu belum pernah pacaran?"

"Duh udah deh, ujung-ujung nya kaya gitu. Aku ga punya waktu. Udahlah, kepala aku jadi penat banget bahas cowokl itu" Ucap Sindari.

"Kalo kamu enggak suka, tinggal diemin aja. Eh tapi jangan sampai kamu diemin dia banget loh ya. Nanti bisa diajak silat!" Ujar Winna.

"Aduh, iya iya" Jawab Sindari mengerti.

"Daripada itu, kamu kemarin sembunyi dimana ya, Sindari?" Tanya Winna tiba-tiba menjadi serius.

"Aku naik ke atas. Ternyata ruangan kelas 12. Terus ketemu ka Randika yang kita temuin di perpustakaan itu. Dia bantu aku ke UKS khusus kelas 12" Jelas nya.

Winna terbelalak.

"Beneran?! Kak Randika Perdana bantuin kamu ke UKS? Kok romantis banget sih"

"Hah? Romantis gimana? Jangan mengada-ada ya kamu. Aneh-aneh aja!" Sanggah Sindari.

"Masalah nya bukan itu, Sindari. Kamu tahu tidak sih kalau Kak Randika itu orang nya misterius banget. Wajah nya doang yang ganteng, tapi rumor nya dia tuh agak gimana ya? Aneh banget pokoknya.. Pernah dia pacaran sama anak kelas 10. Baru dua hari udah putus, katanya dia aneh banget!" Jelas Winna pelan.

"Hah beneran? Menurutku engga aneh tuh"

"Aduh. Kamu mah baru kenal, Sindari. Coba kalau sudah lama kenal dia bakalan ngeluarin sisi aneh nya" Jelas Winna.

"Sisi aneh apa tuh?!" Tanya seseorang dengan suara yang berat, Daru.

"Uwaaaah!" Teriak Sindari dan Winna hingga mundur beberapa langkah.

"Kamu, kamu daritadi menguping pembicaraan kami ya?!" Tuduh Winna.

"Engga sih, Aku cuma denger sisi aneh aja? Oh. Sindari, kenapa tadi kok malah ninggalin aku?" Tanya nya tiba-tiba.

"Kayaknya kamu ada maksud lain untuk mendekati saya. Tidak mungkin kamu suka sama saya, mencurigakan sekali bukan kalau tiba-tiba kamu bilang itu pada saya?"

"Kok curigaan banget sih. Kan cuma mau kenalan aja sama kamu? Engga boleh ya?"

Winna berbisik "Sindari, Sindari. Udah terima aja kenalan aja dulu. Daripada kamu harus jadi samsak nya dia satu tahun sekolah..".

"Kamu bikin aku takut aja, Winna" Balas Sindari.

Daru mulai memberikan tangan kanan nya untuk berjabat, Sindari membalas jabatan nya dengan perasaan takut sekaligus tidak suka. Daru hanya tersenyum tidak jelas.

"Nah, gitu dong daritadi. Kan enak kita saling mengenal begini. Maaf ya tadi ceplas-ceplos. Aku ga punya alasan lain selain bilang itu. Hahahahahahahaha aduh, kok aku receh banget" Jelas Daru.

"Dia kenapa sih?" Batin Sindari sangat heran. Dia baru pertama kali melihat manusia random di sekolahnya.

Daru Darmawangsa, Atlet pencak silat kebanggaan SMAN 89. Warna kulit nya sawo matang, tapi wajahnya manis dan enak di lihat. Rambutnya di potong dengan mode wolf cut. Gaya nya kadang urak-urakan dan rapih disaat tertentu.