webnovel

Memantapkan Tekad

"Apa yang kaulakukan, Fiero?! Ini tidak termasuk dalam perjanjian kita!" bentak Thrower yang mulai panik.

Tubuh Thrower sama sekali tak bisa bergerak. Dirinya mematung dan hanya bisa menggerakkan mulutnya saja untuk berbicara. Serong yang berada di situ pun geram dengan ulah Fiero yang seenaknya. Dia juga berupaya menolong Thrower dengan menyerang Fiero.

"Berlututlah!" perintah Fiero pada Serong. Anehnya tubuh Serong bereaksi langsung dan menuruti perintah dari Fiero.

"Kenapa ini?! Kenapa aku malah menuruti Fiero?!" tanya Serong kebingungan.

"Cih! Keparat kau, Fiero! Beraninya kau bermain licik pada 2 iblis tingkat atas di hadapanmu ini! Kau akan tahu akibatnya nanti!" teriak Thrower merasa murka saat melihat Serong dibuat seperti itu.

Fiero tetap bersikap santai dan tak takut sama sekali. Bahkan dia memegangi mukanya dan menahan tawa.

"Kalian berdua iblis tingkat atas? Jangan membuatku tertawa!" kata Fiero kemudian tertawa terbahak-bahak karena sudah tak tahan lagi.

Seketika raut wajah Thrower dan Serong berubah. Mereka berdua seakan berhadapan dengan salah satu Pangeran yang menjadi Tuan mereka. Muka Serong sudah pucat pasi dan keringat dingin pun menetes.

"Siapa sebenarnya kau, Fiero?" tanya Serong dengan tatapan yang payau.

Prok! untuk kedua kalinya Fiero bertepuk tangan. Saat itulah Thrower bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya lagi. Dia segera menghampiri Serong dan menenangkannya dari ketakutan yang melanda. Sedang Fiero melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

"Sampaikan salamku pada Tuan kalian! Sudah terlalu lama dia mengurung diri di Istana Nerakanya! Oh ya, terima kasih juga sudah membantuku menemui kakak sulungku itu!" kata Fiero kemudian berkelabat menghilang ditelan kegelapan malam.

Thrower hanya bisa mengepalkan tangannya menahan kesal.

"Bisa-bisanya dia memainkan kita berdua! Apa kita harus melaporkan hal ini pada Pangeran? Padahal rencananya tadi kita yang akan diuntungkan," ucap Thrower menengok ke Serong.

"Thrower, siapa sebenarnya pria itu?" tanya Serong yang masih tak percaya kalo mereka berdua bisa dengan mudah dipermainkan oleh seorang manusia.

Sinar rembulan yang sedari tadi mengumpat di balik awan pun menghilang. Awan hitam yang bergulung-gulung disertai sambaran petir akhirnya menurunkan butiran air dengan derasnya dan dalam jumlah yang banyak. Hujan lebat mengguyur kota Nakasam dan sekitarnya malam itu sampai fajar menyingsing.

"Oi! Bangun kau! Bangun, Cos!" bentak seorang anak perempuan berambut hitam yang tidak lain adalah Tan Metri.

Tan membangunkan Cos dengan menendang pelan tubuh Cos. Namun Cos tak kunjung bangun juga.

"Tan! Jangan seperti itu! Bukan begitu caranya!" seru Sintri yang tak terima dengan perlakuan Tan.

Sintri pun berjongkok dan dengan lembut membangunkan Gonocos. Sintri menggoyangkan tubuh Cos berkali-kali dengan sabar.

"Cos, bangun! Sudah pagi ini. Kita harus segera pergi dari sini," ucap Sintri ke telinga Cos.

Beberapa penyihir tingkat A yang juga tidur di kamar tersebut sudah bangun termasuk Wod dan Sio. Jadi saat Sintri dan Tan Metri sudah terbangun lebih dulu mereka berdua numpang mandi juga di guild Lumiere guna membersihkan diri. Cos yang memang agak sulit untuk terbangun dari tidurnya, mengharuskan kedua anak perempuan itu bertindak.

Perlahan Cos membuka matanya dan bangkit dari posisinya. Kini dia duduk dan melihat sekelilingnya.

"Cepatlah mandi, Cos. Setelah itu kita pergi dari guild ini," ujar Sintri.

"Hah? Pergi? Kenapa kita harus pergi?!" tanya Cos yang masih belum sepenuhnya sadar.

"Sana cuci muka dulu paling tidak! Atau langsung mandi saja sekalian!" perintah Tan dengan garang.

"Iyalah, iyalah" Terpaksa Cos segera menuju kamar mandi.

Sintri dan Tan juga keluar dari kamar penyihir tingkat A itu. Sambil menunggu Cos selesai mandi, mereka berdua ikut serta membereskan sisa kekacauan yang terjadi semalam. Ruangan kumpul para anggota guild pun dibersihkan lebih dahulu.

Semua anggota guild Lumiere berbondong-bondong merapikan kembali bangunan guild yang rusak. Dari mulai ruang kumpul yang berantakan, tembok-tembok yang berlubang, puing-puing yang berserakan, pintu kamar Master Guild yang terbuka menganga, dan juga kamar Master Guild yang betul-betul hancur separuh.

Usai bangku-bangku yang ada di ruang kumpul sudah dibereskan kembali, Sintri dan Tan duduk di salah satu bangkunya.

"Wah!! Ada anggota baru ya di sini?" ucap seorang perempuan yang menghampiri Sintri dan Tan.

"Anda siapa?" tanya Sin canggung.

Satu perempuan lagi datang mengikuti sakah satunya. Dia tersenyum ramah pada Sin dan Tan. Sin tersenyum balik sedang Tan tak acuh.

"Saya resepsionis di sini. Perkenalkan saya Dian dan ini Rossy," kata seorang perempuan itu mengenalkan dirinya dan temannya.

"Oh, saya Sintri. Dan ini Tan," Sin memperkenalkan balik dirinya dan Tan.

"Salam kenal, ya! Semoga kalian berdua betah di guild ini!" kata Dian seraya menjabat tangan bocah perempuan rambut putih itu begitu saja.

"Kami bukan anggota guild Lumiere Tante," timpal Tan tanpa basa-basi.

Mendengar ucapan Tan, Dian melepaskan tangannya dari tangan Sintri dan merasa malu.

"Oh bukan, ya? Aku kira kalian anggota baru. Lantas sedang apa kalian berdua di sini?" tanya Dian.

"Kami berdua numpang menginap di guild ini semalam, Tante. Tapi hari ini kami akan beranjak pergi," jelas Sintri dengan gamblang.

"Oh ya sudah kami berdua kerja dulu ya, Anak Manis. Kami mengurusi keluar masuknya misi di guild Lumiere yang ada. Kalian bisa lihat sendiri bangku tempat kami berdua berada dan papan informasi serta misi itu."

Dian dan Rossy pun melangkah ke bangku di mana mereka biasa bertugas. Meski sebagian bangunan guild yang masih dalam tahap perbaikan, tapi selagi ruang kumpul tak hancur sepenuhnya maka kegiatan guild masih berjalan seperti biasanya.

Sementara itu, bertepatan dengan Cos yang sudah selesai mandi dan berpakaian lagi, Cos dihentikan oleh panggilan Zel. Zel yang pagi itu tengah bersama Freeya berjalan bersama menuju ruangan kumpul menemui Sin dan Cos.

"Yo, kalian berdua!" sapa Zel sambil melambaikan tangan.

"Paman Zel! Bagaimana tenagamu? Sudah pulih kembali?" tanya Sintri perhatian.

"Ada yang ingin paman bicarakan dengan kalian bertiga." Zel, Freeya, dan Cos pun duduk menemani Sintri dan Tan.

"Tentang apa, Paman?" tanya Cos penasaran.

"Tentang kalian bertiga. Apa kalian bertiga betul-betul berniat untuk bergabung dalam guild Lumiere?" tanya Zel menguji tekad ketiga anak itu.

"Sangat!" tangkas Cos tanpa keraguan.

Zel tersenyum mendengar jawaban yang dilontarkan Cos. Dia dan Freeya pun beralih menatap Sintri dan Tan menunggu jawaban yang mereka berdua akan berikan.

"Sejak kejadian semalam, aku jadi tahu kalo menjadi seorang penyihir petualang ternyata juga membantu banyak orang. Aku sama dengan Cos, Paman."

Senyum mengembang di wajah Sin. Kini tinggal Tan yang belum menjawab.

"Kau bagaimana, Tan?" tanya Zel penasaran. Semua mata mengarah ke Tan.

"Aku tidak,"