webnovel

Tanda Cinta Si Tobo (18)

Hidung Simon berpesta pora dengan sengatan bau maut. Bunga kuning cantik dan menggerombol itu punya nama keren marigold, tapi lebih dikenal sebagai bunga tahi kotok di negara kita tercinta. Lebih vulgar lagi, Simon menyebutnya bunga tahi ayam, karena baunya betul-betul sedahsyat kotoran ayam yang menyengat.

Bukan main sulitnya mendapat bunga ini. Simon akhirnya mendapat info dari nyokap, tetangga mereka, bersisian dengan rumah hoek yang katanya angker menyeramkan memelihara marigold di depan pagarnya. Pemilik rumah mempersilakan orang memetik bunga maut itu, yang ditanamnya untuk menghalau makhluk yang tak diharapkan dari rumah.

Jangan berpikir ngalor ngidul dulu. Bukan hantu bukan dukun-dukunan. Makhluk yang dimaksud tak lain cuma nyamuk, yang terhalau bau bunga marigold yang memabukkan. Maklum, bertetangga dengan rumah terbengkalai risikonya berjibaku dengan segerombol nyamuk liar, yang berbiak dalam genangan air yang menumpuk di kolam ikan rumah tak terurus. Oh, rupanya marigold yang berbau angker itu menguarkan zat terthieniyl yang bakal membunuh aneka enzim di tubuh nyamuk. Pantas nyamuk merasa marigold itu menakutkan, ya.

Tak mau membuang waktu, Simon memanen bunga kuning bundar dengan menahan napas sebisanya. Duilah, baunya itu lho, betul-betul endulita, padahal sebarisan bunga kuning marigold betul-betul secantik warna The Minions yang tengah naik daun di media streaming online. Tiba-tiba Simon merasa ulah jailnya agak di luar nalar.

Buat apa juga dia repot-repot mengelabui Tobo, apa untungnya buat dirinya yang memble? Entahlah, ada kepuasan bagi Simon bila Tobo sampai kelimpungan. Rasa siriknya bisa dilampiaskan setidaknya. Jujur keunggulan sobatnya itu tak terkejar oleh Simon, apalagi dalam soal ketajiran dan kemapanan. Wajar bila timbul dendam di jiwa Simon.

Dengung yang bertubi-tubi membuat Simon waspada seketika. Jadi bunga bau busuk ini mengundang lebah juga? Eh, kok bisa? Sekelompok lebah berputar-putar konstan di atas kepala Simon, tak sedikit pun tertarik pada marigold yang baunya maut itu. Cuma seekor lebah keliru bertengger di bunga yang paling gemuk. Malang, si lebah kesasar nampak mabuk terhuyung-huyung.

Secepatnya Simon menyudahi acara memetik marigold, hengkang dengan menudungi kepala memakai tangan kirinya, sempat-sempatnya meledek kawanan lebah yang mendesing ribut. "Weh, rasain lo. Gue tinggal pergi lo sama bunga bau busyuk!"

Prank Simon terhadap Tobo sukses berkat jasa ojek online dan diembeli nama florist jadi-jadian. Tak terbayang bagaimana reaksi Tobo menerima bunga "semerbak mewangi" itu, dibubuhi kartu ucapan yang gombalannya melebihi telenovela Espanyola. Tobo tak tahan ketawa cekikikan, namun mendadak hidungnya mengernyit lagi.

"Ehm, kok ada bau tahi ayam?" Simon mengoceh terkaget-kaget sendiri.

Ya ampun, betul-betul ada tahi ayam di halaman rumahnya yang tak berpagar. Pasti nih peliharaan tetangga belakang rumah yang ayamnya sering diumbar keluar. Dilepasliarkan istilahnya. Duh, menyusahkan saja, ya.

Baunya kok gak jauh beda sama bunga marigold, ya. Simon geleng-geleng membayangkan efek yang diderita Tobo kelak, bila bunga itu sampai di tangan yang bersangkutan. Segera ia mengambil sapu lidi dan mengenyahkan tahi ayam betulan yang mengganggu suasana itu.

"Mon, lagi ngapa kamu?" Suara nyokap tiba-tiba tepat di belakang Simon yang merunduk di tong sampah.

"Anu, buang tahi ayam, Mah. Aduhai aromanya."

"Dasar ayam itu mau enaknya sendiri. Orang lain yang dapet telur sama dagingnya, kita kebagian tokai doang. Apes benar, dah. Nasib, oh nasibku." Nyokap Simon mengomeli bekas tahi ayam di petak rumputnya.

Bisnis berondong Simona juga persis seperti tahi ayam "pemberian" tetangga Simon. Getah yang tak mengenakkan buat orang lain, sementara "dagingnya" dikantungi sendiri. Jualan berondong Nurish Corn lumayan laris, tapi sampai detik ini juga, faedahnya tak terasa buat Simon yang utangnya tetap setinggi bukit. Pendeknya, tak ada perbaikan berarti bagi kepailitan yang menaungi Simon.

Ya, setidaknya dengan menjaili Tobo, Simon merasa beban hatinya dilonggarkan sedikit. Ibaratnya seperti hiburan kecil, begitu. Memang sih, agak jahat juga perbuatan seperti ini. Namun, Simon takkan menyangka, tanda cintanya untuk Tobo bakal dibayar tunai segera, prosesnya terbilang kilat, tak dinyana Simon selaku inisiator prank yang usilan.

Simon, Simon, teman sendiri kok dibuat sasaran prank. Senjata makan tuan tuh, ati-ati.

danirasiva80creators' thoughts