Cendy tersadar. Berada di sebuah ruang berwarna putih. Di tangannya terpasang selang infus. Tubuhnya terbungkus piyama warna biru khas rumah sakit. Penglihatannya kabur berubah terang. Di samping tempat tidur, seorang wanita duduk dengan wajah cemas, Nirmala, Ibundanya. "Cendy! Cendy...kamu sudah sadar nak?"
"Ibu? Ibu...ibu ada di sini?!" Cendy bingung.
"Kamu tidak sadar dua hari dua malam!" jelas Nirmala. Desy masuk bersama Della, adik bungsunya.
"Kenapa aku ada di sini...Ibu..ibu juga... kok bisa ada di sini?!" Cendy bingung, memegang Kepalanya pusing, akibat obat bius dosis tinggi.
"Polisi menghubungi ibu, untunglah di ponselmu ada nomor ibu!" kata Desy berbohong. Bukan polisi yang menghubunginya tapi Edoardo Callahan. Cendy jadi ingat Edo. Edo dan Cendy merekayasa penculikan Cendy dari sindikat penjualan orang, Akma dan komplotannya.
"Kak Edoardo...dimana dia?" tanya Cendy.
"Edoardo?!" Nirmala bingung.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com