Maya Agustin tersenyum.
"Begitulah bentuk perjuangan untuk negara. Orang zaman dulu mengorbankan darah dan nyawa untuk merdeka. Sekarang generasi muda berkorban waktu, keringat dan sumber daya lainnya untuk membuat rakyat sejahtera!" Maya berkata bijak ke Shasha. Dia bertambah bijak apalagi bakal mendapat tambahan cucu dari Shahsa.
"Tapi...masa dia tidak punya waktu khusus untuk kami!" Shasha serius menangis.
Maya Agustin mengalihkan perhatian Shasha tidak lagi ke Edo ataupun partai.
"Biarkan Edo dengan kesibukannya mengurus negara. Mari kita berpikir masalah lainnya!" Kata Shasha.
"Aku bicara masalah nenek!" Kata Maya Agustin.
"Nenek!? Ada apa dengan nenek?" Shasha berdiri kaget. Takut terjadi sesuatu dengan neneknya.
"Nenek tidak apa-apa! Nenek berencana berangkat ke Kalimantan!"
"Kalimantan! Pontianak?" Maya Agustin mengangguk
"Nenek pulang ke sana sendirian atau bersama kakek?" Tanya Shasha.
"Dengan kakek juga, dan Ben Callahan".
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com