webnovel

Sexy Queen (She's Mine)

WARNING! Terdapat konten dewasa serta sedikit kekerasan dalam cerita ini! Harap bijaklah dalam memilih bacaan! Cerita ini mengisahkan tentang lanjutan kehidupan anak Clara di cerita Clara (Wanita Simpanan). Antonio Sasongko, pria berusia 27 tahun. Berwajah tampan khas Asia bertubuh tinggi nan tegap penuh kharisma. Seorang Direktur Utama di Perusahaan yang bergerak dalam bidang perhotelan, yaitu Sasongko Group. Ya. Mapan, tampan, dan memiliki masa depan cerah. Tentu saja, dia adalah pria idaman kaum hawa. Dia kriteria yang sempurna untuk dijadikan pendamping hidup bagi kaum hawa. Darah pebisnis yang diwariskan oleh sang papi membuatnya juga sukses dalam memimpin Sasongko Group. Sayangnya, Antonio bukanlah pria lajang. Dia memiliki wanita di sampingnya. Sebanyak apapun wanita cantik yang menginginkan berada di sampingnya, dia hanya akan memandang satu wanita. Allena Noura Cahyo, wanita cantik berusia 26 tahun yang mampu meluluh lantahkan segala sisi kehidupan Antonio. Di mata Antonio, apapun yang dilakukan wanita itu selalu membuatnya merasa gila. Dia jatuh cinta lagi dan lagi kepada wanita itu. Baginya, Allena adalah wanita cantik dalam semua sisi. Semua tentang wanita itu selalu luar biasa. Entah cara berjalannya, suaranya, cara wanita itu tersenyum, semuanya mampu membuat Antonio kehilangan akalnya. Terlebih, ketika wanita itu menatapnya dengan tatapan memohon. Ah, rasanya dia ingin memberikan seluruh dunia ini pada wanita itu. Wanita itu hanya akan menjadi miliknya. Entah hari ini, esok, bahkan selamanya, itulah janjinya. Namun, apa jadinya ketika sebuah rahasia besar tentang wanita yang Antonio gilai itu perlahan terungkap oleh Antonio? Nyatanya, banyaknya waktu kebersamaan tak selalunya mampu membuat seseorang mengenal semua sisi dalam kehidupan pasangannya. Allena memang luar biasa di mata Nio. Namun, nyatanya semua tentang Allena tak cukup sampai pada apa yang Nio pikirkan. Lantas, akankah kepercayaan Antonio runtuh dan berhenti menjadikan Allena seluruh dunianya?

Mahdania · Urbano
Classificações insuficientes
313 Chs

PART 14 - ADA APA DENGANNYA?

Ke esokan paginya.

Allena mulai mengerjapkan matanya seraya tangannya mulai meraba-raba ke sampingnya.

Allena perlahan membuka matanya, dia terdiam sejenak ketika melihat di sampingnya tak ada siapapun. Di sana tak ada Nio. Allena lantas mulai mendudukan tubuhnya dan bersandar di kepala tempat tidur. Dia melihat jam di atas laci nakas, terlihat waktu menunjukkan pukul enam pagi.

Allena mengusap wajahnya dan beranjak dari tempat tidur, dia pergi melewati ruang ganti untuk menuju kamar mandi, ruangan itu pun kosong, tak ada Nio di sana. Allena pergi ke kamar mandi, dia menggeser pintu kamar mandi dan lagi-lagi tak menemukan Nio.

Allena terdiam, dia berpikir ke mana Nio sepagi itu? Biasanya Allena bangun lebih awal dari pada Nio. Namun, kali ini justru Nio lah yang bangun lebih awal darinya dan dia pun tak menemukan Nio di kamar.

Allena membasuh wajahnya dan setelah selesai, dia keluar dari kamar, mencoba mencari keberadaan Nio menuju ruang makan. Mungkin, Nio ada di sana, pikirnya.

"Selamat pagi, Nona," ucap salah satu asisten rumah tangga di kediaman tersebut.

"Hem... Di mana Tuan?" tanya Allena.

"Tuan sudah pergi pagi-pagi sekali, apakah Nona ingin sarapan sekarang?" tanya asisten rumah tangga.

Allena terdiam, sekali lagi dia melihat waktu dengan melihat ke arah jam dinding yang terpajang di dinding ruang makan. Di sana waktu menunjukan pukul enam lewat.

'Kenapa dia pergi sepagi ini?' gumam Allena bingung. Nio pergi bahkan di saat dirinya masih tidur, bukan hal yang biasa Nio lakukan, karena Nio akan selalu menunggunya bangun, bahkan menyapanya dengan sapaan yang manis, serta ciuman hangat sebelum Nio pergi ke kantor.

Ya, Nio memang bangun pagi-pagi sekali, dia meninggalkan kediamannya di waktu yang tak seperti biasanya. Dia juga meninggalkan Allena yang masih tertidur lelap dalam mimpi indahnya. Jelas sekali, Allena terlihat lelah setelah tadi malam pulang larut malam ke kediaman itu. Nio pun tak mungkin mengganggu Allena, selain itu dia juga enggan menyapa Allena pagi itu, entah apa yang terjadi padanya.

Allena duduk di meja makan, dia menyesap kopi hangatnya seraya berpikir, apa yang terjadi dengan Nio? Mungkinkah Nio sesibuk itu hingga pergi ke kantor di jam yang cukup pagi? Atau--

Allena tersentak dan segera bangkit dari duduknya ketika dia teringat kembali pada sikap Nio semalam. Nio menyambutnya dengan tak biasa setelah dirinya kembali ke kediaman itu, bahkan Nio menolak dirinya tadi malam.

Allena bergegas kembali ke kamar, dia mengambil ponselnya dan menekan panggilan menuju kontak Nio.

Satu kali panggilan, tetapi Nio tak menjawab panggilan Allena. Bahkan di panggilan kedua kalinya, Nio pun tak menjawab panggilan dari Allena. Hal itu membuat Allena merasa bingung sekaligus cemas, entah apa yang terjadi pada Nio.

***

Di sisi lain, tepatnya di perusahaan Sasongko. Nio baru saja sampai di perusahaan tersebut, dia pergi ke ruangannya dan di sana bahkan sekretarisnya belum sampai. Jangankan sekreatarisnya, bahkan para staf lainnya belum ada yang sampai, hanya dirinya dan para cleaning service, serta petugas keamanan yang berjaga di perusahaan tersebut yang berada di sana.

Nio bergegas menuju ruangannya, di sana terlihat seorang celaning service tengah membersihkan ruangannya. Cleaning service itu terlihat terkejut melihat pintu ruangan Nio terbuka dan Nio lah yang memasuki ruangan tersebut. Ini adalah pertama kalinya selama dirinya bekerja di perusahaan tersebut, lantas melihat Nio datang ke kantor di jam seperti itu.

"Maaf, Tuan. Saya masih--"

Nio mengangkat telapak tangannya.

"Tak masalah, lanjutkan saja. Setelah ini, tolong buatkan Saya secangkir kopi," ucap Nio.

"Baik, Tuan," ucap cleaning service merasa canggung. Dia segera menyelesaikan pekerjaan dan bergegas keluar dari ruangan Nio. Dia pergi ke pantry untuk membuatkan secangkir kopi untuk Nio. Sebetulnya, dia tak mengerti takaran kopi yang biasa Nio minum, itu karena selama ini yang membuatkan kopi untuk Nio adalah sekretaris Nio.

Nio tahu, bahwa sekretarisnya belum sampai di perusahaan, karena itu dia meminta cleaning service untuk membuatkannya kopi. Cleaning service itu hanya berharap, bahwa Nio takan memecatnya jika kopi yang dia buat tak sesuai yang Nio inginkan.

Sementara itu di ruangan Nio, Nio mulai menyalakan laptopnya, seraya menunggu semua data di dalamnya muncul, dia membuka beberapa berkas di atas mejanya. Dia mencoba melihat tetapi dia mengembuskan napas kasar.

Plak!

Nio melempar berkas itu ke atas meja dan bangkit dari duduknya dengan perasaan kesal. Entah apa yang terjadi padanya sehingga pagi itu dia benar-benar merasa tak baik-baik saja. Nio pergi menuju jendela di ruangan itu, dia membuka jendela tersebut dan mengusap wajahnya. Tangannya yang lain kemudian dia masukan ke saku celanannya.

Nio teringat kembali pada Allena yang telah membohonginya tadi malam. Nio merasa tak suka itu, dia membenci kebohongan apapun bentuknya, entah kecil ataupun besar dia tak menyukai ketidak terbukaan bersama pasangannya. Dan tindakan Allena, membuat perasaan ini tak baik-baik saja pagi ini.

'Apa sebenarnya yang dia sembunyikan dariku? Kenapa dia harus berbohong padaku? Dia bahkan berani mengirimkan alamat palsu,' batin Nio penasaran.

Nio mengambil ponselnya di saku celananya, dan memeriksa ponselnya. Terlihat ada dua panggilan tak terjawab dari Allena. Nio mengerti, Allena pasti mempertanyakan kepergiannya pagi ini yang tanpa menunggunya bangun. Namun, itulah tujuan Nio. Membuat Allena menegurnya agar dia tahu apa sebenarnya yang istrinya itu sembunyikan darinya.

Nio mengabaikan panggilan tak terjawab itu, dia menyimpan kembali ponselnya.

Tak lama cleaning service sebelumnya datang ke ruangan Nio, dia meletakan kopi di atas meja kerja Nio. Nio pun menghampiri meja kerjanya dan meraih secangkir kopi tersebut, dia menyesap kopi itu.

Kopi itu rasanya berbeda, tentu saja bukan sekretarisnya yang membuat kopi itu. Namun, itu tak terlalu buruk. Setidaknya, Nio jauh lebih baik setelah menyesap kopi tersebut. Dia juga tak meminum kopi saat di kediamannya tadi.

Ting!

Nio mengambil ponselnya, dia melihat ada satu pesan dari Allena.

'Apakah kamu sangat sibuk hingga pergi ke kantor sepagi ini? Aku tak tahu ada apa dengan dirimu, tapi aku ingin kita makan siang bersama hari ini, aku akan menunggumu di restoran biasa. Kuharap kamu menyempatkan waktumu.'

'Hem...' Nio menghela napas.

Allena yang sangat sibuk dan keduanya hampir tak pernah makan siang bersama di hari kerja, kini Allena justru berinisiatif mengajaknya untuk makan siang bersama.

Nio sepertinya mulai bersemangat. Tujuannya tercapai setelah pagi ini menghindari Allena. Dia yakin, istrinya itu sedang kebingungan karena dirinya meninggalkan Allena di saat Allena masih terlelap dalam mimpi indahnya. Dan itulah akibatnya, Nio tak suka di bohongi, terlebih oleh Allena. Namun, Allena justru berbohong padanya. Dia ingin Allena introspekasi diri atas kesalahannya. Allena harus tahu, bahwa meski Allena segalanya bagi Nio, tetapi bukan berarti Nio akan diam saja jika Allena berani membohonginya.

Nio mengabaikan pesan Allena, Nio tak tahu di kediamannya, Allena menantikan jawaban atas pesannya. Dia ingin tahu apakah Nio setuju untuk makan siang dengannya?

***

Waktu berlalu, jam makan siang.

Allena sampai di sebuah restoran tempat janjiannya bertemu dengan Nio, dia sampai lebih dulu dan menunggu Nio datang. Dia memesan dua gelas minuman favoritnya dan Nio seraya menunggu kedatangan Nio.

Selang tiga puluh menit, Nio tak kunjung datang ke restoran tersebut membuat Allena mulai bosan menunggu. Nio tak pernah membuatnya menunggu selama itu, sejak tadi pagi pun Nio tak membalas pesannya dan tak mencoba menghubunginya.

Allena menekan panggilan menuju kontak Nio, tetapi Nio menolak panggilan tersebut membuat Allena tercengang.

'Ada apa dengannya?' batin Allena kesal.

Ting!

Allena segera membuka pesan yang baru saja masuk ke ponselnya setelah menyadari bahwa pesan itu dari orang yang sudah sejak tadi dia tunggu-tunggu.

'Aku sibuk, kamu bisa makan sendiri!'