Seorang Pria tampan berbahu lebar itu masuk ke dalam sebuah gudang tua yang sudah tak terpakai yang berada jauh dari kota tokyo. tempat itu sangat lembab dan berdebu bahkan ada banyak sarang laba-laba di setiap sudut tempat itu.
Kim seokjin, pria itu berjalan masuk lebih dalam ke gudang itu di mana di depan sana terlihat seseorang yang tengah duduk terikat di kursi dengan mata dan mulut yang tertutup kain terlihat tak sadarkan diri. Dia tengah dijaga beberapa orang suruhan seokjin untuk memastikan pria itu tidak berusaha untuk kabur.
"Dia belum sadar?" Ucap seokjin dengan melipat tangannya ke dada.
"Belum tuan." Ucap salah satu orang suruhan seokjin bernama tetsuya.
"Bangunkan dia."
"Siap tuan! Hey kalian bangun dia." Perintah tetsuya pada anak buahnya.
𝘽𝙮𝙪𝙪𝙧
Pria itu akhirnya bangun sedikit tersentak dan gelagapan akibat air mengguyur seluruh tubuhnya.
"Eunghh.." Lenguhan terdengar dari mulutnya yang tertutup kain itu.
"Jimin... Kau sudah bangun?" Ucap seokjin sambil mencengkram dagu jimin dengan erat.
"Emmh.. Eunghh.."
"Kau bicara apa hum, aku tak mengerti!" Seokjin pun tertawa. Kemudian membuka kain yang menutup mulut jimin.
"Akh.. T-tolong l-lepaskan aku.." Ucap jimin dengan suara yang lemah.
"Lepas hum? Tidak akan pernah ku lepaskan sebelum seluruh harta kakek menjadi milik ku." Jimin mengernyit heran karena dia menyebut kakeknya. Apa pria yang ada di depannya ini masih keluarganya.
"S-siapa kau sebenarnya?" Ucap jimin penasaran.
"Aku.. Hahaha.. Kau ingin tau hum? Baiklah lihat lah siapa aku." Seokjin membuka penutup mata milik jimin. Dan betapa terkejutnya jimin saat melihat siapa yang ada di depannya.
"S-seokjin hyung?" Jimin benar-benar terkejut karena seokjin adalah sosok yang sangat ia banggakan dan menjadi sosok panutan sejak ia masih kecil. Karena prestasi seokjin saat masih bersekolah dan masih teringat sampai sekarang saat seokjin menolongnya dari anak-anak berandal yang mengganggunya.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠
"𝘏𝘦𝘺 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘩!" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘨𝘶 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩. 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴 7 𝘫𝘶𝘯𝘪𝘰𝘳 𝘩𝘪𝘨𝘩 𝘴𝘤𝘩𝘰𝘰𝘭.
"𝘛-𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.
"𝘗𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨? 𝘏𝘢𝘩.. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘢𝘯𝘨𝘮𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘪." 𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘵𝘢𝘴 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘰𝘣𝘳𝘢𝘬-𝘢𝘣𝘳𝘪𝘬 𝘪𝘴𝘪 𝘵𝘢𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘪𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘮𝘣𝘶𝘳𝘢𝘯.
"𝘋𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘮𝘱𝘢𝘯 𝘶𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯!"
𝘽𝙪𝙜𝙝
𝘽𝙪𝙜𝙝
𝘽𝙪𝙜𝙝
𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘬𝘶𝘭𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘥𝘶𝘭𝘪 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘪𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪.
"𝘏𝘦𝘺! 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯!" 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘰𝘳𝘰𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘢𝘯𝘢𝘬- 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶.
"𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯? 𝘒𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢?" 𝘛𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘬𝘫𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘴.
"𝘈-𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢-𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨.."
"𝘚𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯! 𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘥𝘪𝘬 𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪!" 𝘚𝘦𝘰𝘬𝘫𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘢𝘱𝘢𝘳. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘰𝘬𝘫𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘱𝘢𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨.
"𝘏-𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩."
"𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘥𝘢𝘴 𝘮𝘶."
"𝘕𝘦 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨."
"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨." 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘬𝘫𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘬𝘫𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘬𝘫𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘯𝘢𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘰𝘬𝘫𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘰𝘵𝘪𝘷𝘢𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪-𝘩𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛
"K-kenapa hyung?" Ucap jimin tak percaya dengan apa yang di lakukan seokjin padanya.
"Karena kakek yang tak adil padaku."
"Hanya karena warisan itu? Hanya karena itu hyung jadi seperti ini?"
"Bukan hanya itu, karena kau selalu jadi kesayangan mereka dan aku hanya di pandang sebelah mata." Ucap seokjin yang mulai geram.
"Hyung, kalau kau ingin warisan itu aku akan memberikannya untukmu hyung dan kumohon jadilah dirimu yang dulu." Seokjin tertawa remeh dan setelahnya wajahnya berubah datar dan...
𝙋𝙡𝙖𝙠
Sebuah tamparan keras di dapat jimin pada pipi kirinya dan sudut bibirnya berdarah akibat tamparan seokjin yang keras.
"Tapi sekarang aku ingin kau merasakan sakit ku. Karena Mu mereka mengabaikan ku kau tahu betapa sakit yang kurasakan. Setelah kau yang lemah menjadi kuat dan lebih pintar dariku semua jadi menyanjung mu dan mengabaikan ku." Seokjin pun melangkah mundur dan kemudian memberikan perintah pada suruhannya.
"Siksa dia! terserah apa pun yang kalian ingin lakukan padanya." Seokjin berucap dingin dengan menyeringai kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya keluar dari gudang itu. Terdengar mereka bersorak senang akan perintah tuannya.
"Hyung! Tidak hyung! Jin Hyung!
"Hey diam lah manis kami berempat akan membuatmu senang dan nikmatilah apa yang kami berikan padamu."
"Hey, apa yang akan kita lakukan padanya?"
"Kau bodoh atau apa mark, lihatlah tubuh basahnya yang sexy. Ahh.. Aku sudah tak tahan." Ucap pria itu mulai mendekat ke arah jimin. Mereka mulai membuka ikatan jimin kemudian merebahkan tubuh jimin di lantai yang dingin dan kotor. Dua orang menahan tangan jimin dan dua orang lagi tengah sibuk membuka kancing kemeja putih jimin yang basah itu dan orang yang satunya membuka celana jimin.
"Tidak! Hentikan! Ku mohon hentikan!" Teriak jimin dengan tubuh yang terus meronta.
"Diam lah sayang kau akan menikmatinya." Ucap tetsuya. Tetsuya mulai menelusuri leher jimin sedang mark kini tengah membuka lebar kaki jimin kemudian mengusap paha dalam jimin menuju selangkangannya dan meraih penis mungil jimin dan mengocoknya.
"Akhhh... Tidak! Lepaskan! Ahh.. Hentikan.. Hiks.. Hiks.." Tetsuya mulai turun ke dada berisi jimin dan mulai mengulum nipple jimin.
"Akhh.. K-ku mohonhh.. Ahh..Akhh.."
Mark mulai memasukkan dua jarinya kedalam lubang jimin dan menggerakkannya keluar masuk. Namun...
𝘽𝙧𝙖𝙖𝙠𝙠
"JIMIN!!"
𝙏𝘽𝘾