webnovel

Identitas sebenarnya

David berbaring di atas sofa sambil memandang langit-langit. Dia masih tidak percaya, bahwa dia telah meniduri Clara. Dan paling tidak percaya, sekarang dia telah berpacaran dengan gadis tercantik di kampusnya. Pemuda itu melirik ke arah dapur, aroma ayam panggang membuat perutnya keroncongan. Gadis itu terlihat senang sekali, membuat menu makan malam. Lumuran bumbu dan saos, membuat David semakin tidak sabar untuk memakannya.

Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa hari sudah mulai gelap. Ayam di dalam oven telah matang, Clara langsung mengambilnya dari dalam oven. Kemudian melumurinya dengan mentega, serta bahan yang lainnya. Tidak lupa mengisi mayonaise, saos cabai dan tomat berada tiga piring kecil. Setelan itu dia memanggil David yang sedang tertidur di atas sofa.

"Cintaku, ayamnya sudah matang!" panggil Clara.

David langsung tengkurap, sambil menutup wajahnya sendiri pada sofa karena malu. Setelah suasana hatinya tenang, dia berjalan menemui Clara sedang menunggunya di meja makan. Sesampainya di dapur, David duduk berhadapan dengan kekasihnya. Mereka, berdua mulai berbagi menu makan malam. Pisau dan garpu, turut menemani mereka berdua menikmati makan malam. Rasanya, suasana rumah terasa hangat ketika adanya Clara. Ketika potongan kecil daging ayam masuk ke dalam mulutnya, kedua mata David langsung terbuka lebar. Citra rasa rempah-rempah, berpadu dengan mentega dan kematangan ayam yang pas membuat David teringat restoran bintang lima.

Pemuda itu, memakan Ayam panggang buatan Clara dengan sangat lahap. Sedangkan Clara, menikmati makan malam secara perlahan dan menghayati. Kepandaiannya dalam menggunakan pisau dan garpu, ketika memotong daging membuatnya terlihat elegan. Berbeda dengan David, terlihat seperti orang yang tidak makan selama ratusan tahun. Clara tersebut sambil menahan tawa, melihat cara David makan. Merasa diperhatikan, David merasa sangat malu lalu dia mulai perlahan menikmati makan malamnya dan menggunakan pisau serta garpu dengan baik.

"Cintaku, makan saja seperti biasa. Jangan di tahan, anggap saja rumah sendiri," kata Clara.

"Ini memang rumahku," balas David sambil mengunyah makanannya. "Bisakah kau berhenti memanggilku dengan sebutan cintaku? Bisa-bisa aku mati karena diabetes," ujarnya kepada Clara.

"Benarkah? Padahal aku yakin kamu sangat menyukainya."

"Memang aku menyukainya, tapi jika terus menyebutkannya bisa-bisa aku menerkammu kapan saja," goda David kepada kekasihnya.

"Mendengar hal itu, aku jadi tidak sabar ingin diterkam olehmu di atas ranjang," goda Clara membuat David semakin salah tingkah.

"Hei, sudahlah! Lebih baik habiskan makananmu mumpung masih hangat," sambil menunjuk pada potongan ayam panggang dengan pisau kecilnya.

"Iya sayang," timbal Clara sambil memotong daging ayam dengan pisau dan garpu.

Selesai makan, Clara masuk ke dalam kamar telah di beritahu oleh David. Sedangkan David, duduk di ruang keluarga menonton acara komedi. Gadis itu mengenakan piyama putih berbahan tipis. Dia keluar membawa sebuah laptop di kedua tangannya. Suara tawa mulai terdengar, Clara melihat David tertawa melihat acara komedi di televisi. Kemudian Clara berjalan mendekat sambil tersenyum manis memandang David. Clara duduk di atas sofa diantara kedua paha David dan laptop miliknya dia letakkan di atas meja.

Sontak David pun terkejut, melihat tingkah Clara begitu agresif. Gadis itu melirik ke arah David, dia tersenyum genit sambil memudarkan posisinya duduknya hingga menempel dengan David.

"Aku, merasakan sesuatu di bawah sini," kata Clara dengan sangat genit.

"Hei!"

"Ha.ha.ha, maaf aku hanya bercanda sayang," timbalnya kepada David yang sedang salah tingkah.

Clara memegang kedua tangan David, dia menariknya secara perlahan hingga kedua tangannya itu kembali bertemu. Kini, kedua tangan David memeluk Clara. Kenyamanan mulai dia rasakan, hangatnya tubuh David membuat dirinya bersandar pada dada David yang bidang.

"Dasar, awalnya aku mengira kamu gadis dingin dan menyebalkan. Ternyata kamu gadis dan manja," kata David sambil mempererat pelukannya.

"Asal kamu tau, aku hanya melakukan ini hanya kepadamu sayang. Senang sekali rasanya, merasakan kehangatan dari orang yang aku cintai. Andaikan, kita bisa sedekat ini ketika awal masuk perkuliahan."

"Kamu benar Clara sayang. Tapi setidaknya, sekarang kita bisa bebas tanpa memikirkan tugas kuliah," timbal David.

"Ha.ha.ha, kamu benar sayang!" serus gadis itu sambil mencolek hidung David dengan ujung jarinya.

Seketika David teringat, ketika dirinya berbincang dengan Clara saat di Kantin. Gadis itu berkata, bahwa malam ini akan ada bulan purnama. Dia meminta agar David tidak mengamuk di muka umum. Kemudian dia teringat, saat dirinya setengah mabuk tadi pagi. Clara pun memuji aksinya, yang dilakukan olehnya semalam serta aura merah darah membuat dirinya semakin penasaran.

"Clara, kemarin kau memperingatkanku soal bulan purnama. Dan tadi pagi, kau memuji aksiku semalam. Siapa kau sebenarnya?"

"Aku adalah Vampire," jawab Clara membuat dirinya sangat terkejut.

Pemuda itu berhenti memeluknya, dia teringat kembali dengan tiga lelaki bertaring sempat dirinya temui dua hari yang lalu. Sosok makhluk mitologi abadi, penguasa kegelapan yang hidup dengan cara menghisap darah. Clara melirik ke arahnya, dia melihat David tampak syok dengan apa yang dia dengar. Melihat ekspresinya, Clara pun menjadi sedih.

"David, apa kamu takut dan benci kepadaku. Setelah kamu mengetahui bahwa aku adalah seorang Vampire?" tanya Clara tertunduk sedih.

David memeluknya sangat erat, dia mencium pipinya dari belakang dan berkata,"Tidak sayang aku hanya terkejut. Aku tidak membenci seseorang karena hal itu."

"Benarkah?" tanya Clara sambil merlirik ke belakang.

"Iya sayang," balas David.

"Kalau begitu, ciumlah aku," pinta Clara kepada David.

Clara pun berbalik, dia memandang raut wajah David yang tampan. Jantung mereka berdegup kencang, mereka saling memandang tanpa berkedip. Perlahan, mereka saling mendekat sembari memejamkan kedua mata. Mereka pun mulai berciuman dengan sangat mesra. Air mata kebahagiaan mereka berdua, mengalir keluar. Cinta mereka, semakin tumbuh dalam pergulatan dua lidah. Kemudian Clara langsung memeluknya dengan sangat erat.

"Aku mencintaimu," kata Clara.

"Iya, aku juga mencintaimu," balas David.

Mereka berdua, saling berpandangan dan melempar senyuman. Clara pun berbalik badan, dia mulai membuka laptop lalu menyalakannya. Gadis itu, meminta David terus memeluknya selagi dia mengecek data perusahaan. Sesekali, David dengan iseng meniup daun telinga Clara hingga membuatnya terasa geli. David teringat dengan sosok Vampire, Werewolf dan Succubus telah dia temui.

"Sayang."

"Iya?"

"Dua hari yang lalu, aku bertemu dengan tiga vampir dan semalam aku bertemu dengan Werewolf serta Succubus. Sebenarnya, apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia ini?" tanya David kepada kekasihnya dengan penasaran.

"Tidak ada yang berubah dengan dunia ini sayang. Sejak 1100 tahun, para makhluk mitologi hidup berdampingan dengan manusia. Selain Klan Vampire, Werewolf dan Succubus masih banyak makhluk lain di luar sana yang tidak kami ketahui hidup berdampingan dengan manusia. Contohnya temanmu Alfred," jawab Clara menjelaskan.

Keesokan harinya, David dan Clara pergi ke rumah Alfred berjarak 23 km dari kampus. Mereka berdua, mengendarai mobil KIA K900 v8 berwarna hitam milik David. Sinar mentari bersinar terak, David melirik ke arah Clara dengan khawatir. Dirinya takut, jika Clara terbakar sinar matahari.

"Gunakan jaketmu Clara, aku tidak ingin melihatmu terbakar."

"Kamu tidak perlu khawatir sayang, aku tidak terbakar sinar matahari," timbal Clara.

"Bukankah kau seorang Vampire?"

"Lebih tepatnya, aku ini Half Vampire. Ibuku seorang manusia, sedangkan Ayahku adalah seorang Vampire. Mereka saling mencintai, hingga akhirnya tragedi itu terjadi."

"Trage?"

Clara, mulai menceritakan kisah kelam tentang kedua orang tuanya. Enam ratus tahun yang lalu, Ayahnya merupakan Raja Vampire di Benua Eropa. Beliau memerintahkan pasukannya, menculik manusia sebanyak mungkin untuk diambil darahnya. Semakin minum banyak darah, umurnya semakin panjang dan kekuatan Vampire yang dia miliki semakin kuat. Namun, ada satu manusia yang tidak di ambil darahnya. Manusia itu tidak lain adalah istrinya sendiri merupakan seorang manusia.

Ketika zaman diselimuti oleh kegelapan, datanglah seorang pemburu monster dan hantu terkenal yaitu yaitu Van Helsing. Lelaki itu, telah membunuh kedua orang tuanya ketika Clara masih berusia satu tahun. Sebagai rasa tanggung jawab, telah membunuh ibunya. Clara diasuh oleh Van Helsing hingga berusia 20 tahun. Cerita mengenai terbunuh kedua orangtuanya, dia tau dari Van Helsing sendiri. Lelaki itu, memberikan sebuah pistol agar Clara dapat menuntaskan dendamnya dan berjanji, tidak akan pernah menyakiti manusia. Akhirnya, Van Helsing pun tewas bukan olehnya melainkan penyakit berat yang telah dia derita cukup lama.

"Tidak kusangka, aku berpacaran dengan wanita tua," canda David membuat Clara cemberut.

"Aku tidak tua, sayang! Tubuhku saja yang berhenti menua," timbalnya sambil memukul-mukul pundak David dengan gemas.

"Ha.ha.ha, iya sayang," balas David.

Sekian lama di perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di rumah Alfred. Rumah Alfred, berada di kawasan perumahan elit. Bangunan dua lantai, pintu gerbang setinggi dua meter. Terakhir kali David berkunjung ke rumahnya, ketika bertukar koleksi game dan komik milik mereka berdua. Dia berjalan mendekati sebuah kotak terdapat tombol merah. Ujung jari David, menekan tombol tersebut sebanyak tiga kali.

"Siapa?" tanya Alfred dari kota tersebut.

"David."

"Oh David! Tunggu sebentar, biar aku bukakan pintu untukmu!" seru Alfred.

Pintu gerbang pun terbuka, mereka berdua masuk ke dalam rumahnya. Seorang lelaki tua, berambut putih dan berbadan kurus menyambut kedatangan mereka berdua.

"Pasti kalian berdua teman Alfred!" kata lelaki tua itu.

"Iya," jawab kompak David dan Clara.

"Ayo masuk, David menunggu kalian di kamarnya!" ujarnya dengan sangat senang mempersilahkan mereka berdua untuk masuk.

Mereka berdua, masuk ke dalam kamar berada tidak jauh dari pintu masuk rumah. Alfred, terlihat sibuk bermain PlayStation di dalam kamarnya. Kemudian, dia pun mematikan game dan televisinya. Dia berbalik ke belakang, melihat David dan gadis berambut silver yang disukai David. Kedua pemuda itu, bersalaman dan melakukan tos dengan keren.

"Biar kutebak, pasti kamu jadian dengannya kan?!" kata Alfred.

"Tepat sekali! Kami baru saja jadian kemarin," balas David.

"Jahat sekali, tidak langsung mengabariku."

"Senangnya, melihat serigala dan domba berteman baik," kata Clara memotong pembicaraan sambil melipat kedua tangannya.

"Ha.ha.ha, apa maksudmu?" timbal Alfred kepada Clara.

"Sudahlah jangan berlagak tidak tau. Sesama makhluk mitologi, tidak perlu saling menyembunyikan bukan?"

"David apa maksudnya ini?!"

David pun memberitahu identitasnya yang sebenarnya. Begitu juga dengan Clara secara jelas memberi tahu Alfred bahwa dirinya adalah Vampire. Mendengar hal itu, Alfred pun terdiam sambil membalikkan kursi rodanya. Kemudian dia pun melepas celananya dan berdiri tegak di hadapan mereka berdua. Separuh tubuhnya setengah kambing, memliki bulu coklat cukup lebat. Alfred mengaku, bahwa dirinya adalah Satyr.