webnovel

Gudang bawah tanah

Separuh tubuhnya setengah kambing, memliki bulu coklat cukup lebat. Alfred mengaku, bahwa dirinya adalah Satyr. Clara dan David pun terdiam, mendengar apa yang dia katakan. Alfred kembali menyalakan televisi dan Playstation sempat dirinya matikan. Kemudian, dia berjalan santai keluar lalu kembali membawa dua kursi.

"Kalian berdua duduklah, mari kita bermain bersama," ajak David kepada mereka berdua.

"Aku juga?" tanya Clara menunjuk dirinya sendiri.

"Tentu jika kau mau," jawab Alfred.

Alfred dan David, memegang sebuah stik playstation berwarna hitam. Sorot mata mereka bertiga, memandang layar televisi. Permainan Mortal Kombat, menjadi pilihan mereka berdua. Sedangkan Clara, duduk di samping David sambil melihat jalannya permainan. David memilih karakter Kung Lao, sementara Alfred memilih Liu Kang. Setelah itu, petualangan Mortal Kombat pun di mulai.

"Kukira kau itu manusia, tidak aku sangka kau adalah Werewolf," kata Alfred sambil memainkan stik-nya.

"Aku juga begitu, kukira kau manusia tapi tidak aku sangka kau adalah Satyr. Pantas saja, aku mecium aroma domba pada tubuhmu."

"Begitulah, keberadaan kami benar-benar harus dirahasiakan. Apalagi, semenjak beredarnya cerita Goatman membuat citra Klan kami menjadi buruk. Padahal, kami tidak jauh berbeda dengan manusia. Karena hal itu, kami para Satyr harus tinggal di hutan dan bersembunyi setiap saat."

"Sudah berapa lama berada di kota ini?" tanya Clara.

"Sekitar tiga puluh tahun lamanya, aku berada di sini. Ayahku adalah ketua Klan Satyr, ayahku berteman dengan salah satu polisi hutan. Kemudian, ayahku menitipkanku pada lelaki itu agar aku bisa melihat sisi lain manusia," jawab Alfred.

"Polisi hutan, maksudmu lelaki tua yang sempat kita temui?" tanya Clara.

"Benar."

"Jadi, apa kesimpulanmu?" tanya David.

"Manusia itu, memiliki dua sisi layaknya dua bilah mata koin. Mereka baik seperti malaikat dan terkadang mereka lebih kejam dari iblis. Saking kejamnya, aku sempat berpikir bahwa bertemu singa jauh lebih baik," jawab Alfred. "Tapi aku masih tidak percaya bahwa kau itu Werewolf."

"Iya, dari awal kita bertemu aku masih manusia. Aku menjadi Werewolf tiga hari yang lalu," timbal David sambil memainkan stik-nya.

"Tunggu-tunggu! Apa kau pernah di cakar atau digigit oleh Werewolf?!" tanya Alfred sembari meletakkan stiknya.

"Tidak," jawab David.

"Bagaimana kau bisa menjadi Werewolf tanpa bertemu salah satu dari mereka?" tanya Alfred kepada David dengan sangat penasaran.

"Entah bagaimana pun caranya, setidaknya aku bersyukur akal sehatku masih ada."

"Setelah menjadi wereworlf, apa rencamu sayang?" tanya Clara.

"Mungkin, aku akan membentuk sebuah organisasi untuk menumpas kejahatan dibalik layar, demi terjaminnya keamanan manusia dan makhluk mitologi. Jika pengikut ratusan juta, aku pasti sudah menjadi penguasa Benua Amerika. Bercanda," jawab David sambil memainkannya.

"Ide yang bagus kawan, kau bisa menjadi penguasa dan meruntuhkan kekuasaan Klan Serigala dan Vampire," timbal Alfred.

"Tidak-tidak, soal itu aku hanya bercanda. Tapi jika serius, sepertinya sangat mustahil. Lagi pula, siapa juga yang mau bergabung," kata David sambil memainkan stik-nya.

"Aku," Alfred.

"Aku juga tentunya," sambung Clara.

"Hei sungguh, aku hanya bercanda!"

Alfred dan Clara pun tertawa, tapi jika David bersungguh-sungguh membentuk organisasi penumpas kejahatan mereka senang hati akan bergabung. Dua jam telah berlalu, David dan Clara pun pamit kepada Alfred. Mereka berdua, berjalan keluar rumah lalu masuk ke dalam mobil. Setelah itu, mereka melaju di atas aspal kembali pulang. Sesampainya di rumah, mereka berdua turun dari mobil satu persatu lalu mereka masuk ke dalam. Mantel musim dingin yang mereka kenakan di lepas. Kini, mereka hanya mengenakan baju pendek dan celana pendek.

Kemudian, David berbaring di ruang tamu sambil menikmati dinginnya hembusan angin yang masuk dari sela-sela pintu rumah. Puas berbaring, dia duduk bersandar sambil menatap langit-langit. Tidak berselang lama, Clara datang membawa dua cangkir kopi. Dia meletakkan dua cangkir kopi di atas meja. Setelah itu, Clara duduk di atas sopa antara dua paha David.

"Masih banyak tempat kosong, kenapa kau selalu duduk di sini?" tanya David salah tingkah.

"Aku ingin, mendapatkan pelukan hangat darimu sayang," sambil memegang kedua tangan David dan menyilangkannya ke depan.

"Yuk masuk kamar," bisik David membuat telinga Clara terasa geli.

"Ayo!" timbalnya langsung menarik David.

"Hei! Aku hanya bercanda, setidaknya lakukanlah besok atau lusa!" tungkasnya dengan raut wajah memerah.

Clara pun tersenyum manis kepada David, dia kembali duduk di atas pangkuannya. Secangkir kopi, menemani mereka berdua di malam yang dingin. Sesekali, mereka berdua melihat butiran salju di balik jendela. Angin mulai berhembus kencang, butiran salju turun dengan cepat. Jendela rumah David, mulai bergetar saking kencangnya terjangan angin. David melihat, kekasihnya santai meminum secangkir kopi. Padahal, dirinya adalah Vampire yang gemar meminum darah demi bertahan hidup.

"Aneh sekali," kata David.

"Apanya yang aneh?" tanya Clara.

"Kau itu Vampire bukan? Seharusnya kamu menghisap darah. Tapi, kenapa kau makan dan minum layaknya manusia biasa?"

"Hmm... kamu lupa ya? Aku ini Half Vampire. Kami para Vampire masih bisa memakan dan meminum masakan manusia. Tetapi, seminggu sekali aku harus minum darah manusia. Jika tidak, aku akan merasakan haus yang tidak tertahankan sayang. Maksimal, satu kantong darah penuh harus kudapatkan. Lebih dari itu, akal sehatku perlahan akan hilang kecuali mendapatkan darah," jelasnya kepada David sambil menikmati seteguk kopi.

"Oh begitu, pantas saja waktu itu mau menjilat darahku."

"Bukan," timbal Clara sambil menggelengkan kepalanya."Yang aku lakukan adalah kontrak darah."

"Kontrak darah?"

"Kami para Vampire, menjilati darah orang yang telah setuju akan perjanjian. Setelah melakukan kontrak darah, maka mereka berdua akan terus terikat. Tetapi, jika melakukannya dengan lawan jenis yang saling mencintai maka mereka secara resmi sudah bertunangan. Berarti, kita sudah resmi bertunangan sayang," jawabnya lalu memeluk David dengan sangat erat.

"Tanpa cincin terpasang dijari manis, bagiku bukanlah pertunangan."

"Hmm... tapi, jika melakukan kontrak darah. Vampire wanita yang meminum darah pasangannya, aroma tubuhnya bercampur dengan pasangannya," jelasnya kepada David.

"Jadi begitu rupanya. Jika uangku cukup aku akan memberikanmu cincin pertunangan di depan keluargaku secara langsung," janjinya kepada Clara sambil menatap wajahnya yang sedang tersipu.

"Aku tunggu," balas Clara kembali memeluknya.

Hari semakin larut, badai salju di luar terlihat begitu mengerikan. David meminta Clara, membuatkan tiga bungkus mie instan rebus dengan toping di atasnya. Clara dengan senang hati akan membuatnya. Gadis itu beranjak dari tempat duduk lalu berjalan ke dapur untuk membuatkan sarapan malam. Sementara David, berbaring di atas sofa sambil memandang langit-langit. Dirinya teringat ketika dirinya berubah menjadi sosok Wereworlf berbulu putih. Kuku merahnya yang tajam, mengeluarkan percikkan halilintar dan lolongan serigala yang begitu mengerikan.

"Sebenarnya, mengapa aku menjadi Werewolf? Apa yang sebenarnya terjadi? Hmm...," gumamnya sambil menduga-duga.

Lima belas menit telah berlalu, makan malam telah selesai dibuat. Clara berjalan, membawa dua mangkuk kecil dan besar. Dia melihat kekasihnya, terdiam menatap serius langit-langit rumah. Kemudian, dia meletakkan dua mangkok tersebut di atas meja. Mereka berdua, mulai menikmati makan malam di tengah dinginnya badai salju. Raut wajahnya yang serius, membuatnya penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh David.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Clara.

"Aku penasaran, mengapa aku bisa menjadi Wereworlf? Bertemu dengan mereka saja belum pernah," kata David sambil mengunyah makanannya.

"Hmm... coba tanyakan saja pada serigala yang ada di bawah rumahmu," timbal Clara sambil menunjuk ke bawah.

"Serigala di bawah rumahku?"

David teringat ruang bawah tanah yang ada di bawah rumahnya. Dulu, almarhum kakek dan neneknya sering meletakkan barang yang tidak terpakai di gudang bawah tanah. Selesai makan, David dan Clara keluar melalui pintu belakang rumah. Dia melihat, sebuah daun pintu besi tertutup rapat. Rantai yang melilit gagang pintu terlepas seperti ada yang memotongnya. Perlahan, David membuka daun pintu dan masuk menuruni tangga gudang. Tidak di sangka, mereka berdua melihat Profesor Hornes sedang menikmati kelinci panggang di atas meja kecil. Sebuah komputer, kasur, kompor, kasur dan peralatan laboratorium tertata dengan rapih. Ruang bawah tanah, memiliki luas 6 m dan tinggi 5 m berubah menjadi sebuah kamar pribadi.

"Sudah kuduga, pantas saja aku melihatmu keluar masuk gudang selagi David tiba ada. Apalagi, aroma serigalamu begitu menyengat" kata Clara sambil melipat kedua tangannya.

"Tolong pintunya di tutup, udara di luar sangat dingin sekali," kata Profesor Hornes tanpa malu sambil mengunyah makanannya.

"Bajingan kau Profesor! Apakah anda yang mengubahku menjadi Werewolf?!" bentak David sambil memegang kerah jas putih miliknya.

"Tenangkan dirimu sayang," sambil berusaha melepas cengkraman David pada kerah baju Profesor Hornes. melihat apa yang ada di ruang bawah tanah.

David melepas, cengkraman kedua tangannya pada kerah jas Profesor Hornes. Pemuda itu duduk bersimpuh menatap Sang Profesor sambil menenangkan diri.

"Maafkan aku karena sudah mengubahmu menjadi Werewolf. Sungguh, aku melakukan ini karena terpaksa. Jika, serum serigala putih jatuh ke tangan yang salah, maka ambisi tetua serigala itu benar-benar terwuju."

"Tetua Serigala? Apa maksudmu anda? Sebenarnya apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Clara.

"Darka, ketua klan serigala berencana untuk mengubah manusia di Amerika menjadi Werewolf. Dia ingin membalaskan dendam, kepada bangsa Vampire atas perbudakan menimpa Klan Serigala empat ratus tahun yang lalu. Setelah ambisi mereka tercapai, mereka ingin menguasai Gedung Pemerintah dan memulai invasi ke seluruh penjuru dunia. Kumohon nak, hentikan rencana Darka. Hanya kamulah satu-satunya yang bisa melakukannya," ujarnya dengan sangat serius dan ketakutan.

"Anda salah orang, seharusnya anda memberikan serum itu kepada orang lain saja."

"Tidak ada waktu memilih, umat manusia sedang dalam bahaya. Mungkin sekarang, Darka sedang memproduksi serum untuk menjalankan rencananya tahun depan. Kalau bukan kamu, siapa lagi?"

Mendengar hal itu David pun terdiam, memikirkan apa yang dikatakan oleh Sang Profesor. Dia membayangkan, keluarga tersayang di kampung halaman berubah menjadi Werewolf. Kekacauan di mana-mana serta lautan darah membanjiri aspal. Lolongan serigala, bergema di seluruh Benua Amerika.