webnovel

CHAPTER 4

Seul Gi merasa ingin menutupi wajahnya saat mengingat perdebatannya tadi bersama anak baru itu. Selama ini dia salah faham tapi bagaimana dia tidak berfikir seperti itu kalau cara bicara anak baru itu ambigu.

Seul Gi masuk kedalam kelas dan menemukan Nam Joon sedang duduk ditempatnya.

"apa yang kalian bicarakan?", tanya Nam Joon dengan wajah sangat serius.

"bukan urusanmu, minggir".

Nam Joon berdiri dan membiarkan Seul Gi duduk ditempatnya. Ia merasa gusar karena ingin tahu apa maksud Jimin dan Seul Gi. Selama pelajaran pun ia melihat Jimin selalu menatap ke arah Seul Gi.

Sudah dua tahun ini Nam Joon mengejar Seul Gi dengan berbagai cara. Ia tidak pernah peduli bagaimana respon ataupun perkataan orang lain mengenai Seul Gi. Karena ia tahu bagaimana Seul Gi sesungguhnya.

Ia memang perempuan yang kasar dan juga cuek tetapi sejujurnya ia sangat hangat dan perhatian. Hanya saja imagenya yang membuatnya mengasingkan dirinya sendiri di sekolah. Dan itu membuat Nam Joon semakin menyukai Seul Gi.

Nam Joon mengurungkan niat untuk bertanya lagi pada Seul Gi yang sekarang sudah menaruh kepalanya diatas meja.

Tidak lama kemudian Jimin datang. Nam Joon lagi-lagi duduk dikursi untuk bertanya dengan anak baru itu.

Jimin melihat Nam Joon dengan malas, "wae?".

"apa yang kau bicarakan dengan perempuanku?", tanya Nam Joon.

Seul Gi langsung menoleh, "hei Kim Nam Joon jangan asal bicara!", Seul Gi menunduk lagi saat Jimin melihat ke arahnya.

"kau sudah dengarkan?", kata Jimin ketus, "lebih baik kau minggir. aku tidak ingin mencari masalah tidak penting".

Nam Joon merasa malu karena Seul Gi menyahut. Ia pun bangun dengan kasar dan keluar dari kelas diikuti dua temannya Hee Chan dan Keum Dong.

❤❤❤

Jimin sedang mengelilingi sekolah untuk mencari apakah ada ruangan ekskul disekolah ini. Tapi ia tidak berhasil menemukannya. Ia harus bertanya pada Suho walaupun sebelumnya Suho bilang disekolah ini tidak ada ekskul yang aktif selain sepak bola.

Jimin melongok ke dalam kelas Suho. Para perempuan disana senyam-senyum memperhatikan Jimin.

Seorang perempuan berambut panjang melewati Jimin.

"Maaf. Apa kau melihat Suho?".

"Sepertinya dia sedang mengerjakan sesuatu bersama wali kelas sehingga akan izin untuk sisa pelajaran. Ada perlu apa? kebetulan aku sekertarisnya".

"kalau begitu kau tahu dengan baik sekolah ini?".

Perempuan itu mengangguk.

"bisakah kita bicara setelah pelajaran selesai? Lee Sung Kyu?", Jimin membaca name tag perempuan itu.

"baiklah. Park Ji Min".

Jimin menunggu Lee Sung Kyu didepan kelasnya. Sekarang waktu pulang jadi akan lebih bebas untuk Jimin berbicara mengenai minatnya.

Lee Sung Kyu keluar kelas dan menghampiri Jimin. Ia tersenyum, berusaha terlihat ramah. Dibelakangnya teman-teman perempuannya sangat tertarik karena ia memang terkenal cantik di sekolah ini dan selalu menjadi incaran pria-pria tampan dari sekolah lain tentunya. Lee Sung Kyu tidak pernah menoleh dengan lelaki disekolah ini kecuali Suho tapi Suho hanya menganggapnya teman saja.

Mereka berjalan beriringan, "apa yang ingin kau bicarakan padaku?".

"aku langsung to the point saja ya. Apa kau bisa menyediakan satu ruangan untukku disekolah ini? ruangan yang tidak digunakan pun tidak apa-apa".

Lee Sung Kyu memberengut karena bukan ini yang ia harapkan, "mungkin ada tapi aku tidak pernah memiliki wewenang itu".

"kalau Suho?".

"sulit untuk bernegoisasi dengannya walaupun kalian dekat. Kalau bukan persetujuan kepala sekolah ia tidak akan mau menurutimu", tutur Lee Sung Kyu mengingat sifat Suho yang tegas.

Jimin berdeham, "tapi apa kau bisa menunjukkannya untukku?".

Sung Kyu mengangguk dan mengepalai mereka untuk menuju ruangan-ruangan yang tidak pernah terpakai.

Sekolah ini memang sudah lama dibangun, yayasan yang lemah membuat mereka tidak berkembang dengan baik. Kalau bukan karena sumbangan mungkin sekolah ini sudah ditutup namun sekolah ini membantu para orang tua yang kesulitan biaya sedangkan anaknya tidak bisa bersekolah di sekolah negeri yang gratis. Jadi wajar saja kalau memang tidak ada ekskul yang aktif disini.

Sekolah ini untuk anak-anak yang kurang beruntung atau anak bandel yang sudah tidak diterima disekolah sekolah bagus.

Ruangan itu sangat kotor dan dihuni barang-barang tidak jelas. Sung Kyu tidak mendekati lorong itu dan terbatuk-batuk. Namun Jimin bereaksi berbeda. Ia melongok lewat jendela satu ke jendela yang lain dengan antusias. Ia sudah tahu ruangan mana yang harus ia sulap menjadi tempat latihannya.

Ia tersenyum puas dan mengajak Sung Kyu untuk beranjak dari sana.

"apa sih yang ingin kau lakukan?", tanya Sung Kyu penasaran.

Jimin hanya melemparkan senyumnya dan meraka pun berpisah. Jimin pulang dengan mobil jemputannya. Sung Kyu pulang dengan taksi.

❤❤❤

Jimin sedang berkumpul bersama teman-teman di sekolah lamanya. Ia menikmati setiap obrolan mereka. Mereka sangat nyambung untuk berbicara dan mereka mempunya hobi yang sama yaitu dance.

Malam ini lumaya ramai ditempat mereka nongkrong. Sebuah cafe yang menjadi basecamp untuk penari-penari berkumpul. Disini Jimin merasa menjadi dirinya sendiri. Kadang ia menunjukkan kebolehannya ataupun melamukan battle iseng-iseng bersama teman-temannya atau pengunjung yang lain. Kenal ataupun tidak kenal, karena dance mereka menjadi satu.

Segerombolan laki-laki dengan gaya hip hop datang dan duduk disalah satu sudut ruangan. Jimin sedang merefil sodanya. Ia terkejut karena mengenali salah satu lelaki dari kumpulan itu. Mereka sepertinya baru nongkrong ditempat ini.

Lelaki tinggi itu sangat memiliki penampilan berbeda dari biasanya. Ia sangat keren ditambah ia memakai ikat kepala dan memperlihatkan keningnya. Ia adalah Kim Nam Joon.

Jimin duduk ditempatnya dan menyesap sodanya. Saat ia melihat kearah Nam Joon, sepertinya ia dan beberapa temannya sedang bersiap-siap untuk battle.

Seketika suasana cafe menjadi on dan semua orang memperhatikan ke area yang disediakan untuk battle.

Jimin membenarkan posisi duduknya.

"Siapa mereka?", tanya Jimin pada Kai yang memang sering sekali nongkrong di cafe ini. Kai tidak pernah melewati informasi.

"kurasa mereka orang yang ditantang oleh gengnya Daniel. Mereka tidak pernah nongkrong bersama kita. ya we will see, perhaps they are amazing group. We don't know".

Jimin mengangguk setuju. Beginilah pergaulan di cafe ini, setelah menjadi musuh bisa menjadi teman baik atau relasi. Mereka tidak menutup kemungkinan-kemungkiman tersebut.

Suara musik menggema dipenjuru cafe, saut-saut orang-orang disini bertepuk tangan dan juga saling menyemangati. Mereka mengitari area battle dan battle pun dimulai.

Jimin menikmati battle itu karena memang seru. Daniel dilawan oleh Nam Joon. Lelaki berjaket norak dikelas itu memiliki skill yang tidak bisa ditolak. Ia sangat lincah dan juga luwes saat menari. Jimin mendapatkan ide untul merekrutnya di club yang akan ia buat di sekolah. Tapi Jimin ingat bahwa hubungan mereka tidak baik karena cowok norak itu selalu berburuk sangka pada Jimin dan Jimin tidak menyulai orang seperti itu.

Jimin menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh melibatkan perasaan pribadinya untuk suatu hal yang sangat penting. Ia harus profesional. Jimin menyeringai.

Nam Joom terkejut saat sedang dudul, Jimin menghampirinya. Ia melempar tatapan tidak suka pada Jimin mengingat lelaki itu mencurigakan.

"apa yang kau lakukan disini?", tanya Jimin berbasa-basi.

"apa kau tidak lihat tadi?".

Jimin mengangguk, "tak ku sangka kau bisa dance".

"haha kau fikir hanya kau saja yang memiliki skill. Belum tentu kau bisa mengalahiku".

Jimin menepuk pundak Nam Joon, "aku suka rasa percaya dirimu".

Jimin kembali bersama teman-temannya untuk pamit karena ia akan pulang. Jimin merasa senang hari ini.

❤❤❤