Papa Galih sudah merasakan firasat aneh sejak tadi siang, matanya terfokus pada kerjaan namun tidak dengan hati dan pikirannya.
Wajah sang putri selalu mengalihkan atensinya. Apakah semesta sedang berusaha mengirim pertanda pada kedua orangtua itu.
Papa Galih menggeleng cepat untuk mengusir semua terkaan buruknya. Ayunya mereka pasti baik-baik saja, tidak ada yang perlu mereka khawatirkan.
"Pa, telpon Ayu atau Akbar deh! Mama nggak tenang," pinta Mama Kinanti dengan menggoyangkan sebelah lengan suaminya.
Kedua manik mata Papa Galih dia bawah ke arah jam dinding yang menggantung di salah satu sudut rumahnya. Sekarang sudah pukul 10, perbedaan waktu antara Jakarta dan Manado adalah satu jam. Jika di Jakarta saat ini telah menunjukkan pukul 10, berarti di Manado telah pukul 11.
Papa Galih bak buah simalakama, menuruti keinginan sang istri pasti dia akan mengganggu istirahat Ayu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com