webnovel

SelZa

Gadis 17 tahun yang malang dan memiliki penyakit mental. Tetapi ada satu keberuntungan yang ia miliki yaitu mempunyai lelaki tampan yang selalu ada disisinya Al-Tezza Putra Pradipta.

awaaa · Adolescente
Classificações insuficientes
5 Chs

5. Tezza Gila!

Selamat Membaca dear and enjoy!🖤🧚

Sudah terhitung 3 hari dirinya di rumah sakit, dan selama tiga hari itu pula pria yang bernama Tezza ini tidak pernah absen datang ke rumah sakit.

Seperti sekarang ini. Lihat, pagi-pagi sudah nemplok aja di rumah sakit.

"  Ku ingin nikahi kamu yeay."

" Jadikan kau istriku."

Via mengernyit heran, lelaki disebalah nya ini waras kan? Pandangan lelaki itu masih saja fokus kepada hp nya. Sekarang dirinya yang merasa di cuekkin.

Huhh seball

" Ku ingin kau jadi ibu dari anak-anakku."

" Sebut namamu, binti ayahmu dan semua wali kan berkata."

" APAA."

Via terperanjat kaget mendengar teriakan pria itu. Untung nggak jantungan.

" SAH."

" Berisik banget si lo, ini rumah sakit bukan rumah lo."

Bukannya diam lelaki itu malah terus melanjutkan nyanyi nya dengan suara khas nya, yaa bagus si tapi bisa kan nggak usah teriak-teriak? Pengang nih kuping.

" Ini gila tapi ku mau."

Tezza mengalihkan pandangannya ke Via,

" Halalkan Via," nyanyi nya dan diakhiri dengan colekan di dagu dan jangan lupa KEDIPAN MATA.

Dih Tezza sakit mata ?

" Heh daripada lo nyanyi-nyanyi nggak jelas, mendingan lo kuliah sana. Halalkanmu-halalkanmu kuliah aja masih bolos sok-sokan mau halalin gue."

Eh apa tadi katanya, dirinya tidak salah dengar. "Jadi lo kode ni minta di halallin cepet-cepet."

" Eh apaan si, mau kasi makan bini lo apa haa. Kerja aja belom."

Tezza segera bangkit dari duduknya dan mencangklekkan tas ke bahunya.

" Mau kemana lo."

" Kuliah dong biar cepet lulus turus kerja, abis itu halalin kamu deh."

Via bergidik ngeri. Sepertinya dirinya sudah salah bicara. Memang benar sudah gila pria ini.

Tubuhnya menegang ketika merasakan usapan lembut di kepalanya, " Jaga diri baik-baik ya, kalo ada apa-apa langsung telpon gue. Gue bakal balik lagi kesini abis selesai kelas."

Dirinya mengangguk, " Gue bukan anak tk kali, tenang aja."

Tezza memang tau, dirinya ini bela-belain tidak kuliah karena khawatir perempuan nya berbuat nekat kembali. Dirinya tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali.

" Abis itu gue nikahin lo." setelah berkata itu Tezza hanya cengengesan, tidak memikirkan bagaimana kondisi hati lawan bicara nya.

Tahan..

"NIKAH MULU YANG LO BAHAS KUTU."

Tawa Tezza menggelegar di kamar rumah sakit, enak sekali menggodai gadisnya ini, eh calon maksudnya. AAMIIN.

" Gue serius ko."

" Serius apa."

" Nikahin lo."

Mata Via melotot tajam. Sebelum terkena amukan seekor singa Tezza sudah berancang ancang untuk segera kabur.

" TEZZA EDAN."

Satu lemparan buah apel hampir saja mengenai kepala Tezza, untuk saja dirinya bisa menghindar, kalo tidak benjol sudah kepalanya ini.

" Ga kena wlee." Tezza langsung lari, takut-takut dia dimakan nyai nya singa. Eh kalo singanya kaya (nama) gapapa deh ikhlas ridho. HAHAHA

Sedangkan di kamar rawatnya Via sedaritadi menahan senyum nya. Ah kenapa si laki-laki itu begitu lucu, jadi..

JADI PEN GAPLOK MAKSUDNYA.

---

" Oii bang sini gabung."

Tezza mengangguk dan langsung ikut bergabung dengan semuanya.

" Darimana lo."

" Darimana lagi kalo bukan ketemu bucinan nya."

Mereka semua yang disini adalah saksi dari 1 tahun  keseriusan Tezza dengan Via. Tak terasa sudah satu tahun berjuang dan mengejar pujaan hati.

" Lo tu bang buruan lulus kek," sahut salah satu adik tingkat nya.

" Wahh liat tu bang, kaya nya si Sanca udah bosen liat lu."

" Nggak usah kompor lu tai."

" Ya emang lo tai, mau apa lo."

" Sialan!"

Semua tertawa kencang, memang disetiap perkumpulan pasti ada saja orang yang membuat suasana menjadi ramai.

" Maksud gue gini bang, lo kan udah setahun perjuangin Via. Mungkin dia pengen nya langsung diseriusin kali, mangkannya lo cepet lulus, kerja, buat anak deh lo sono bebas."

" Gila, gue udah dengerin serius masih bae bercanda lo," sahut salah satu orang disitu.

" Dasar ular." ucap Tezza melempar kacang, bukan nya mengomel, Sanca malah membuka dan memakan kacang nya.

Kelakuan Sanca memang bikin geleng-geleng kepala. Yee ga nipak emang lo Za!

" Maksud Sanca yang ganteng ini tu baik kali, ko kalian malah gitu. Sebagai adik tingkat yang baik kan harus memberi arahan."

Bila di pikir-pikir ucapan Sanca memang ada benar nya, dia ingat Lika pernah bilang kepadanya kalo Via sedang tidak ingin membuka hati nya, karena dirinya takut akan ditinggal lagi oleh orang yang disayang nya.

Harusnya Tezza segera menseriuskan Via agar tau bagaimana keseriusan nya selama ini, bukan malah berleha-leha seperti ini.

" Thanks, lo bener ko lar. Gue harus nya jangan leha-leha gini."

Sanca tersenyum bangga merasa dirinya kali ini menang dari yang lain nya.

" Biasa aja dong muka lo, gue gutuk tau rasa."

" Nasib muka ganteng jadi bahan bullyan."

" NAJIS"

" Halo"

Semua diam ketika mendengar suara Tezza yang sedang menelpon dengan seseorang.

" Halo Vi kenapa kamu nelpon aku."

" Kamu bisa nya nyusahin orang tua aja, ngapain pake di rawat  segala."

Itu siapa?

Tezza diam menyimak percakapan dua orang di sebrang telpon sana.

" Aku kira mamah kesini mau jenguk aku, tapi kenapa malah marah-marah gini. Aku kangen maamah yang dulu."

" Mamah kesini mau paksa kamu buat ikut mamah."

" Aku nggak mau mah."

Prangg

Suara benda pecah terdengar di sana.

Deg . Perasaannya sudah tidak enak, dirinya bangkit dari duduk nya, tetapi telpon itu ia biarkan terus menyala.

" Mau kemana."

" Livia."

" Kenapa lagi?"

Tezza menggeleng, " Nggak tau, nyokap nya marah marah lagi. Gue takut dia ngelukain diri sendiri lagi, gue cabut."

Mereka semua mengangguk mengerti, mereka semua berharap semoga Via melihat bagaimana Tezza begitu menyayangi nya bahkan mungkin sudah cinta.

" Sakit mah, udah lepas."

" Dasar anak caper, kerjaan nya bikin orang khawatir aja."

Tezza berharap semoga telpon tidak dimatik-

Tutt

-an. Telat, sambungan telpon telah dimatikan. Diri nya menyesal karena sudah meninggalkan perempuan itu sendiri lagi.

Semoga ketika ia sampai disana, tidak terjadi sesuatu kepada Via-nya.

Di lain tempat seorang gadis sedang menangis tersedu sedu. Sampai kapan dirinya akan disiksa seperti ini terus?

" Kamu nurut sama mamah, mamah nggak akan nyakitin kamu."

Via menggeleng, basi. Orang tuanya sering bilang begitu tetapi ujung-ujung nya dirinya tetap terkena pukulan mereka.

" Mah aku gapapa ko mamah nikah sama yang lain, papah juga. Aku gapapa tapi pliss jangan paksa aku buat ikut diantara kalian, aku ga bisa."

Tarikan di rambut Via semakin keras karena mendengar jawaban dari sang anak.

" Mah, bisa nggak jambakan di rambut aku ini diganti dengan pelukan mamah yang dulu? sekali aja."

Laras mendorong tubuh Via sehingga pemilik tubuh yang tidak siap dengan dorongan itu pun hampir saja terjatuh jika Tezza tidak datang dengan tepat waktu.

Akhirnya Tezza bisa bernapas sedikit lega, hanya sedikit.

" Siapa kamu."

" Say-"

" Nggak penting kamu siapa, dan kamu Selma jangan harap saya akan memelukmu seperti dulu. TIDAK AKAN PERNAH."

Akhirnya Laras melenggang pergi meninggalkan mereka berdua.

Via tertunduk lemas. Bahu gadis itu bergetar menandakan bahwa ia sedang menangis. Tezza merengkuh bahu yang rapuh itu kedalam pelukan nya. Tak disangka Via menerima pelukan nya dan dalam dekapan ia menangis sejadi-jadi nya.

Untuk kali ini Tezza cukup memberi ketenangan saja dulu, baru setelah ini dirinya akan mengajak Via berbicara.

" Gg-gue nggak bisa, gue butuh sesuatu benda yang bikin gue tenang sekarang," Via melepaskan pelukan nya dan bergerak gelisah mencari suatu benda.

" Nggak ada benda benda, lo harus belajar dari sekarang."

" GUE BUTUH PISAU SEKARANG TEZZA."

Sebisa mungkin Tezza menahan tangis nya, "Cukup  Vi cukup, cukup lo jangan nyakitin diri lo lagi"

Tezza memeluk kembali tubuh Via dengan penuh kasih sayang.

" Lo boleh numpahin kekecewaan lo, marah lo ke gue. Tapi jangan pernah lo nyakitin diri lo."

Isak tangis masih terdengar.

" Gue sakit ngeliat lo sakit kaya gini Vi, banyak orang yang sama kamu jangan bikin orang yang sama kamu sedih. Aku yakin kamu kuat, kamu bisa."

Mata Via mulai tertutup karena elusan di kepala dan dekapan Tezza yang membuat nyaman dan mengantuk. Di dada bidang Tezza dirinya tersenyum.

Ketika ingin terlelap, dagu nya di tarik oleh tangan Tezza. Via pura-pura tidur karena ingin tahu apa yang ingin dilakukan pria ini.

Tezza memandang wajah Via, dirinya marah sekali karena sudah lalai menjaga gadisnya. Wajah Via sembab dan banyak jejak air mata yang masih basah.

Di kecup nya kening Via.

Deg.

Jantung masih aman kan?

" Tidur yang nyenyak ya. Semoga hari esok lebih baik dari hari ini buat kamu."

Ko Tezza jadi sweet gini? apa emang dirinya saja yang tidak menyadari nya, mungkin.

Via membuka matanya, pria itu ternyata sudah tertidur dengan kepala di perutnya dan tangan yang masih setia menggenggam tangannya.

" Sweet dream Tezza, thank you buat semuanya."

----

Cepet sembuh Alivia !

Bang Ezza nya buat author aja deh