webnovel

Sadar atas kebodohannya

Kedua mata Rihana membulat lebar,dia panik saat Raka menutup pintu dan menguncinya. Padahal dia sendiri yang mengikuti Raka dan masuk kedalam kamar ini.

"Loh,,kok di kunci paman pintunya.?" Tanyanya. Gadis itu tak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Meski yakin kalau Raka laki-laki yang baik,tapi siapa yang bisa menebak jika sudah berduaan seperti itu di dalam kamar pula. Apalagi dia orang asing bagi Rihana,ya baru bertemu kedua kalinya,itupun tanpa sengaja.

"Saya yang pesan kamar ini,terserah mau saya kunci atau gembok.!" jawab Raka ketus. Dia mengantongi kunci kamar itu dan berjalan kearah sofa,memisahkan gelas dan botol alkohol milik ketiga wanita tadi. Setelah itu duduk santai dan menuang wine dalam gelas baru,kemudian meneguknya.

Rihana terlihat tertegun,sepertinya baru kali ini dia melihat laki-laki minum dengan aura yang berbeda. Setiap gerakannya begitu menarik. Bahkan terlihat mengagumkan saat meneguknya.

Raka mengambil rokok dan korek dari saku jaketnya. Mengambil satu batang rokok,mengepitnya di antara bibir seksi itu,lalu menyalakannya. Dia asyik sendiri menghisap batang rokok di tangannya,sedikit pun tak menghiraukan keberadaan Rihana yang masih diam di tempat.

"Paman,,,aku mau keluar,tolong bukakan pintunya dong..!" Rihana kemudian menghampiri Raka. Sejak tadi seperti terhipnotis dengan apa yang di lakukan oleh Raka sampai bisa setenang itu di dalam keadaan terkunci bersama pria asing dalam kamar.

"Memangnya siapa yang menyuruh kamu masuk.?" ucap Raka acuh. Dia tak bergeming walaupun Rihana berdiri di sampingnya sembari mengulurkan tangan.

"Iya aku tahu,aku sendiri yang ingin masuk kesini. Tapi kan aku nggak tau kalau ini tuh kamar."

"Aku ngikutin paman juga biyar nggak ketahuan sama mantan pacar aku kalau ini cuman pura-pura,," Rihana menunduk malu. Dia sadar udah bertidak jauh,melibat kan orang asing untuk membuktikan pada dua penghianat itu kalau dia bis mendaptkan laki-laki yang lebih segalanya dari Dirga.

"Dasar bodoh.!" Cibirnya santai. Raka lalu tersenyum geli.

"Kamu pikir mereka akan perduli sekalipun kamu menggandeng ribuan laki-laki di depan mereka.!"

"Penghianat tidak akan memperdulikan apapun di sekitarnya. Mereka hanya fokus pada kebahagiaan mereka sendiri. Jangan harap mereka akan menganggap mu hebat." Ucap nya dengan sorot mata yang dalam.

Rihana samapai mengerutkan dahi. Semua penuturan Raka berhasil membuja kebodohannya atas apa yang ingin dia tunjukkan pada Tiara dan Dirga. Sepertinya memang benar,mereka berdua tak akan perduli sekalipun dia bahagia dengan laki-laki lain yang lebih segalanya dari Dirga.

Tapi meski begitu,setidak nya mereka tak punya bahan untuk menertawakan Rihana karena Rihana tidak menujukkan kesedihan dan air mata di depan mereka.

Dengan menggandeng laki-laki lain,Rihana yakin akan membuat keduanya melihat bahwa penghianat mereka tak menghancurkan kebahagiaaannya.

Rihana menghela nafas berat kemudian duduk di samping Raka dengan pandangan mata lurus kedepan.

"Kenapa orang lain bisa dengan mudah menghianati pasangan yang tulus mencintainya." Gumam Rihana. Pandangan matanya perlahan menerawang jauh. Dia memang tak mempermasalahakan jika memang hubungannya dengan Dirga harus berakhir karena sebuah penghianatan. Namun yang membuat Rihana tak habis pikir,dengan mudah nya Dirga berpaling dari cinta tulus yang selama ini dia berikan padanya.

Raka terlihat mengangkat sudut bibirnya setelah mendengar penuturan Rihana.

"Penghianat tak butuh cinta,karena yang membuat mereka bahagia hanya nafsu semata." ujar Raka sembari mengisi kembali gelas miliknya dengan wine.

Ucapan Raka seketika menarik perhatian Rihana. Gadis itu menatap Raka yang sedang meneguk alkohol.

"Jadi karena itu.?" tanya Rihana.

"Pantas saja mereka bermain gila,," Gumam nya lirih. Sedikit kecewa dengan Dirga,karena tak bisa menghargai ketulusan cintanya dan lebih memilih untuk mengikuti hawa nafsu belaka.

"Kamu masih kecil,untuk apa memusingkan soal cinta. Lebih baik pulang dan belajar,jangan sampai besok kesiangan masuk sekolah." Ujar Raka cuek.

Meski sejak tadi berbicara dengan Rihana,tapi sedikit pun dia tak menatap wajah Rihana. Fokus nya hanya pada minuman dan rokok di tangannya terus dia hisap.

"Aku udah semester 7 paman,bukan anak sekolahan lgi.!" Protes Rihana kesal.

Pantas saja Raka menyebutnya anak kecil,rupanya dia mengira kalau Rihana masih sekolah.

Raka menoleh,untuk pertama kalinya menatap Rihana dalam waktu lama. Dahinya berkerut,seakan tak percaya jika gafis belia di sampingnnya sudah dewasa. Raka pikir,gadis itu masih berusia belasan tahun.

"Kenapa kaget paman.?? Padahal kemaren aku udaj sebutkan umurku." ucap Rihana.

Kerutan di dahi Raka semakin bertambah.

"Saya bahkan baru melihatmu sekarang." kata Raka.

Sepertinya dia tak mengingat wajah Rihana waktu itu. Mungkin karena terlalu cuek,atau mungkin karna Rihana tak membuat nya tertarik sedikit pun sampai lupa dengan insiden malam itu.

"Oke,lupakan saja." ucap Rihana tak perduli.

"Sekarang tolong berikan kuncinya padaku,aku mau pulang paman,," pintanya memelas.

Rihana ingin menghindari hal-hal yang tidak di inginkan. Sekarang memang masih aman dan dalam batas wajar,tapi siapa yang bisa menebak kejadian berikutnya. Bisa saja Raka tiba-tiba menyerang Rihana dan memperkosanya.

Raka menatap arloji di pergelangan tangannya.

"Kamar ini akan di bukakan setelah 3 jam di kunci." Katanya dengan nada bicara datar.

"Apaa.?!!! Yang benar saja.?!" pekik Rihana kaget.

"Aku harus ngapain selama itu.?"

"Bisa-bisa aku nggak dapat pintu karena pulang larut malam." Tuturnya dengan wajah memelas.

"Salahmu sendiri masuk tanpa ijin." kata Ra tak peduli.

"Ayolah paman jangan bercanda. Aku benar-benar minta maaf."

"Lagi pula paman cukup keluarin kuncinya dan berikan padaku. Aku yang akan membuka sendiri pintunya." Rihana menatap penuh harap.

"Kalau begitu ambil sendiri saja. Ada di dalam,," Raka menundukkan pandangan. Menatap saku depam celananya. Hal itu membuat wajah Rihana memerah langarab fokusnya bukan pada saku celana Raka,melainkan pada benda yang terlihat menonjol dari balik celana jins yang Raka kenakan.

"Liatin apa kamu.?" Tegur Raka. Rihana refleks menggeleng cepat.

"Paman aja deh yang ambil,aku nggak berani. Takut kepegang,," Rihana menyengir kuda sembari menahan malu.

"Jangan harap bisa nyuruh-nyuruh saya." Sahut nya. Raka benar-benar tak bisa di bujuk.

"Ya ampun paman,kan cuman ngeluarin kunci dari saku celana paman sendiri. Masa nggak mau.?!" Rihana terlihat kesal.

"Kalau nggak mau ambil sendiri,tunggu 2 jam lewat 35 menit lagi.!" Tegas Raka.

Rihana terlihat menghela nafas kesal,namun tidaj bisa berbuat apa pun karena sadar dia sendiri yang salah.

Tanpa mengatakan apapun, Rihana beranjak dari sofa. Dengan santai nya berjalan kearah ranjang dan merebahkan tubuhnya disana, lalu membalut tubuhnya dengan selimut. Pakain minim yang dia kenakan,membuat suhu kamar menjadi sangat dingin.

Raka di buat bengong oleh kelakuan gadis yang belum dia ketahui namanya itu. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis itu sampai berani membafingkan tubuhnya di atas ranjang tepat di depan matanya.

"Mau ngapain kamu.?!" Seru Raka.

"Aku kedinginan paman,lagian bosan kalau harus menunggu sampai pingu dibuka. Lebih baik aku tidur dulu." jawab Rihana. Dia tak memiliki pikiran buruk sedikit pun pada Raka. Tidak berfikir jauh jika aksinya itu bisa saja membuat Raka memikirkan hal diluar logika. Rihana terlalu yakin kalau Raka tak akan macam-macam dengan nya.