webnovel

Secrets (Of Us)

Zhizi Quarlin, gadis yang dibesarkan disebuah kota kecil dengan segala kesederhanaannya, harus menghadapi pengadaptasian dengan lingkungan keras sejak kepindahannya. Lucas, laki-laki dingin yang memiliki sebuah rahasia yang tidak diketahui orang lain. Hidup dengan beberapa identitas yang disembunyikan, tiba-tiba harus menbagikan ceritanya pada sosok gaids yang baru saja ia temui. -semua orang punya rahasia, baik sendiri ataupun bersama- @secret

ghkamilah · Adolescente
Classificações insuficientes
148 Chs

17

Sebuah gambar gadis dengan desain baju ala Vintage terlukis dalam bentuk sketsa dibuku Zhizi. Tepat saat bel pertanda masuk kembali berbunyi ia menyelesaikan gambarnya.

"Hahahha, iya kan? Lo gimana?" Tawa para murid-murid yang masuk kedalam kelas dengan keras. Zhizi memperhatikan penampilan dan perawakan siswa dikelas barunya ini. Hawa nya sedikit berbeda.

"Hai! Nama Lo Siapa?" Tanya seseorang yang menghampiri Zhizi, seorang perempuan dengan suara imut seperti di film dan wajah mungil sesuai dengan tinggi badannya

"Zhizi"

"Gue Reya, selamat datang dikelas IPA 3 yah"

"Reya!!! Jangan sok akrab Lo !" Teriak teman-teman Reya dari jauh

"Ish berisik Lo pada!" Balas gadis bernama Reya itu

Guru pun masuk kedalam kelas dan membubarkan kerumunan murid. Mereka semua akhirnya kembali ke bangkunya masing-masing. Termasuk Yaka yang sudah duduk disamping Heyla.

"Lo ada buku Matematika?" Tanya Yaka pada Zhizi

"Ada, nih"

"Bagi yah"

"Emang buku Lo mana?"

"Gue gak pernah peduli sama pelajaran matematika" polos Yaka yang memang tidak pernah belajar eksak. Buku sekolah selalu aman di lemarinya karena tak pernah dibuka. Dibawa ke kelas saja tidak pernah, ia hanya menumpang aman pada teman sebangkunya terus.

"Argh! Pantas aja kelas ini dihindari" umpat Zhizi refleks, ia tak berniat menghina kelas tempat ia berada sekarang apalagi menyinggung Yaka.

"Maksud Lo?" dingin Yaka yang tak suka dengan kalimat Zhizi barusan

"Hah? Lupain aja" ucap Zhizi

"Maksud Lo apa? Lo udah ada dikelas ini dan Lo ngehina kelas ini? Lo aja pindahan!" Ucap Yaka dengan suara bariton nya yang berhasil membuat seisi kelas melihat kearah mereka

"Yaka! Ada apa ini? Saya sedang mengajar jadi harap jaga kesopanan mu!" Tegur Ibu guru didepan

Yaka masih menatap Zhizi dengan datar tapi menusuk, ia sudah biasa ditegur dan imagenya sudah seperti ini sejak dulu. Dia salah satu penghuni kelas urutan 3 sejak kelas 10.

"Buk! Saya izin ke kamar mandi" ucap Zhizi dan beranjak dari tempat duduknya, tak sengaja ia menyenggol bukunya sendiri dan kemudian jatuh kelantai. Ia tetap melanjutkan langkahnya keluar kelas setelah mendapat izin.

Reya menatap Yaka sambil menggelengkan kepala seolah mengatakan tindakannya terlalu berlebihan. Yaka hanya diam dan berniat mengambil buku Zhizi yang jatuh.

Saat tangannya hendak meraih buku itu Yaka terpaku pada sebuah gambar sketsa yang hanya bermodalkan pensil.

"Apa ini karyanya?" Batin Yaka yang kagum dengan model baju yang Zhizi buat. "Gambarannya juga sangat bagus. Hanya perlu sedikit pelatihan lagi"

"Srekkkkkk"

Yaka merobek selembar kertas yang berisi gambaran Zhizi dan melipatnya, lembaran itu ia masukkan kedalam kantong.

Didalam kamar mandi Zhizi berdiri dihadapan cermin kamar mandi. Ia menatap pantulan wajahnya seolah sudah lama ia tak bercermin melihat keadaannya.

"Kau harus kuat, lihat lah mata panda mu ini... Wajah cantik mu sia-sia. Mari tunjukkan pada semua orang. Kau bisa sukses, kau kuat dan lebih hebat. Jangan menyerah" ucap Zhizi sambil menunjuk bayangannya di cermin

Zhizi membasahkan wajahnya karena matanya sempat menjatuhkan beberapa tetes hujan. Kemudian ia menggeraikan rambutnya yang tadinya dicepol Bun.

Zhizi segera memasuki kelas kembali, beberapa siswa memperhatikan Zhizi yang masuk dengan sekilas. Yaka yang memang sebangku dengan Zhizi bisa Melihat wajah Zhizi yang masih sedikit basah, anak rambutnya juga terlihat baru disiram air.

"Lo nyuci muka?" Tanya Yaka saat Zhizi sudah duduk di bangku. Zhizi keheranan dengan perubahan sifat Yaka yang sangat cepat beralih mood.

"Hmm"

Pembelajaran matematika sudah dimulai, berbeda dengan kelas IPA 2 siswa disini sebagian sibuk sendiri tanpa memperhatikan sang guru menjelaskan.

"Sebagian siswa kelas ini berjuang untuk naik untuk masuk kelas atas, sebagian lagi betah dengan kelas ini" batin Zhizi yang memperhatikan semua siswa.

Yaka merasa Zhizi tidak menghadap kedepan karena wajah gadis itu malah mengarah kearahnya. Karena penasaran dengan apa yang Zhizi lihat dia terang-terangan melihat Zhizi

"???" Zhizi membuat ekspresi bertanya diwajahnya seolah mengatakan "ada apa?"

Yaka hanya mengangkat bahunya dan kembali sibuk menghadap kedepan, bukan melihat ke papan tulis melainkan pada pot bunga palsu dimeja guru. Sedangkan pikirannya sedang traveling entah memikirkan apa

Jam pulang sekolah berbunyi, hari pertama sebagai siswa kelas IPA 3 sudah Zhizi lalui dengan beberapa kendala.

"Zhizi!" Teriak Aina datang ke kelas IPA 3

"Lo ngapain kesini?"

"Lah, ngajak pulang bareng Lo lah"

"Lo kan sekelas sama Dara, kenapa gak sama dia coba. Ayi juga masuk kelas IPA 2 kan? Soalnya dia gak ada dikelas tadi"

Aina menyengir, ia juga heran kenapa Kedua orang itu mendadak pintar saat ujian ini.

"Yah masa Lo pulang sendiri"

"Hahaha, cuman dari kelas sampe asrama Na, lebay amat Lo. Besok jangan jemput"

Mereka berdua kembali ke asrama bersama karena yang lain sudah pergi terlebih dahulu. Memang diantara Ayi, dara dan Aina orang yang paling dekat dengan Zhizi adalah Aina.

Lucas melihat Zhizi dan Aina sedang berjalan didepan nya, sebenarnya ia hendak menghampiri mereka tapi Lucas merasa masih kesal dengan Zhizi.

"Aish kenapa gue lebay banget!, jijik gue sama diri sendiri" gerutu Lucas

Akhirnya Lucas mendekati Aina dan Zhizi yang sebentar lagi akan sampai ke asrama

"Hoi" sama Lucas membuat mereka berdua melihat kearahnya

"Eh Lo, ada apa?" Tanya Aina

"Gak ada sih, gue dengar Dara sama Ayi masuk kelas Lo yah?"

"Oh iya"

Lucas melirik kearah Zhizi yang menunduk sehingga rambutnya sedikit menutupi wajahnya.

"Lo Zhi?" Tanya Lucas berusaha mengajak Zhizi bicara. Karena jujur saja entah kenapa hati Lucas berdenyut sakit melihat Zhizi yang menunduk dan diam saja. Bahkan wajahnya yang biasanya selalu menampilkan ekspresi polos dan bertanya-tanya sudah beberapa hari ini tak ia lihat.

"Hah? Oh....gue masuk IPA 3" jawab Zhizi menaikkan kepalanya sebentar dengan senyuman, kemudian ia kembali menatap tanah.

"Oh, Its okay. Anyway...."

"Eh gue keburu nih. Diluan yah" potong Zhizi dan langsung pergi melewati Lucas tanpa menunggu jawaban mereka berdua. Lucas terkejut dan menatap kepergian Zhizi dengan heran

"Dia sedih, you know lah ini pertama kali dia ngerasa sistem sekolah yang kayak gini. Nanti juga balik lagi moodnya" ucap Aina menjelaskan

"Ooh, yaudah. Gue cabut juga yah, bye"

Zhizi sudah masuk kedalam kamarnya, disana sudah ada dara dan Dasha.

"Eh Zhizi.... Kita mau pergi main nanti malam. Bentar doang Lo ikut gak?"

"Mmmm gue mikir dulu deh"

Setelah meletakkan barang-barang nya dan mengganti pakaian, Zhizi mencek ponsel nya karena seharian ini dia tidak pernah membuka pesan. Itu semua disengaja karena ia tahu akan banyak panggilan masuk , ia bisa berasalan sedang sekolah tadi tapi sekarang dia harus menelfon balik berharap mood sang ayah sudah berubah lebih tenang.

"Gue keluar dulu yah" ucap Zhizi

"Mau kemana Lo?" Tanya Aina

"Jumpa Papa"

Baru saja keluar dari pintu telfon sang ayah sudah mengangkat telfon Heyla. Tadi ada 20 panggilan tak terjawab dari ayahnya.

"Zhizi! Kenapa gak angkat telepon papa?"

"Zhizi kan masih sekolah tadi pa.."

"Coba jelasin! Gimana bisa kamu masuk kelas paling bawah?! Kenapa makin bodoh?? Kemana kemampuan mu? Kamu asik main-main yah? Hah? Apa aja kerjaan mu disana?!"

"Pa, sekolah ini beda , papa tahu ini sekolah nomor satu dikota besar ini beda jauh sama sekolah kampung. Wajar aja Zhizi gak se pintar  mereka"

"Semua otak orang sama! Kamunya yang malas, jangan bilang kamu asik membaca novel lagi?!"

Zhizi sudah duduk di kursi taman sekolah yang luas, ia membiarkan ayahnya memarahinya begitu saja karena ia merasa sudah biasa. Bahkan dengan kata-kata "goblok" dan "tolol"

"Pulang sekarang!" Teriak sang papa sebelum mematikan telfonnya

Perlahan Zhizi menurunkan ponselnya dari telinga, ia hanya terdiam menatap ponselnya itu. Perlahan ia menutup matanya dan menundukkan kepala kerah tanah, rambutnya ia remas sendiri seolah itu akan membuat dirinya lebih kuat

"Hiks" satu isakan yang tertahan sejak tadi berhasil keluar. Dengan cepat Zhizi menutup mulutnya dan menghapus air matanya. Ia harus segera pulang sebelum ayahnya yang datang ke sekolah. Ia bisa malu akan dirinya nanti.

-Jangan lupa beri komentar dan mengundi yah, maaf atas banyaknya typo...blum sempat revisi ❤️-