webnovel

PROLOG

Jangan pernah menyerah, Cukup ingat bahwa hal - hal yang besar membutuhkan waktu.

Allcia Rodriguez

Author Pov ●

Paris, France

Seorang gadis cantik lengkap dengan setelan koki, tampak sibuk mengaduk adonan kue yang sedang di buat olehnya. Setelah lulus dari sekolah menengah kejuruan, gadis itu memutuskan untuk langsung bekerja di kedai roti kecil di Pusat Kota. Meskipun penghasilan nya terkadang tidak cukup untuk makan sehari-hari, serta biaya Kuliah yang harus Ia tanggung seorang diri.

Ia tetap menyemangati dirinya sendiri, untuk tak cepat lelah dan putus asa. Kebetulan, saat ini Musim dingin telah tiba, Kuliah diliburkan selama 3 Bulan. Hal itu membuat Allcia semakin bersemangat untum mencari uang. Sepulang dari toko roti, dia akan bekerja paruh waktu di sebuah supermarket dekat rumah nya.

Hidup sebatang kara, tanpa saudara dan orang tua kadang membuat dirinya ingin menyerah dan mengakhiri hidup nya sendiri. Hanya saja, semua niat nya Ia urungkan karena dia yakin, kebahagiaan suatu saat akan menghampiri nya. Gadis itu adalah Allcia Rodriguez. Ayah dan Ibunya telah meninggal, sejak dia masuk kelas 2 SMK. Hidupnya yang selalu kesepian membuat gadis itu menetapkan pilihan, untuk menyibukkan diri dengan menggeluti berbagai macam pekerjaan.

"Hey Al, kau melamun?"

Dia sahabat Allcia, Ashley Clark. Bernasib sama, namun Ashley jauh lebih beruntung karena gadis itu mempunyai kekasih yang selalu ada untuk nya. Bahkan kekasih nya dengan baik hati, memberikan tempat tinggal yang layak sekaligus membantu biaya pendidikan Ashley.

"Hm, kurasa aku sedikit lelah dengan segala beban hidupku As,"

"Ayolah jangan bersedih! Aku selalu bersamamu Al! Kau masih punya aku!" Allcia tersenyum mendengar penuturan sahabat nya.

"Setelah ini aku akan langsung pulang, aku akan mengambil libur dari supermarket. Tiba-tiba saja, badanku sedikit meriang."

"Ya sudah, jangan paksakan kondisi mu. Kau bukan robot, jangan terus-menerus menyiksa dirimu. Sebaiknya kau pulang sekarang, pekerjaan mu biar aku yang mengurus"

"Kau tak apa? Jika aku pulang awal?"

"Tidak sama sekali! Sekarang pergi dan temui Mia. Aku yakin dia akan memberimu izin, dia wanita yang baik."

"Baiklah."

Mia adalah pemilik kedai roti tempat mereka bekerja. Wanita yang berusia 40tahun itu mempunyai sikap keibuan yang membuat mereka berdua betah bekerja dengan nya. Allcia berjalan pelan, membersihkan diri lalu melepas topi dan celemek yang menjadi teman gulatnya setiap hari. Dia berjalan menuju ruangan yang ada di pojok dapur. Disanalah tempat Mia bekerja, mengatur segala arus keuangan dan pemasaran roti miliknya.

Knock..

Knock..

Knock..

"Masuk!" Kedatangan Allcia di ruangannya, membuat fokus wanita paruh bya itu teralih. Matanya sedikit membola terkejut, melihat wajah pucat Allcia.

"Hey sayang, kau terlihat pucat, apa kau sakit?" Mia yang melihat Allcia memang sedikit pucat langsung beranjak, dan menghampiri gadis itu. Tangannya dengan sigap terulur, memeriksa suhu tubuh Allcia dengan punggung tangannya.

"Entahlah Mia, aku sedikit meriang. Kurasa hari ini aku izin pulang lebih awal."

"Baiklah, kau boleh pulang. Aku akan menghubungi Dokter Riyan nanti. Ah satu lagi, ini! Aku memasak makan siang untukmu. Jangan lupa memakan nya dan ber-istirahatlah yang cukup."

Allcia mengulas senyum, dia sungguh beruntung memiliki Ashley dan juga Mia. Wanita yang sudah menjadi sahabat, sekaligus sosok wanita yang dianggap sebagai pengganti ibu baginya.

"Terimakasih Mia, aku berhutang banyak padamu."

"Oh dear, don't say like that, I'm okay, no problem. Sekarang pulang lah, apakah mau ku antar?"

"Tidak Mia aku bisa pulang sendiri, terimakasih."

"Sama - sama, Cia." Allcia keluar dari ruang kerja Mia, menghampiri Ashley untuk pamit pulang terlebih dahulu.

"Ley! Aku pulang dulu, maafkan ya! Gara-gara aku, kau harus bekerja dua kali lipat."

"It's okay babe, get well soon, I love you!!" Allcia terkekeh kecil, setelah itu dia berlalu meninggalkan kedai. Jarak rumah dan Tempat kerja nya tidak begitu jauh, hanya perlu 15 menit tempuh untuk sampai dengan berjalan kaki. Terkadang, Allcia menyayangkan dirinya yang hidup berantakan. Andai saja orang tuanya masih hidup, andai hidupnya tak harus menanggung resiko yang di wariskan orang tuanya.

Asik dengan pemikirannya sendiri, mata cantik itu membelalak ketika dari kejauhan, Ia melihat ada 4 orang berbadan tegap, berada di depan rumah nya. Mereka memakai pakaian serba hitam, dan terlihat sibuk mengetuk i pintu rumah Allcia,

"Permisi Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya nya dengan ramah.

"Kami kesini umtuk menagih hutang Mr. Rodriguez. Beliau memiliki hutang sebanyak 20 Milyar di Dellano'Corporation Dan pemimpin kami ingin kau membayar nya hari ini." Allcia tercekat mendengar penuturan pria bertubuh tegap itu, 20 Milyar? Hari ini?

"Ya tuhan cobaan apalagi ini?" keluh nya dalam hati.

"Saya mohon maaf Tuan, tetapi kedua orang tua saya telah meninggal. Saya hidup seorang diri, dan saat ini saya belum mempunyai uang sebanyak itu."

"Kalau begitu kau boleh angkat kaki dari rumah ini, rumah ini akan kami sita sampai kau mampu membayar hutang kedua orang tua mu. Tuan kami hanya memberi anda waktu 1 minggu"

"Tapi Tuan, say-"

"Maaf Nona kami hanya menjalan kan perintah, mohon kerjasama nya. Sekarang, anda boleh meninggalkan tempat ini. Jika nanti malam saya datang anda masih disini. Saya tidak segan untuk menyeret anda keluar!"

Belum sempat Allcia menjawab, 4 pria itu pergi meninggalkan nya begitu saja. Air mata sudah tidak mampu Ia bendung lagi. Dia luruh ke lantai, menangis meraung sejadi-jadi nya. Dia bahkan sama sekali tidak mengetahui jika kedua orang tua nya mempunyai hutang sebanyak itu,

"Kenapa tuhan tidak pernah berpihak kepadaku? Apa salah ku hingga ujian ini tidak pernah berhenti di berikan padaku? Kedua orang tuaku sudah tidak ada, aku harus bekerja demi bisa mendapatkan makanan dan membiayai biaya pendidikan ku sendiri. Hidup sebatang kara dalam kesepian. Dan sekarang, Daddy mempunyai hutang sebanyak 20 Milyar. Mereka bahkan dengan tega menyuruh ku membayar dengan kurun 1 minggu."