Hari ini tubuh Reista sudah lebih baik, ia sedang membuat Kue coklat untuk Ramel dan keluarganya. hatinya sedikit senang saat melihat seluruh keluarganya berkumpul seperti ini. rasanya rumah ini menjadi ramai dan dia tidak merasa kesepian lagi. dan entah mengapa juga Setiap jendela ruangan ini setiap pagi selalu dibuka dan membiarkan sinar matahari masuk, menurut Reista ini cukup bagus karena dia bisa mencium bau bunga bunga yang ada diluar taman. jangan lupakan harum bunga lili yang sudah Reista cium disetiap ruangan. Ramel benar-benar mengabulkan seluruh permintaanya.
"nyonya apa coklatnya harus dipanaskan terlebih dahulu?". iren yang ada dibelakangnya memang sedang membantu Reista untuk membuat Kue coklat hari ini.
"ya, tapi suhunya jangan terlalu panas. itu bisa merusak rasa dari coklatnya. dan jangan lupa diaduk pelan ya".
"ya siap nyonya".
Reista hanya tersenyum mendengar tanggapan dari iren, Reista mengocok gula, tepung, dan telor menggunakan mixer. dia sangat suka membuat kue coklat. semoga saja Ramelson dan anaknya Renandra menyukai kue buatannya. apa yang paling disukai seorang istri selain pujian yang diberikan oleh anak dan suaminya, itu saja sudah membuat hatinya kana berbunga-bunga sepanjang hari.
"ini nyonya coklatnya yang sudah cair".
"oh, masukan pelan pelan kedalam adonan ini".
Iren memasukan coklat itu kedalam adonan yang sudah selesai Reista kocok tadi. setelah itu Reista mengaduknya dengan sendok makan dan sedikit mencicipi rasanya. sangat pas, tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit.
Adonan tadi Reista tuang kedalam loyang yang sudah dilapisi margarin, lalu menaruhnya didalam oven. tidak terlalu sulit membuat kue coklat versi dirinya.
"nyonya sudah minum obatnya?". tanya iren semabri membersihkan peralatan yang mereka pakai tadi.
"sudah, aku penasaran iren. mengapa dua hari ini aku selalu diharuskan minum obat".
"Nyonya mudah lelah kata tuan Ramel, karena itu nyonya sepulang dari berlibur pingsan cukup lama. dokter bilang obat itu untuk menambah stamina".
"oh begitu, pantas saja aku selalu semangat setiap hari".
Iren hanya mengangguk, ia tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.
"oh iya iren, aku ingin melihat renandra dikamarnya. kau tunggu kue ini matang ya. sekitar 30 menit, aku sudah mengatur waktunya. kau hanya perlu mengangkatnya dan menghidangkanya saat kita sarapan nanti.
"ya nyonya". Reista berlalu keluar dari dapurnya itu, ia memang sudah bangun sangat pagi sekali hanya untuk membuat kue coklat. Reista melihat sinar matahari yang menerpa wajahnya pagi ini.
"cantik sekali". Ramel yang entah datang darimana tiba-tiba mencium pipi Reista dan memeluknya dari belakang.
"Ramel kau membuatku kaget". Reita hanya terkekeh geli saat Ramel sudah mengecup lehernya mesra.
"kau darimana? sudah kubilang jangan terlalu lelah".
"aku baru saja selesai membuat kue coklat, kau dan renandra harus mencobanya dan harus mengatakan kue buatanku enak".
"pemaksa sekali nyonya Ettrama satu ini".
"tentu, kan itu semua ajaran darimu". ejek Reista pelan, Ramel belum juga melepaskan pelukannya. dan Reista membiarkan begitu saja. lagipula tidak mungkin Maid atau penjaga menganggu waktu romantisnya dengan Ramel saat ini.
"kapan aku pernah mengajari seperti itu".
"aku hanya melihat kebiasaan kamu".
"kau belajar dengan baik Nyonya Ettrama, aku akan mencoba kue buatan kamu. jika aku menyukainya. maka kau akan terus membuatnya setiap hari".
"aku akan buat kue coklat setiap hari untuk suamiku ini".
"kau manis sekali, mengapa kau semakin manis setelah kita pulang berlibur".
"aku sudah manis sejak dulu, kau saja yang tidak sadar".
"ya ya, aku mengalah untuk perdebatan pagi ini dengan nyonya Ettrama".
"sudah, lepaskan pelukanmu, aku ingin membangunkan Renandra dan menyuruhnya mandi".
"padahal aku ingin terus bermesraan denganmu pagi ini".
"kita sudah bermesraan sepanjang malam Ramel, kau bahkan tidak membiarkan aku beritirahat dengan tenang, nafsumu selama bercinta membuatku kewalahan". Reista sedikit malu saat membiacarakan apa yang ia dan Ramel lakukan semalam, Ramel benar-benar sangat hebat dalam permainan ranjang, meminta terus dan baru berhenti di jam 3 pagi.
"tapi kau mendesah sangat keras sayang, kuyakin suaranya membangunkan seluruh orang dirumah ini".
"tidak mungkin, Ruangan kita kan kedap suara". Reista tau saat ini Ramel ingin menjailinya dan membuatnya malu.
"kau lupa? bahwa semalam aku tidak menutup pintu kamar". bisikan Ramel ditelinga Reista membuat tubuh Reista seketika membeku, Reista baru sadar, saat ia bangun tadi pagi memang kamarnya terbuka setengah. ia tidak berpikiran bahwa semalam Ramel benar-benar sengaja tidak menutup pintu.
"Ramel kau menyebalkan sekali!!!!"
"kau seksi sayang, kuyakin siapapun yang mendengar desahan kamu akan menjadi liar dan lupa diri seperti diriku".
"Ramel otakmu benar-benar mesum, bagaimana jika orangtua kita mendengar?".
"memangnya mengapa kalau mereka dengar? biarkan saja, mereka pasti mengakui kehebatannku dari suaramu mendesah".
"kau memang tidak tau malu, kau sengaja kan tidak menutup pintu agar kau bisa menjailiku".
"memang".
"Ramel!!!!", Ramel berlari saat Reista sudah benar-benar siap membunuh siapapun di didepannya. Tidak sia-sia dia membuka pintu kamarnya semalam, ia memang sengaja melakukan itu agar semua orang mendengar kejantannya yang diwakili dari suara desahan dari mulut Reista. lagipula tidak akan ada yang naik kelantai atas dimana kamarnya berada. jadi dia tidak perlu takut tubuh Reista terlihat oleh orang lain.
"aw... aw... sakit sayang". Reista berhasil memukul tubuhnya dengan gerakan yang sangat cepat. benar-benar kekuatannya cukup membutku kewalahan.
"kau kuat sekali sayang, sepertinya kau memiliki banyak tenaga pagi ini". Ramel sudah menahan kedua tangan Reista, dan dilihat wajah Reista yang siap memakan orang.
"ya, akan kuhabiskan tenagaku untuk memukul otakmu itu".
"bagaimana jika tenagamu dihabiskan denganku diranjang, dan kita akan membuat banyak anak dipagi hari ini".
"dalam mimpimu saja!!!", Reista menghentakkan kedua tanganya dan berlalu pergi ke arah kamar Renandra.
"aku selalu bermimpi tentang percintaan denganmu sayang.... apalagi desahanmu". Ramel berteriak cukup kencang dan itu membuat Reista berbalik berhenti.
"kau gila!!!!". Reista menutup kupingnya dan berlari cepat kearah kamar Renandra, ia sudah tidak ingin mendengar suara ramel yang selalu mengucapkan kata kata mesum itu.
terkutuklah tingkah Ramel, pasti sarapan pagi ini ia akan ditatap dengan seluruh keluarganya dengan maksud penuh arti.