Karena ini adalah hari libur, Ramel mengajak anaknya Renandra untuk pergi berolahraga bersama, karena sangat jarang bertemu.
Ramel sangat mencintainya tapi karena harus mengurus perusahaan kesana kemari, ia jarang sekali mempunyai waktu bersama dengan anaknya itu.
Terkadang Ramel merasa sedih jika harus melihatnya hanya bermain dengan omah dan opahnya saja.
" Hei son kita beristirahat dulu di bangku sana ya", tunjuk Ramel kearah bangku taman yang ada di ujung. Mereka sudah berlari beberapa putaran, dan sudah cukup lelah.
"Dad aku haus", pinta Renandra kepada Ramel.
"Ini minumlah ", disodorkan minuman itu kepada anaknya.
"Ya terimakasih dad, ini Daddy minum juga Daddy pasti haus." Renand memberikan minuman itu kepada Ramel.
Sambil beristirahat mereka berdua memandang ke arah depan dengan berdiam diri, mereka memang jarang berinteraksi. Ramel sampai bingung harus berbicara apa kepada anaknya itu. padahal sudah lama ingin menyampaikan banyak pertanyaan yang ingin di sampaikan.
" Dad? Apakah Daddy masih merindukan mommy? ." pertanyaan Renandra membuat Ramel sedikit Terpaku.
"Ya sampai kapanpun Daddy masih merindukan mommy mu itu son, dia wanita yang sangat cantik dan lembut, Daddy tidak mungkin bisa melupakanya." Ya aku benar benar tidak bisa melupakan dia, wanita satu satunya yang Dicintai sampai saat ini.
Walaupun mungkin Ramel tidak akan pernah bisa melihatnya lagi tapi Ramel akan tetap mengingatnya.
Ramel masih ingat kejadian 5 tahun yang lalu.
*Flassback off*
Seorang wanita yang sedang hamil besar berjalan jalan di taman bersama seorang laki laki yang menjadi suaminya itu mereka terlihat sangat bahagia.
"Sayang jika nanti anak ini lahir dan aku tak ada disampingnya berjanjilah untuk selalu ada untuknya dan menjaganya ", ucap wanita tersebut dengan senyum yang dipaksakan dan mata yang sangat sayu bibirnya pucat tubuhnya sangat rintih.
" Hei kau berkata apa?, Kau yang akan menjaganya saat aku bekerja dan bukan hanya kau saja tapi kita sayang", dihapus air mata istrinya itu yang sudah menetes, ia tidak pernah sanggup saat melihat istrinya ini terlihat rapuh.
"Aku tidak akan bisa menjaganya, tidak akan pernah bisa sayang, kau ingat kata dokter tubuhku hanya bertahan sampai aku melahirkan, setelah itu hanya tuhan yang tau", isaknya tertahan ia benar benar pasrah dengan kondisinya yang sekarang, penyakitnya yang mematikan benar benar membuat semua mimpinya hancur.
Bagaimana tidak saat dia mengandung anaknya dia harus menerima kenyataan bahwa memiliki penyakit kanker otak stadium akhir.
"Hei andine, percaya padaku kamu dan anak kita akan selamat, kita akan membangun keluarga yang benar benar bahagia. Kamu akan mengantarkannya sekolah, kamu yang akan memarahinya saat dia berbuat nakal, hanya kamu sayang, karena itu berjuanglah", ucap Ramelson kepada istrinya yang bernama andine itu, ia tidak tau mengapa cobaan begitu berat harus dia hadapi.
"Kamu tau sayang perkataanmu itu adalah impian ku sedari pertama kali aku mengenal dirimu, aku mencintaimu aku mencintai anak kita, dan aku hanya meminta dirimu untuk menjaganya saat aku pergi".
"Apakah itu sulit? Akan ada wanita yang menggantikan aku nantinya, percayalah jika tuhan mencabut nyawaku, maka kita hanya berjodoh sampai disitu dan yakinlah tuhan akan mempersiapkan wanita yang lebih baik dariku yang akan menjagamu dan anak kita", Isak tangis antara mereka berdua saling bersautan, mereka berpelukan dalam waktu yang lama benar- benar tidak ingin ada yang memisahkan mereka.
Tapi bagaimana dengan takdir tuhan? Saat ada pertemuan maka disitu ada perpisahan. Cinta,pengorbanan,waktu,kehidupan,
kematian hanya takdir yang menentukan.
Bagaimana jalanya nanti kita hanya mampu melewati dengan ikhlas.
"Ya baiklah aku berjanji akan menjaga anak kita dengan semampuku, memberikannya kasih sayang, tapi aku tidak berjanji untuk mencari penggantimu. Karena aku hanya mencintaimu sekarang dan selamanya", aku menghela nafas berat, sesak di dadaku benar benar membuatku sulit untuk bernafas.
*Flassback on.*
" Hei dad apa kau sedang melamun?", Anakku melambai lambaikan tanganya di depan wajahku.
"Emmhm.. maaf son tadi Daddy melamun, ayo kita pulang kau pasti sudah lapar", senyumku kepadanya dan bangkit untuk pulang bersamanya.
"Ya ayolah aku memang benar benar sudah lapar dad", ia menggandeng tanganku dan kami berjalan beriringan.
Kami pulang kerumah,hari ini aku akan mengganti waktu yang sudah aku buang tanpa memperhatikan anakku, hari ini aku akan mengajaknya bermain bersama. aku sudah berjanji akan menyayanginya dan mengurusnya dengan baik, janji itu sudah lama tak kuhiraukan, semoga saja setelah ini aku akan lebih memperhatikanya.
********
Memang hari libur lebih menyenangkan berguling guling dikasur dan menonton film, ya lihatlah betapa berantakanya kamar seorang wanita cantik, yang seisi kamarnya dipenuhi berbagai macam bekas makanan ringan, tapi dia seolah tak menghiraukan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah.
"Reista turun nak kakakmu sudah datang!", Teriak mamahnya dari ruang bawah.
"Ya mah Reista turun", astaga, kakaknya datang mengapa mendadak dan tidak memberitahunya pula.
Ia turun kebawah untuk menemui kakaknya yang baru datang ke negara ini, setelah merantau selama 1 tahun di negara orang.
"Oh astaga kak apa kamu benar benar mengingat rumah", cetusku menghampiri kakakku dan memeluknya erat.
"Hei adik kecil aku memang mengingat rumah kamu saja yang tidak pernah mengingatku", mereka berpelukan begitu erat melepas kerinduan.
Orang tua mereka hanya tersenyum dan geleng geleng kepala melihat kelakuan kedua anak mereka yang konyol namun sangat hangat.
"Mah pah aku langsung naik keatas ya, badan ku benar-benar pegal nanti bangunkan aku saat jam makan malam ya", ucap kakakku, ia mengacak rambutku dan berlalu naik ke kamar atas.
Belum beberapa saat dia ke lantai atas ia berteriak histeris.
"REISTA!!!!! Apa apaan ini kamar, kamu itu perempuan atau apa sih astaga, Reista!", Teriaknya menggema sampai kelantai bawah.
Aisshhh benar benar kakakku itu dia memang orang paling cerewet jika melihat sesuatu yang
berantakan.
Aku hanya terkikik geli dan melihat orangtuaku yang geleng-geleng kepala.
" Ya ya kak aku akan membersihkannya, kau ini benar-benar, kau bilang lelah tapi masih bisa berteriak sekencang itu", cecar ku padanya.
Aku mendengar sebal dengan tingkahnya itu yang sok bersih.
Namun aku terkadang merindukan omelanya itu, aku hanya tersenyum saat mengingat bagaimana dulu sewaktu kami kecil dia suka sekali marah marah, hanya dengan hal kecil itu tapi aku beruntung memiliki kakak sepertinya, cerewet dan pengertian di saat bersamaan.
"Reista ayo bantu Mommy di dapur". Mommy menggandeng tanganku lembut, aku hanya mengikutinya sampai kearah dapur. Aku sudah melihat banyak sekali sayur dan segala bentuk rupa bumbu yang akan diolah.
"banyak sekali mom, memang kita akan makan siang dengan siapa?". Tanganku memencet-mencet sedikit ayam kalkun yang ingin dibersihkan olehnya.
"tidak ada, kita hanya makan ber-empat, Mommy hanya ingin membuat banyak menu olahan. Lagipula Mommy sudah lama tak memasak makanan untuk Kakakmu yang cerewet itu, dia akan sangat merindukan masakan Mommy".
Aku terkikik geli dan membantu Mommy memotong sayur, sudah lama rasanya tidak menginjak dapur dan memasak bersama.
"Mom, apa kakak belum mengenalkan perempuan pilihannya pada Mommy?".
"entahlah, Mommy tidak tau bagaimana tipe kakakmu itu, ada beberapa perempuan yang sering ia ajak berlibur. Tapi tak ada yang dia buat serius". Mommy sudah membersihkan ayam dan mulai membalurnya dengan beberapa bumbu.
"ya, padahal umurnya sudah hampir menginjak 30 tahun, tapi dia senang sekali bermain-main dengan perempuan".
"emmm, lalu kamu? Bagaimana denganmu Reista?". Mommy sedikit menghentikan kegiatannya dan memandangku serius.
Aku berusaha tenang dengan tatapannya yang mulai sedikit mematikan, tatapan seorang ibu terhadap anak perempuannya. Ahh, rasanya aku seperti lompat tali. Jantungku tiba-tiba berdetak kencang.
"aku tak tau Mom". Jawabku seadanya, aku menyibukan mengupas bawang Bombay dan memotongnya perlahan. Salah sekali aku membuka obrolan seputar asmara. Ujung-ujungnya aku yang kena juga.
"emmmm, kau tidak punya pacar?".
"tidak ada Mom, lagipula mana sempat aku mencari pacar. Aku terlalu sibuk bekerja, apalagi setelah Bos baru itu datang. Aku semakin sibuk saja". Aku sedikit mengeluh mengingat jam kerjaku yang semakin panjang.
Untung saja itu tak menyita hari liburku yang damai ini, kalau iya. Sudah aku pastikan aku akan memberikan surat pengunduran diri, dan mencari pekerjaan di tempat lain.
"jika kau di jodohkan dengan seseorang, apa kau mau?'. Pertanyaan Mommy membuatku tersadar akan satu kesalahan lagi. Aku melirik kearah sebentar dan menghembuskan nafas gusar. Makin absurd obrolan ini, dan aku terjebak dengan kata-kataku sendiri.
"entahlah Mom, aku tak berfikir sampai kesitu".
"emmmm, yasudah kalau begitu". Mommy melanjutkan kegiatan masaknya dan aku hanya membantu yang bisa dibantu. Selebihnya Mommy mengurusnya sendiri. Pertanyaan Mommy tadi membuatku sedikit terusik.
Lagipula siapa yang ingin mau dijodohkan oleh perempuan malas sepertiku, aku masih nyaman hidup seorang diri.
"oh ya Nak, nanti malem ikut Mom dan Dad ke rumah temen Daddy ya", Ucapnya setalah aku membersihkan tangan dan ingin naik kekamar, dia menatapku dengan sorot mata akan permohonan, tidak biasanya mata mamah seperti itu.
"Ya baiklah lah mah", aku mencium keningnya dan berlalu pergi kearah kamar.
ayahku memang terbiasa mengajak kami sekeluarga disetiap acara yang akan dihadirinya, jawaban simpel yang ayahku katakan adalah ia ingin semua orang tau bahwa ia mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia.