webnovel

Sebuah cerita singkat, untuk kenangan luka yang panjang

Selembar kisah antara kau dan aku –kita. Mungkin kisah ini tak semanis madu. Tapi, kisah kita akan menjadi sebuah sejarah yang indah untuk kita kenang berdua. Nantinya dan pasti. Beberapa lembar cerita yang pernah kita jalin, sebuah cerita suka dan duka yang mungkin tak bisa terulang. Namun, air mata ini mengalir membasahi pipi, entah aku tak pernah jera untuk selalu mengenangmu. Jika aku menginginkan kau kembali... Apakah kau mau? Tanya hati yang begitu masih saja mengingatmu.

Soee · História
Classificações insuficientes
10 Chs

Seperti lilin yang setia menerangi

Setiap detiknya waktu terus berjalan, jarak perlahan menjauh dari semua rasa dan rindu yang semakin membesar. Langkah yang mulai lelah, angin mengiringiku. Duduk di bawah pepohonan, mengadu pada ranting yang begitu setia pada daun, bagai mendung yang selalu ada di setiap hujan turun.

Siapa dirinya ? Yang mampu membuat senja pergi lalu datang kembali.

Siapa dirinya ? Yang mampu membuat bintang malam bersinar terang.

Siapa dirinya ? Yang mampu membuat rembulan tiada hentinya menyinari bumi ini. Seindah apakah dirinya yang mampu membuatku tak berdaya, walaupun tahu. Aku layaknya mentari yang merindukan pagi.

Mungkin rasaku terlalu kuat hingga langit tak mampu membuat mataku terlelap. Mungkin cintaku terlalu besar hingga hatiku selalu sesak bila mengingatnya. Atau mungkin, aku yang terlalu berharap layaknya mawar menginginkan airnya.

Aku tak seperti sang surya, gagah tak henti menyinari di siang hari. Aku tak seperti halilintar yang menggelegar keras, hingga semua terdiam. Aku hanyalah ranting kering yang berharap tumbuh di antara dahan. Aku hanyalah awan hitam yang selalu menantikan pelangi.

Pernah sekali ku tikam hati ini, agar rasa sakit tak terasa kembali, langit - langit kuning yang pernah kita lewati bersama. Pernah begitu indah saat kita menikmatinya, setelah ia menggelap. Hati ini tak ada lagi rasa apapun, namun dini selalu berhasil mengembalikannya. Aku tak bisa berkata apa - apa lagi. Aku tak tahu, semakin aku mangabaikannya semakin pula ia merasukiku.

Tuhan, aku mencintainya. Seperti lilin yang setia menerangi, meski perlahan habis di lahap api.

Tuhan, aku mencintainya. Seperti fajar menanti senja, meski tak pernah bisa bertemu. Namun, tetap sama.

Tuhan, jika dia anugerah yang kau turunkan untukku. Satukanlah aku dengannya, meski waktu memperlambat jalannya.

Soe, 29 Maret, 2016. Palembang, indonesia.