Beberapa saat yang lalu gadis itu tersenyum pada ku.
Bagaikan, momen saat itu adalah momen yang paling membahagiakan dalam hidupnya, ia tertawa dengan riang.
Namun saat ini, ia meneteskan air matanya.
Ini pertama kalinya aku melihatnya menangis.
[ Hei tak apa, jangan menangis… ]
Aku mencoba mengucapkan kalimat itu padanya, tapi mulut ini tak dapat mengeluarkan satu katapun padanya.
Mungkin karena luka fatal di perut ku yang sudah tak dapat diselamatkan ini, nafas ku menjadi sesak. Mungkin karena darah yang keluar deras dari luka di perut ku, aku mulai merasakan kantuk yang sangat berat.
Kenapa ini terjadi? Kenapa ini bisa terjadi? Aku tak tahu. Aku tak dapat berpikir. Kemampuan berpikirku telah gagal melakukan fungsinya.
Yang lebih penting dari itu, aku ingin membuat gadis itu berhenti menangis.
—— Aku tak ingin melihatnya menangis….
[ Hei, lihat, aku tak apa…. Jadi, berhentilah menangis. ]
Kata-kata itu hanya dapat ku katakan di dalam hati.... Tak dapat ku sampaikan padanya.
Aku merasa frustasi pada diriku.
Perlahan tapi pasti kesadaran ku mulai menghilang, itulah yang kurasakan.
Mataku manjadi sangat berat, apa ini yang dinamakan mati? Nafasku menjadi jarang di dengar.
Saat itu, sebelum kesadaran ku sepenuhnya menghilang, hal yang terakhir ku dengar darinya adalah jeritan kesedihannya.
"Rendi!"