webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Adolescente
Classificações insuficientes
268 Chs

"Sometimes I Ask to God"

Jerry sedang uring-uringan sejak pulang sekolah tadi, tidak mood melakukan apapun selain memainkan ponselnya dan merebahkan diri di sofa ruang tengah. Teman-temannya yang lain sampai heran, malas juga bertanya karena semua sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Ya, tentu saja belajar malam, karena bulan depan sudah ujian.

Hanya saja Lim kebetulan melintas usai membeli kopi kalengan sebagai amunisinya di minimarket depan, "Nape Lo?" tanyanya.

Jerry hanya menggeleng, menghela nafasnya seperti sangat berat, membuat Lim tambah penasaran. "Bogor diguyur ujan kayaknya kalo Lo badmood, Jer. Napa dah?"

"Ngada-ngada aja Lo, Lim," protes Jerry, mendudukkan dirinya kembali, tanpa lepas fokus dari ponsel. Entah apa yang sangat menarik di dalam benda berteknologi itu. Lim hanya geleng-geleng kepala, hendak berlalu sebelum Iqbaal dan Saheera datang bergabung, "Dari mana kalian? Kompak amat?"

PRAKK!

Iqbaal menaruh kunci mobilnya kasar di atas meja, "Abis jalan-jalan."

"Jalan-jalan apaan?"

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com