webnovel

Tulisan Tanpa Judul

Siapapun yang menulis apapun maka tetap harus di awali dengan Judul, maka kali ini Judulnya adalah : "Tulisan Tanpa Judul". Sayapun cenderung menggunakan kata bukan *Menulis* lebih cenderung *Mengetik* sehingga tulisan yang dihasilkan yang bisa di baca oleh pembaca adalah karya dari *Pengetik* namun orang lebih familiar dengan *Penulis* padahal penulis itu sendiri adalah *Pengetik* Bayangkan kalau terus kita mempertahankan kata Menulis, saya membayangkan berapa rim kertas kita habiskan dan berapa banyak tinta kita pakai, namun oleh kemajuan teknologi kegiatan menulis secara manual telah diganti dengan menulis dengan eletronik yaitu mengetik.

Sejenak berhenti menulis karena ada alert dari WAG yang terus berbunyi dari tadi. Langsung ke Aplikasi WA dan benar saja kalau ada salah satu grup mengajak anggota grup nanti sore ada pemotretan bersama komunitas untuk pembuatan kalender tahunan, sementara beberapa menit sebelum pesan itu terbaca, saya juga sudah buat janji dengan dosen pembimbing ku untuk bimbingan skripsi sore ini. Saya putuskan untuk membalas tidak dengan kata, tapi emo 👌dan beberapa anggota lainnya membalas begitu cepat, ada yang bertanya jam berapa acaranya, ada yang minta maaf tidak bisa hadir, dan terakhir admin grup meng-tag pesanku dengan menulis K.

Hahaha, sayapun ketawa tipis di balik meja kerjaku dan langsung berdiri menuju toilet. Beberapa orang ada di lobby saat saya lewat ke Rest Room dan saya tau persis dari jauh mereka memperhatikan ku dan pasti salam hatinya, ada apa ya bapak ini koq senyum sendiri? Tak kuhiraukan itu, langkah ku agak cepat emang dari tadi sudah kebelet pengen buang air kecil. Sembari kuambil tisu yang tergantung rapi di sudut wastafel toilet itu, dan rasanya membekas chat-chat di grup WA tadi. Hahaha... Itulah manusia, belum tau apa yang terjadi sesungguhnya tapi sering banget menyimpulkan tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.

Sambil lewat di lobby, dan sayapun menyapa mereka yang duduk disitu, "siang mas, "ujarku". Tanpa bunyi apapun hanya senyum yang tanpa beban, namun saya senang minimal ada respon, kalau sampai tidak melihat sama sekali,. itulah yang repot. Heheheh, beberapa orang yang duduk di sofa di lobby itu, mereka senyum sendiri-sendiri tanpa aksi interaksi satu dengan lainnya. Emang ya Jaman Now manusia telah dikuasai oleh gawainya masing-masing dan serasa hal lumrah tanpa kecanggungan. Kemudian setelah saya mendekat dan ingin mengetahui kedatangan mereka dan saya baru tau kalau mereka mau Menginap di tempat ku, kebetulan tempat kerja sebuah Resort di daerah ini. Saya lanjutkan interaksi dan kutemukan kalau sedang serius membaca artikel/karya para Penulis di Novel Toon, Wow keren sapaku. Ternyata mereka sehobby dengan saya hanya bedanya mereka masih menganggap diri mereka sebagai penulis namun saya masih beranggapan kalau saya dan mereka lebih tepatnya PENGETIK.

Ku kembali ke ruangan dan mulai lagi kulanjutkan pengetikan Naskah Tulisan ku,. sudah tidak sabar melengkapi kata demi kata untuk bisa diriview Oleh pengelola aplikasi ini. Sambil ku mulai mengetik di gawaiku dan masih terlintas dibenak ku emo yang tadi di grup WA ku. Dan akhirnya sambil meneguk air mineral disebelah kiri mejaku dan kusadari kalau manusia satu-satunya makhluk yang mulia, diciptakan untuk berkreasi dan berinovasi apalagi dengan improvisasi yang luar biasa. Bagaimana tidak, hanya dengan emo saja sudah bisa menerjemahkan berbagai sudut pandang.

Antara pemotretan dengan bimbingan skripsi, dua hal yang penting namun diantara nya ada yang paling penting. Momen membuat kalender masih ada tahun berikutnya tetapi gagal dalam skripsi maka setahun penantian yang panjang. Kuputuskan kalau nanti sore saya mendahulukan bimbingan skripsi. Dan sesekali saya mengerjakan pekerjaan kantor ku dan terus kubuka browser untuk grup WA sehingga dua-duanya bisa saling memberikan respon bila mana ada pesan yang masuk.

Menulis tanpa Judul, memang awalnya ragu untuk bisa kuteruskan, tetapi kaidah memberi judul tidak terpaku untuk tidak menulis. Judul adalah gambaran isi, namun kalau isinya memang tidak memiliki judul, apakah masalah buat lhu. Ha-ha-ha, sabar guys, emang terkadang kita ditantang apakah kita benar-benar seorang yang mendedikasikan diri untuk lebih banyak membaca? Saya, sih kurang yakin, kebanyakan para pembaca ini, hanya melihat Judul dan langsung meng vote, like dan comment, makanya jangan heran kalau terkadang komentar para pengunjung, ada banyak yang sama sekali tidak nyambung dengan kontennya. Tetapi bagi kita penulis, jangan takut, tidak ada pun yang follow BUKAN AKHIR DARI SEGALANYA minimal engkau sudah jujur pada dirimu dan berbagi kepada banyak orang. Itu sudah cukup memberi mu semangat, pastikan engkau berkontribusi dan satu hal yang pasti apa yang selama ini hanya ada di benak mu tapi hari ini, telah engkau tuangkan dan dibaca oleh orang lain.

Engkau sedang mengangkat topik tentang Keluarga, atau kisah nyata yang engkau alami, telah membantu dirimu sendiri untuk mengatakan bahwa ada Webnovel yang memberi mu ruang untuk engkau tuliskan sehingga dihatimu tidak ada lagi yang mengganjal.

Tetap semangat, jangan kelihatan kayak orang susah, saya buka pintu, saya lihat siapa yang bersuara barusan, eh, mas bro, "sapanya". ,"Ada apa gerangan nih, tumben siang-siang bro, ada berita apa? " "Jawabku. Si Sabirin, rekanan perusahaan kami 5 tahun lalu, datang ke kantor ku. Saya pun minta di resepsionis untuk menyediakan air mineral. Saya keluar dari ruangan dan saya ajak duduk di sofa lobby,. "silakan duduk, mas bro. ", Kemana aja, koq baru kelihatan, dimana sekarang kerja? terus ku. "Adalah, bro. " Sambil mengeluarkan rokok nya dari kantong nya, dan sayapun langsung, ajak dia ke ruangan *Smoke Area* , "Maaf, bro. Gw gak tau, kalau di lobby gak bisa ngerokok", "sambil berjalan ke Smoke Area, saya bilang ke dia, "ga apa-apa,bro" , kalem aja. Diapun menyadari kalau saya juga sudah lama BERHENTI MEROKOK , sambil saya persilakan untuk minum. "Gini, bro, "lanjut nya". Langsung saya sahut, "apa nih". "Saya dengar, disini buka lowongan ya" , wah, "dengar dari siapa, bro? Setahu saya, malah ada pengurangan. Tapi, ga apa-apa, coba aja masukan CV nya, "kataku" dengan sedikit melirik kearah dia.

Perbincangan pun dengan mas Sabirin sangat asik, namanya teman seperjuangan sepenanggungan dulu hanya oleh sebuah regulasi pemerintah membuat usaha tersebut terhenti sejenak dan kayaknya tidak sejenat sudah berapa kali lebaran masih keadaan belum pulih. Saya berusaha memberi nya semangat walaupun saya juga sedang membutuhkan semangat. Namun, setiap orang pasti memiliki kesulitan yang berbeda.

Pertemuan dengan mas Sabirin sangat penuh kehangatan dan diapun pamit, sambil terus mengingatkan ku agar memberi nya informasi bila nanti lowongan kerja ada ditempat ku. "Tenang, mas bro, pasti akan saya hubungi segera kalau lowongan kerja ada", dan kalau ada apa-apa jangan sungkan bro, kabari ya", saya tau dimatanya sedang membutuhkan sesuatu, dan apa daya saya pun juga tidak bisa berbuat banyak.

Keesokan harinya, baru keluar rumah berangkat kerja, tiba-tiba saya melihat sudah ada yang berdiri depan jalan. Sebegitu saya mendekat, ternyata Si Sabirin. Ada apa sih, pagi banget. Sayapun menyapa, ada apa bro?

Sejenak langsung saya starter motor beat ku. Dan diapun, langsung nyalakan motornya dan langsung bergerak. Dalam perjalanan menuju kantor, sayapun minggir sebentar dan saya ajak ngopi sambil sarapan. Saya melihat dia begitu serius menikmati kopinya dan lontong sayurnya, dan sembari memanggil bude pemilik warung itu, dia minta sebatang rokok ketengan,. sayapun gak enak langsung bilang ke bude, kalau langsung sebungkus aja. Saya melihat matanya yang sedang konsentrasi ke lontong sayurnya. Dan saya menawarkan, "nambah mas bro, "kataku sambil mengajak kearah bude", "Tidak, mas","sahutnya", "ini sudah Kenyang banget".

Selesai sarapan, sayapun sedikit memberikan pengertian kalau, saya tidak bisa menunggu terlalu lama, karena ini jam masuk kantor, kecuali dijam pulang, mau jam berapa pun ta jabanin. "Mas, gw duluan,nih". "Dia pun, senang nya bukan main, sambil ngangguk berkata,"terima kasih banyak,mas" , "gw gak tau, harus bilang apa nih, ke lu". "Kalem, mas bro. " Gak usah dipikirin, ah. Emang apa sih, gak ada apa-apanya juga. Santai aja bro, sambil berjuang aja,"saran gw nih, kalau ada peluang sekecil apapun, menurut gw, ambil dulu aja, agar sedikit ada kegiatan. Masalah berapa banyak yang didapat, belakangan aja dipikirkan agar kita bisa memberitahu kepada dunia bahwa kalau ternyata juga kita bisa.

Sambil saya kirim ke dia link pencapaian saya di *Webnovel* :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2473417572971766&id=100009106427093?sfnsn=wiwspmo&extid=2jH2YlDzRJN6B4hG

Tujuannya bagaimana Novel ini bisa menjadi alternatif bacaan dimasa kini. Ada banyak kisah, ada banyak fiksi, dan apalagi realita yang hakiki yang bisa dipertanggungjawabkan, baik oleh pembaca dan penulis. Keberadaan, tulisan dari kreator adalah sebuah kekayaan bagi kita yang terus berpetualang menemukan kisah nyata, dan memberikan rangsangan bagi pembaca untuk mengambil bagian dalam situasi tersebut dengan memberikan komentar di ruang yang disediakan. Bahkan kontribusi pembaca sangat tidak dibatasi, bebas berimprovisasi dengan membagikan kepada rekan, sahabat, orang yang dikasihi.

Setibaku di kantor, sebagaimana biasanya, kami terus update informasi dari OTA (Online Travel Agent), dan saat ini belum kelihatan Kenaikan yang signifikan, yang beberapa hari lagi IMLEK, tapi kamar, habis terjual dengan rata-rata 2 malam 2 hari, bahkan saya lihat dari Guest List, ada yang extended Sampai 2 hari kedepan. Senang melihat ini, tapi kasihan juga kepada rekan yang handling tamu, tidak bisa menikmati libur/off day, mereka harus standby 24 jam dengan formasi 3 shift. Saya sampai, langsung keliling lapangan untuk memastikan seluruh karyawan pada tempat kerjanya masing-masing, sambil saya ajak berbagi informasi apa saja kendala mereka di lapangan. Dan senang rasanya, semua unek-unek mereka diungkapkan walaupun saya tau dari pembicaraan mereka membutuhkan realisasi yang nyata. Bukan janji manis, apalagi kalau sampai janji palsu.

Sayapun tidak bisa berbuat banyak, walaupun saya paham betul apa yang menjadi keinginan mereka. Tidak berlebihan, bukan tuntutan tapi sifatnya pengajuan, tolong dong, kami diperhatikan, kira-kira begitu suara salah seorang dari mereka yang dilapangan itu,bila saya tirukan. Sayapun bergejolak antara saya memahami mereka dan lebih-lebih memahami manajemen perusahaan ini. Perjalanan dengan mereka bukan setahun dua tahun guys, lebih 1 Dasawarsa, tapi yang terjadi? "Tidak bisa membedakan mana yang baru datang dan mana yang sudah lama."

Seenaknya saja dalam membuat keputusan, membuat kebijakan. Dia menggunakan teori :Kalau bisa di terima, silakan. Kalau tidak terima, silakan saja keluar.

"Sadis, ya". "Sambutku", tanpa saya arahkan pembicaraan ku ke salah seorang di antara mereka. "Bukan hanya,sadis, pak" , "sangat tidak manusiawi, " sangat malu bila ketemu orang-orang, bertanya, sekarang UMK sudah 4,1jt lho, kaget sekagetnya mereka kalau dengar, ditempat ku masih ada yang 2,6jt.

Saya diam, saya izinkan, biarkan mereka mengeluarkan setiap ganjalan dihati mereka. Dan benar saja unek-unek keluar semua dan sangat miris keadaannya, sekalipun saya juga merasakan apa yang mereka rasakan, karena sesungguhnya sayapun bagian dari yang mereka ceritakan. Terzolimi, teraniaya, terabaikan, sampai-sampai larut dalam cerita mereka. Bagaimana tidak, saya sudah memasuki tahun ke dua belas, tidak sekalipun mengalami perubahan yang berarti, dan akhirnya membuat ku sadar kalau ternyata : "Bukan hanya BANK yang memberikan suku bunga dengan pola FLAT, tapi ada juga manajemen yang memperlakukan Upah Karyawan nya dengan sistem FLAT. Sedih tak tertahankan, sampai hari ini belum menemukan apa sebenarnya alasan pihak manajemen tempat kami bekerja memberlakukan hal tersebut. Dasar penggajian pun tidak lagi pakai dasar yang pas. Ada rekan kerja, maaf kata, iazah SD aja gak punya, tapi bisa memiliki upah lebih besar dari mereka yang jelas-jelas sudah memiliki disiplin ilmu yang mumpuni. Dan kesalnya bilamana hal ini disampaikan kepada pihak manajemen maka ada saja alasannya bagaimana mematahkan isu tersebut dengan dalil , "kalian terlalu banyak menuntut" sesungguhnya ini bukan menuntut tapi sifatnya mengajukan.

Hingga "tulisan tanpa judul" ini sampai ke ruang gawai para pembaca setia, maka pergumulan ini terus-menerus menjadi dilema dilingkungan kerja disini. Faktor kebutuhan, dan pertimbangan usia para pekerja menjadi kesempatan bagi manajemen memanfaatkan situasi ini, dalam asumsi nya, bahwa karyawan pasti menerima segala keadaan ini karena butuh.

Sungguh tega. Bahkan keterlaluan rasanya perlakuan ini, tapi apalah daya, semua sudah berjalan. Mau teriak, sama saja hanya buang-buang energi, mau lapor? Siapa yang dengar? Pemerintah setempat, juga adem ayem aja seperti tidak ada apa-apanya.

Sudahlah, biarkan saja berjalan dengan apa adanya, percayalah bahwa segala sesuatu pasti ada masanya. Antara saya menghibur diri dan rekan kerja yang ada disitu sambil saya meneruskan tulisan tanpa judul, dan menurut saya tidak salah juga kalau saya ikutkan mengetik-kan kisah dilingkungan kerja ini di Webnovelku. Agar, bisa dibaca oleh pembaca dan siapa tau menjadi terinspirasi dari kisah nyata ini. Ambil yang baiknya buang yang buruknya, bahkan kalau pembaca adalah seorang pengusaha, "**perlakuan lah karyawan anda dengan baik, taatilah peraturan pemerintah setempat."

Jadilah, orang yang baik. Jadilah orang yang tidak memilih berdasarkan suka tidak suka, berlaku lah adil kepada bawahan Anda dan perlakukan mereka dengan mengizinkan kebebasan bagi siapapun. Saya akhiri Tulisan ini tanpa judul. God bless**