webnovel

Tatanan Hidup Baru

Segampang itu dunia ini porak-poranda. Semua orang serentak berlomba untuk melindungi dirinya. Tempat ramai selama ini sontak terhenti tanpa riuh manusia. Jaga jarak sebentar lagi sudah menjadi gaya hidup manusia. Begitu tega kamu membuat semua ini. Asalmu jauh sekali tapi koq begitu cepat engkau keliling bukan memberi kedamaian malah engkau membuat manusia ketakutan tidak ketulungan. Sampai kapan engkau membuat segala yang hidup ketakutan. Saya mengerti ini di izinkan sama yang punya hidup tetapi lihat-lihat lah, kami negara besar, terdiri dari beribu-ribu pulau, apa juga tidak iba engkau melihat kami tidak saling bertemu. Sekarang kami mengandalkan kehidupan online. Bisa enggak sih, engkau membayangkan betapa sulitnya kami saat ini, harus hidup dengan segala sesuatu serba digital. Tidak selamanya kami mampu memiliki kuota yang cukup. Kami tidak hidup dengan sekelompok dan serumpun. Kehidupan kami sebelum engkau datang begitu damai, tapi kehadiranmu membuat semuanya buyar. Teganya kamu. Belum lagi engkau suruh anak-anak kami harus belajar di rumah. Gurunya juga mengajar dari rumah. Kami capek, lelah, hampir tidak sanggup kami menghadapi engkau. Pemerintah juga engkau buat bingung dalam mengambil langkah. Dimana hatimu, dimana belas kasihanmu. Juga engkau buat kebingungan tim medis, mereka dengan susah payah menolong orang yang sudah engkau serang, dan bisa-bisa juga kalau mereka kurang hati-hati, engkau serang juga. Keterlaluan, engkau membuat dunia mencekam, bahkan jumlah orang yang engkau infeksi sudah ratusan ribu orang. Apa maksudmu membuat semua ini, lalu di media diberitakan kalau dari tempat asalmu malah sudah kondusif. Kalau engkau di izinkan Tuhan untuk membuat manusia berbalik dari jalan mereka yang jahat, jangan begini banget,lha Vid. Asli sebuah keadaan yang sangat memprihatinkan, serasa tidak ada tempat yang steril. Manusia terpaksa berlomba untuk mengisolasi diri masing-masing. Pertanyaan, sampai kapan engkau baru berhenti merongrong keadaan ini?

Sungguh tersiksa. Orang mengurung diri, seperti neraka rasanya bila ketemu dengan orang. Dulu berjabat tangan, cipika cipiki, berangkulan. Tapi sekarang, apa yang terjadi ? Semua berubah. Tidak ada salaman, tidak ada pelukan, apalagi cipika cipiki, malah orang kelihatan -seperti najis ketemu orang, sebentar-sebentar cuci tangan, sebentar-sebentar, pasang masker. Inilah keadaan yang sangat miris lihatnya. Kalau keadaan ini, membuat manusia harus berubah dari segala kebrutalannya, dari kejorokannya sampai saat ini menerapkan hidup yang serba bersih, ini sangat baik, tetapi isolasi, bahkan sampai kepada lock down (negara lain) kalau kami warga +62 masih Jaga Jarak Skala Besar. Ini sangat meresahkan kami. Bosan? Ya, ialah. Siapa juga yang selamanya terus bertahan pada keadaan ini. Sangat tidak bersahabat. Saling jaga jarak, memang enak. Sangat tidak enak. Kemana-mana, tidak sebebas dulu. Masuk kantor pelayanan publik, hand sanitizer wajib pakai dulu sebelum berhubungan langsung. Masker, sudah wajib, bahkan sudah menjadi gaya hidup manusia, sebentar-bentar, menggunakan masker.

Vid, sudah hampir 3 bulan hingga sekarang engkau keliling dunia. Siapa yang tidak mengenalmu, namamu saja didengar orang sangat menyeramkan. Itulah luapan kata-kata seakan berhadapan si COVID-19 ini, hanya dengan menuliskannya sedikit menorehkan harapan walaupun kemungkinan kecil. Jaga jarak, satu-satunya cara memutuskan penyebarannya. Jaga kesehatan, juga mengusik pertumbuhannya. Cuci tangan setiap saat menjadi momok bagi mereka, karena ternyata si virus ini lemah ketika di siram dengan air beserta sabun. Juga dengan panas terik juga dia lemah. Apa yang harus kita lakukan? Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh kita agar bisa menepis segala kemungkinan terpapar. Jaga hubungan jarak jauh juga merupakan beberapa semangat yang terus di kumandangkan oleh manusia yang satu dengan lainnya. Dalam fase pasca fenomena yang mendunia ini, apa yang terjadi?

Sore itu, menjadi momen penting bagaimana tidak, sekelompok kami dalam sebuah lingkungan pekerjaan, tiba-tiba dapat informasi dari GM kami kalau manajemen harus tunduk pada himbauan pemerintah untuk stay home.

Semua beres-beres, dan manajemen mengumumkan kalau operasional dihentikan sementara. Ini sangat miris, bagaimana selama di rumah, tidak ada pendapatan apa-apa. Saya membayangkan bahwa, nanti bisa-bisa orang meninggal bukan karena Covid 19 tetapi karena faktor lain, seperti kelaparan karena kehilangan pekerjaan setelah manajemen perusahaan menghentikan sementara operasional perusahaannya.

Kesulitan semakin terasa. Orang terisolir tidak bisa berbuat banyak diluar rumah. Yang bergerak di bidang jasa, sangat berdampak dengan keadaan ini. Bagaimana selanjutnya?. Tantangan masa depan kehidupan normal kita ini akan berubah. Manusia terkonfirmasi dengan jaga jarak ini akan berkelanjutan.