webnovel

Nulis Asal, Bukan Asal Nulis

Bab ini menjelaskan bagaimana Tulisan Tanpa Judul ini bisa sampai ke gawai-gawainya agan-agan sekalian. Bukan tulisan hebat, tapi minimal bisa menjadi referensi bagi pembaca bahwa tulisan itu tidak harus cakep-cakep nulisnya biarlah memperkaya khasanah pernovelan webnovel.

Jaman dulu menulis, itu benar-benar menulis. Tapi sekarang, kita menulis sebenarnya bukan menulis tapi mengetik.

Dengar kata isolasi, sudah langsung merinding gw. Bagaimana tidak, belum ada persiapan apa-apa tiba-tiba isolasi. Namun, perlu diketahui, tujuan dari Social Distancing (Jarak Sosial) adalah untuk memberi keleluasaan bagi pribadi untuk tidak terkontaminasi dengan virus corona. Ada banyak dampak yang dialami, seperti contoh anak-anak sekolah yang biasa ke sekolah dengan teman-temannya namun, tiba-tiba terputus, tentu akan membawa dampak sosial yang kurang baik. Namun, saya sempat membayangkan kalau hal ini terjadi dimasa dimana belum secanggih hari ini, bukan ini menjadi kelumpuhan total. Artinya sayapun bukan mensyukuri yang keadaan yang ada, namun datang pada saat yang tepat. Dengan adanya teknologi maka Social Distancing, bisa teratasi hanya tidak bisa bersentuhan sementara untuk bisa saling live semua bisa dilakukan. Bahkan dalam masa isolasi ini, ada banyak kegiatan sosial yang terhenti seperti ibadah, pendidikan, acara-acara pertemuan, dan lainnya, sehingga bisa dimaklumi hanya dengan menjaga jarak ini, rantai penyebaran COVID 19 bisa di minimalisir. Entah sampai kapan keadaan masih terus berlanjut. Siapa yang tahu, segala apa yang sedang dibuat diprogram, dihimbau oleh pemerintah semua masih sebatas antisipasi bukan langkah penyembuhan terhadap pasien yang sudah terkena. Selain isolasi diri, juga hal penting lainnya adalah kesehatan. Karakteristik dari COVID 19 ini adalah menyerang kekebalan tubuh maka masyarakat wajib menjaga stamina tetap fit dan asupan gizi harus ada untuk menjaga kekebalan tubuh kita.

Beberapa anjuran dari media sosial yang menurut saya juga belum valid datanya langkah-langkah yang bisa meminimalisir keadaan ini, seperti misalnya ada yang bilang bahwa bawang merah dikupas di letakan dalam sudut-sudut ruangan bisa menyerap virus yang ada disekitar ruangan tersebut. Apakah ini sudah melewati penelitian? Belum ada referensi resmi dari manapun, sehingga sulit rasanya untuk di lakukan namun dengan sedikit keraguan dan juga keinginan untuk terhindar dari penyebaran wabah ini. Hal ini pun dilakukan masyarakat, lalu ada juga informasi bahwa dengan berjemur maka virus itu bisa mati, pertanyaan bagi yang mengidap maksudnya bagi yang sudah terinfeksi atau bagi yang sehat. Karena kalau sinar matahari bisa mematikan virus corona, berarti virusnya sedang ada pada orang yang berjemur itu. Apakah begitu ? Inipun dilakukan oleh masyarakat. Wahai COVID 19, apakah engkau tidak kasihan melihat kami kocar kacir? Terkadang meringis ketakutan, tidak hanya itu ada banyak manusia kehilangan pekerjaannya karena perusahaan tempat dia bekerja terpaksa tutup, apakah engkau tidak kasihan?

Tinggalkanlah kota kami, tinggalkan Indonesia. Betapa banyak manusia telah kocar kocar kau buat. Kalau memang dengan ini kau mau kami dekat kepada Tuhan kami, sudahlah COVID 19 pergilah, kalau perlu ke kutub sana, sudah banyak koq diantara kami yang mulai sadar dan bertobat takut mati. Jangan terus merongrong kami, Apalagi dengan social distancing ini, atau jarak sosial ini, sudah mulai berkurang koq VID, yang namanya GOSIP. Inilah sebuah hasil seleksi yang engkau buat. Walaupun hoaks masih kami konsumsi tapi pada dasarnya kami sudah mulai takut dengan ini, berhentilah. VID, ada banyak diantara kami sudah mulai ketakutan kau buat, bahkan tidak sedikit yang tadinya jarang pulang kerumah, dengan kehadiran mu mereka jadi akur suami istri. Ada banyak koq perubahan semenjak kamu menghantui dunia ini. Namun, jangan terlalu lama, sudah mulai bosan ini dirumah. Apa engkau tega hingga kamu selalu 4 L (lu lagi lu lagi) selama masa isolasi ini. Setiap hari tidak ada pemberitaan dimana-mana, tidak ada pembicaraan yang lain selain bahas kamu. Kurang puas dengan semua ini. Pergilah jauh-jauh tinggalkan kota kami tinggalkan negara kami. Belum lagi jalan-jalan sudah berhasil kau buat seperti kota mati. Kelihatan kendaraan satu-satu. Apalagi yang membuatmu bertahan? Atau kamu masih mau ada banyak korban berjatuhan. ViD, sabarlah jangan brutal begitu. Jangan menyerang membabibuta gitu, kasihlah kesempatan kami manusia lebih menjaga diri. Sebelum engkau datang harus kami akui memang kami sembarangan, bahkan dalam medsos suka-suka kami, kami tahu kamu sangat mengubah segala sesuatu menjadi baik walaupun menakutkan, belum lagi engkau tidak suka kami berkumpul, apa maksudmu, VID? Kalau memang kami kumpul lantas melakukan kemasiatan, nongkrong tidak menentu, kumpul-kumpul ngerumpi, sekarang sudah terhenti, VID, dan sudah tidak mungkin lagi karena takutnya kamu sudah ada dimana-mana walaupun kamu tidak maha hadir, karena yang maha hadir adalah pencipta kita, Dialah Tuhan.

Kalau masih belum puas dengan semua ini, segeralah ViD jangan mudah hinggap sama manusia. Sudah paham koq kami manusia yang lemah ini. Tempat hiburan sudah tidak ada penghuninya kau buat, ok saya setuju dengan itu, tapi ibadah, bagaimana Vid? Masa juga orang harus meninggalkan ibadah?

Pemerintah tidak sedang melarang orang beribadah namun himbauan pemerintah melarang orang berkumpul dalam jumlah besar. Kalau ini juga VID, kamu belum puas, sudahlah biar kami berkumpul kembali, tetapi kalau masih harus kamu penasaran bagaimana iman kami yang ke tempat ibadah ini harus di uji, ya mau bilang bagaimana lagi, namun sudah cukuplah VID, sudah ingin seperti kemarin lagi. Bahkan baru-baru ini pemerintah di beberapa daerah masih memperpanjang liburan anak sekolah. Semua ini, terangkai dalam keseharian dirumah bersama istri dan anak-anak. Ingin teriak, namun kesiapa teriaknya. Ke Tuhanlah, pasti dilakukan siang dan malam. Hal ini menjadi perenungan secara pribadi. Andaikata bisa ngomong kepada COVID 19 ini, maka untaian kata-kata diatas bisa didengan oleh penyakit ini. Sambil menikmati segelas kopi, sambil termenung dan Android ku yang terus membuka aplikasi Webnovel, kali saja bisa di kontrak atau dalam konteks bisa lulus, dan bisa tambah reviewnya, hanya berharap boleh tapi yang menentukan adalah budaya populer seperti di episode sebelumnya dalam TULISAN TANPA JUDUL rasanya ingin di kontrak tapi jangan-jangan juga alasan COVID 19 harus melewati seleksi yang ketat.

Tapi percayalah untuk dikontrakpun bukanlah tujuan akhir, namun berpatipasi dalam konteks ini saja sudah luar biasa bagi saya penulis pemula. Saya tahu tulisan ini acak adut, tapi bukan berarti kaleng-kaleng, tinggal bagaimana pembaca bisa melihat nilai atau pesan dari Novel ini. Dari judul saja sudah tidak semenarik punya orang, ini memang karakteristik tulisan ini, tidak bisa berbasa basi cenderung blak-blakan agar pembaca langsung mengerti dan paham bahwa ternyata begini ya, tidak harus pakai bahasa tinggi juga karena bukan karya ilmiah. Setidaknya saya sebagai penulis Tulisan Tanpa Judul ini sudah mengambil bagian dalam meramaikan blantika Webnovel. Boleh tidak populer boleh tidak seindah yang diharapkan pembaca, tapi ingat ada nilai yang bisa kita pahami, jangan ikutan pada keadaan populer tapi mulai kritis pada setiap hal apapun. Agar kita terbiasa melihat berdasarkan sudut pandang yang terukur tidak seleweran tapi bisa di pertanggungjawabkan. Pembaca biasanya tidak banyak menuntun apa-apa, namun seperti kita tahu bersama, penonton pasti lebih pintar dari pemainnya, sama juga pembaca pasti lebih paham dari penulisnya. Gemporlah jari ini, menulis rata-rata 1000 kata dalam satu episode. Pengorbanan waktu dan jari, harus dilakoni, karena persyaratan harus lulus seleksi, hehehe.

Mendadak rohani, banyak. Emang tidak bisa di hindari, membuktikan bahwa manusia hanya berpegang pada Tuhan. Beberapa yang catatan saya semoga bermanfaat. Yang paling pertama kita sepakat bahwa hal yang sedang melanda dunia ini adalah sepengetahuan Tuhan. Yang kedua bahwa apa yang ada awalnya pasti ada akhirnya. Masa sih, mungkin begitu cara bertanya si pembaca walaupun dalam hati. Yang ketiga adalah seluruh tempat hiburan malam, tutup. Mungkin pembaca sontak bertanya mana mungkin pengusahanya mau tutup. Cari mati, kan sudah diperingatkan jangan kumpul-kumpul. Berarti berdampak dong dengan pendapatannya, ya ialah, karyawannya berapa banyak tuh, yang sudah kehilangan pekerjaan. Memang tidak bisa di tolerir, karena hanya dengan upaya menghindari kontak fisik ini bisa memperkecil kemungkinan penyebaran virus ganas ini. Yang keempat, pemandangan di siang hari bagi beberapa ibu di komplek, ibu-ibu yang biasa ngerujak, tidak ada lagi dan telah menyelamatkan mereka dari dunia hoaks atau gosip. Yang kelima mereka yang biasanya pulang malam, sudah menetap dirumah tanpa harus capek bukain pintu tiap malam oleh istrinya. Yang keenam, perdebatan di ruang-ruang seminar baik akademik maupun non akademik, semua di hentikan. Dan yang ketujuh, tak henti-hentinya tiap hari orang memposting status tentang Covid 19 sehingga membuatnya semakin trending topik.

COVID 19 telah meluluhlantakan semua program dan event yang akan dilaksanakan oleh sekelompok manusia di bumi. Belum lagi yang kasihan adalah bagaimana mereka yang sudah menentukan hari H pernikahan, resepsi pernikahan. Dengan sewa gedung, pra wedding, di gedung yang mahal, apa boleh buat, bukan kalian, semua orang, bukan diskriminatif, tapi ini keadaan darurat. Program TV juga sepi penontonnya, walaupun disisi lain bisa mengurangi biaya bagi penyelenggara acara, namun yang biasanya ramai tiba-tiba sepi kan berdampak juga seakan suasana mati. Pekerjaan-pekerjaan jasa transportasi, juga kena dampak, siapa yang mau naksi, orang semua dirumah. Bahkan ada warung-warung makan pinggir jalan, langsung pasang spanduk, tidak melayani makan di tempat, kalau mau pesan maka diantar. Seakan tidak masuk logika segitu parahnya dampak virus ini. Memang siapa sih dia, dalam hati kecilku ingin ku sobek-sobek mulutnya. COVID 19 telah meluluhlantakan semua program dan event yang akan dilaksanakan oleh sekelompok manusia di bumi. Belum lagi yang kasihan adalah bagaimana mereka yang sudah menentukan hari H pernikahan, resepsi pernikahan. Dengan sewa gedung, pra wedding, di gedung yang mahal, apa boleh buat, bukan kalian, semua orang, bukan diskriminatif, tapi ini keadaan darurat. Program TV juga sepi penontonnya, walaupun disisi lain bisa mengurangi biaya bagi penyelenggara acara, namun yang biasanya ramai tiba-tiba sepi kan berdampak juga seakan suasana mati. Pekerjaan-pekerjaan jasa transportasi, juga kena dampak, siapa yang mau naksi, orang semua dirumah. Bahkan ada warung-warung makan pinggir jalan, langsung pasang spanduk, tidak melayani makan di tempat, kalau mau pesan maka diantar. Seakan tidak masuk logika segitu parahnya dampak virus ini. Memang siapa sih dia, dalam hati kecilku ingin ku sobek-sobek mulutnya. COVID 19 mengarahkan masyarakat dunia mengisolasi diri, hebat ya dia, tanpa basa-basi semua orang jaga jarak sosialnya, ada baiknya juga sih, hanya manusia semakin berkembang menjadi pribadi yang egosentris, bagaimana tidak, di isolasi dalam kurun waktu sekian lama, tidak berhubungan dengan dunia luar, juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya. Orang lebih mengurus diri masing-masing, menjadi pribadi yang eksklusif dan tidak saling mengenal di dunia nyata, dunia maya jadi ruang publik yang sangat efektif dalam berkomunikasi. Dan bersyukur masih bisa berhubungan di media sosial walaupun tidak seenak bertatap muka langsung. Dan keberadaan media ini telah memberi kontribusi besar dalam menghadapi masalah COVID 19 ini.

Kalau jaman dulu, orang begitu memasuki tempat-tempat ramai, atau acara seperti ibadah misalnya, maka di arahkan atau dihimbau agar orang tidak menyalakan Handphone dan sekarang semua berbanding terbalik semua orang disuruh agar menyalakan Handphone untuk mendengar Live Streaming dari ceramah/khotbah. Kita berharap agar fenomena ini cepat berlalu dan bisa memulihkan segala keadaan keterpurukan yang ada. Kita terus berharap kepada Tuhan segera menghentikannya dan para profesor yang bergelut di dunia medis agar bisa menemukan vaksin si virus yang parah ini. Sore ini, senang bisa menikmati udara segar di sore hari sambil bergerak keluar rumah sebentar sama anak-anak, jalan sore. Dan rasanya kita hidup tidak seperti biasanya karena, orang semua menutup hidungnya dengan menggunakan berbagai penutup hidung. Bentuknyapun sudah tidak seperti masker yang biasanya, tapi orang memodifikasi segala sesuatu untuk menjadi seperti masker. Sampai segitunya, ia karena virus ini sangat membahayakan terutama bila ada kontak fisik bersalaman misalnya atau bersin maka bisa menularkan dengan cepat. Lebih baik menghindari daripada mengobati.

Melihat mereka pakai masker kami pun tidak mau ketinggalan bukan sebagai rasa partisipasi saja, tapi memang virus ini telah memberi efek ketakutan yang sungguh mengerikan bagi siapapun. Tidak ada yang kebal terhadap virus ini, tidak ada yang sok-sok menantang, karena begitu sudah terjangkit maka dalam waktu yang relatif singkat bisa menghancurkan sistem kekebalan tubuh, paru-paru di hantamnya, sehingga pasien yang terkena langsung susah bernapas dan langsung lewat. Penanganan seperti apa yang bisa dilakukan oleh tim medis, paling membantu untuk oksigen alat pernapasan, selain itu, tidak ada obat atau belum ada obat yang spesial menangani virus ini. Pola hidup sehat, pilihan hidup kita agar tetap terjaga, pola makan yang teratur juga menjadi gaya yang harus di terapkan.

Penggunaan hand sanitizer juga harus lebih hati-hati karena mengandung alkohol. Dalam beberapa hari terakhir dalam beberapa grup WA informasi kalau ada yang sudah korban terbakar, habis mengenakan hand sanitizer dan menyalakan kompor, ntah ini benar apa tidak belum tahu juga kebenarannya, tapi bagi kita yang mengenakannya, lebih hati-hati saja, jangan langsung menyalakan yang berhubungan dengan api karena hand sanitizer ada alkoholnya dan biasanya habis pulang dari perjalanan, jangan langsung masak-masak, ada baiknya segera cuci tangan bahkan di anjurkan segera mandi agar seluruh kontak di luar sana, bisa segera tercuci dan anggota keluarga kita bisa selamat.