webnovel

Economic Impact

Dilihat dari episode nya, koq sepertinya lompat-lompat gitu ya. Itulah kebiasaan kita malas mikir. Kita sudah sering disuguhkan dengan sesuatu yang rapi, rentetan yang teratur, bahkan kita maunya disertai dengan keterangan-keterangan gambar agar kita terbantu membayangkan apa yang sedang kita baca. Sayapun mau begitu. Namun, itulah bedanya tulisan ilmiah. Kalau menurut metode penelitian wajib hukumnya sistematis bahkan harus diurai sedemikian rupa agar judul yang dibahas bisa menghasilkan nilai akademik yang baik, namun yang kita tulis ini kagak menuntut begitu, namanya saja tulisan tanpa judul. Kalau saya bilang suka-suka gw kayaknya kagak asik dengarnya... Sejauh sampai ke ruang pembaca, sudahlah itu, bisa diikuti dan tidak menyalahi aturan penulisan yang sudah ditentukan,sah. Aneh kalau saja menyesuaikan dengan keinginan anda yang sedang membaca ini. Sehubungan dengan keadaan yang semakin mencekam, pemerintah mengambil langkah untuk menerapkan libur darurat bagi peserta didik. Disisi lain, agak riskan bagi anak-anak apalagi musim ujian mid semester, tetapi inilah tepat karena melihat intensitas penyebaran COVID-19 ini dimana-mana. Bila dilihat dari parahnya virus ini tidak separah yang pernah ada, namun begitu menakutkan karena sangat mewabah begitu cepat. Penderita yang sudah terjangkit harus di isolasi guna menghindari kontak dengan dunia luar. Seluruh kalangan menjadi waspada, tidak hanya anak-anak sekolah, lingkungan perusahaan pun ikut mengalami dampak ini. Hari ini, sangat menakutkan. Sebagai penulis ingin menyampaikan bahwa kepanikan kita tidak membantu mengurangi kadar tertulis virus ini. Langkah persuasif tentu diperlukan guna memastikan steril dan jaminan yang pasti adalah ketika kita mampu menjaga stamina tubuh dan menghindari hal-hal yang memicu timbulnya kelemahan fisik. Di tempat lain, sekalipun belum ada pengumuman resmi tentang penemuan vaksin dari virus ini, namun kita percaya ada kelompok sains yang sedang berjuang siang malam mempelajari karakteristik dari virus ini sehingga sudah mulai beberapa hipotesa yang bermunculan dimana-mana yang sifatnya masih ke pencegahan belum ke penanganan pengobatan. Bahkan hal nyata yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun rumah sakit di pulau Galang Batam khusus penanganan penyakit sejenis Corona.

Sejak COVID-19 menjadi viral dan trending topik di dunia, pada saat yang bersamaan, kota ini, Batam sangat mengalami dampak terutama dalam hal ekonomi. Berkurangnya pengunjung ke kota ini, sehingga perputaran ekonomi sangat terganggu, bahkan beberapa bidang jasa tour travel dan main-nya pariwisata lumpuh total sehingga revenue sangat terganggu, yang akhirnya Kementerian Keuangan memberikan kompensasi kepada para pelaku usaha untuk tidak memungut pajak penghasilan selama waktu 6 bulan. Segitunya parahnya dampak dari virus ini. Hal lain yang tidak kalah mengejutkan ketika pemerintah mengumumkan bahwa di kita ini rumah sakit dibangun. Walaupun belum jadi rumah sakit nya namun kepanikan dan kekuatiran dari pelaku usaha sangat terganggu. Investasi menjadi terhambat, tidak hanya di bidang pariwisata namun di beberapa perusahaan perkapalan dan industri elektronik jadi terganggu dalam hal alur raw material yang sebagian berasal dari negara Cina. Sangat miris, saya seorang dari juta-an manusia dikota ini mengalami dampak yang sama. Pengelola hotel di tempat saya bekerja serasa mau angkat tangan tidak kuat kalau hal ini berkelanjutan. Bagaimana tidak, pemasukan tidak ada, pengeluaran sudah tetap. Harus bayar listrik, air dan operasional lainnnya.

Semua panik, bahkan lama-lama orang dihantui oleh keadaan ini. Bisa-bisa orang meninggal bukan karena covid 19 tapi karena ketakutan dan kepanikan. Beberapa menit yang lalu, saya ke sebuah bank, suhu badan diukur, dan dipintu sudah tersedia hand sanitizer, sepintas baik namun apakah dengan semua ini bisa terhindar dari panggilan Tuhan? Sesungguhnya tidak, namun waspada adalah langkah yang diambil manusia untuk menjaga dirinya. Jaga kesehatan perlu, stamina apalagi. Tetapi ingat terus berharap bahwa Tuhan yang mampu mengendalikan semuanya ini.

LockDown yang dilakukan oleh pemerintah adalah langkah yang tepat untuk mengantisipasi penyebaran, bahkan meliburkan kegiatan pembelajaran peserta didik, juga langkah progresif untuk meminimalisir keadaan. Bahkan himbauan dari pemerintah selama 14 hari ini untuk tidak berkumpul-kumpul termasuk dalam kegiatan keagamaan, agar mata rantai penyebaran wabah ini, tidak signifikan. Berat rasanya, tapi bagaimana lagi tidak hanya kita, semua orang wajib. Pesannya adalah jangan membandel, tolong ikut apa yang pemerintah himbau, agar seluruh kita bisa dalam satu arahan. Karena bila kita bandel dan tidak mau mengikuti arahan atau himbauan pemerintah, maka kita sendiri yang rugi. Hal yang tidak kalah penting, bagi kita yang memiliki anak-anak juga mengarahkan agar lebih banyak di dalam rumah, dan menjaga kesehatan yang paling penting, selalu cuci tangan dengan sabun, kalau ada sanitizer, ya silakan dan penggunaan masker bila ada silakan. Sinergi pemahaman himbauan pemerintah diantara masyarakat, adalah kunci memperkecil penyebaran COVID-19. Juga kita wajib.

Himbauan inipun sudah menyeluruh keseluruh lapisan masyarakat agar menghindari keramaian atau dengan kata lain kita mengisolasi diri untuk mempertahankan daya tahan tubuh dan juga terus terjaga. Dampak ekonomi sudah bukan sebuah kondisi biasa, tapi sudah ke ambang krisis. Selama 14 hari menghentikan kegiatan bisnis, perkantoran dan lainnya, berapa besar perputaran ekonomi yang terhenti. Di kota tempat saya tinggal, sangat merasakan dampak ini, kota ini adalah kota transit lintas negara. Bayangkan kalau weekend begini, maka yang memenuhi kota ini adalah mereka dari negara tetangga, yang bisa pulang pergi dalam satu hari. Dan sebaliknya, kita orang Indonesia juga berkunjung ke seberang hampir setiap akhir pekan begini,. namun dengan kebijakan ini untuk menghindari keramaian dan juga tidak boleh keluar rumah terlalu ramai, maka sangat berdampak pada berbagai bidang kehidupan. Transportasi laut antara negara, transportasi kota,. tur dan travel, restoran, dan penginapan. Semua seakan disambar petir. Omset menurun drastis, jalan-jalan sepi. Begitu terganggu ekonomi oleh COVID-19 ini. Harapan kita harus tetap melakukan langkah-langkah yang aktif seiring himbauan yang disampaikan oleh pemerintah.

COVID-19 bukan hanya sekedar fenomena tapi sudah realita yang sedang terjadi. Jangan abaikan terus update informasi. Sore itu, begitu cuaca baik tetapi semua jalanan sepi. Bayangkan berapa banyak perputaran ekonomi terhenti sejenak, menghindari kontak fisik. Entah berapa lama nih wabah, berlalu. "Koq gak berangkat bro", "sapa ku ke tetangga rumah ku", sambil ke teras depan rumah ku, "kayaknya lebih baik dirumah bro", "sahutnya". Saya melihat dia seakan, sedih" Bagaimana tidak, harapan satu-satunya ngandelin baso keliling, anak sekolah dan keluarga berasal dari sumber yang sama. Diapun pasrah. Sambil menatapnya saya semangati beliau, tenang pak, semua pasti berlalu. Kita bisa ada saat ini, sudah anugerah terbesar dari Tuhan.

Dampak Ekonomi, sangat tidak bisa dihandari dari gangguan COVID 19 ini, di tambah dengan pemberlakuan isolasi diri di rumah, ada banyak bidang usaha terhenti, dan di beberapa sektorpun misalnya bertahan untuk tetap jalan seperti rumah makan, pedagang keliling, sangat berpengaruh dengan sepinya pembeli. Harapan yang besar bisa segera pulih. Masyarakat bergandengan tangan untuk terus menjaga untuk tidak berada pada keramaian yang mengakibatkan kontak fisik kepada banyak orang karena riwayat perjalanan setiap orang tidak bisa kita deteksi sehingga memilih untuk menghindarinya.

Tuhanlah kekuatan bagi kita. Di momen ini, ada kalanya kita berupaya, namun apa daya selain menaikkan doa kepadaNya. Jangan seuzon, main-main dengan ancaman Virus ini, sangat membayahakan. Di kesempatan ini, sayapun akhirnya ikut wa-was dalam setiap keadaan. Dan apa yang pernah kita tahu dulu ada satu peribahasa "Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh", kayaknya pernyataan ini sudah BATAL dan tidak berlaku saat ini. Bisa menjadi catatan sejarah, bahwa ternyata peribahasa itu, sudah BATAL oleh sebuah keadaan yang melanda dunia saat ini, walaupun kita tahu dalam sejarah peradaban manusia, diadopsi dari waktu ke waktu, dan diwariskan secara turun temurun tentang peribahasa tersebut, namun hari ini tepatnya kita bisa memahami telah menjadi : "BERSATU KITA RUNTUH, BERCERAI KITA TEGUH". Sungguh menakutkan, seram, kesannya horor, mengapa, alasan satu-satunya bahwa hingga tulisan ini terangkai belum ditemukan Vaksin, walaupun para pakar medis sedang berjuang siang dan malam untuk mempelajari karakteristik dari Virus yang mematikan ini, untuk menemukan obat yang pas. Dalam bidang ekonomi sungguh membawa dampak yang sangat parah. Ketika pemberlakuan LockDown, walaupun kita belum secara resmi dilaksanakan, namun dengan mengurangi aktifitas langsung maka seketika membawa dampak buruk dalam perputaran uang, atau transaksi ekonomi.

Sembari para ahli sedang berjuang mencari formula vaksin virus ini, maka pelan-pelan ditemukan cara-cara penangan dini, seperti misalnya informasi bahwa virus ini, tidak bertahan pada suhu tinggi, maka masyarakat mendapat informasi ini dan terus berjuang bagaimana bisa berjemur di jam tertentu di kala matahari ada. Namun, apakah ini, benar adanya? Semua berkembang seakan tidak bisa di bendung, semakin hari semakin membicarakannya maka ada saja hal-hal yang baru yang mengikutinya. Bagi kita masyarakat umum, selalu melihat sumber informasi yang kita konsumsi karena tidak satu dua yang juga hoaks tanpa bisa dipastikan kevalidannya. Cara-cara yang bijak menjadi pilihan yang tepat dalam memerangi virus ini. Tidak cukup dengan doa, apalagi dengan pendekatan iman, namun, Iman dan Doa satu paket rohani untuk memberi ketenangan bagi umat bahwa Tuhan sanggup mengendalikan segala sesuatu. Bila kita lihat betapa berkembangnya penyebaran virus ini, akibat kontak langsung dengan para PDP (Pasien Dalam Pengawasan) maka himbauan pemerintah harus dipatuhi untuk memutus penyebaran virus ini. Sangat-sangat menakutkan, tetapi semua bisa dilewati kalau masyarakat taat dan patuh pada himbauan yang ada. Untuk masyarakat umum dengan mengisolasikan diri di rumah, ia sangat baik terhindar dari penyebaran virus corona, namun masalah sosial yang muncul ketersediaan bahan pokok keluarga yang kian hari kian menipis. Apa langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Seiring dengan Social Distancing, namun perlu juga dipikirkan ketika masyarakat disuruh dirumah, maka kebutuhannya bagaimana? Kehadiran negara seperti apa dalam hal kebutuhan pangan masyarakatnya. Dia terbebas dari penyebaran virus karena terisolasi dirumah, tetapi kebutuhan yang menipis, bisa saja timbul penyakit yang baru berhubungan dengan kelaparan. Semoga juga pemerintah memikirkan ini, sekalipun hanya nuansa imajinasiku dalam menggambarkan apa yang terjadi ini, sekalipun saya menulisnya di NovelToon ini bukan berarti representatif dari masyarakat. Saya tidak sedang mewakili kelompok masyarakat, tapi tulisan ini tidak serta merta menjadi acuan terhadap apapun. Saya berandai saja, namanya saja Novel, sudah ditulis beginipun, dan juga realita yang benar-benar terjadi, pembacanya cuek saja itu, berlenggak seperti tidak ada apa-apa, maklum masa-masa yang menegangkan. Boro-boro terganggu dengan informasi ini, malah mereka sedang asyik dengan mobile legendnya, PUBG nya, HAGOnya, dan lainnya. Inilah gambaran anak muda kita saat ini. Corona ? serasa tidak ngefek sama mereka. Biasa saja nampaknya. Ekonomi? Apalagi bicara ini, mana mau tahu, mereka taunya apa yang mereka butuhkan ada, mereka tidak mikir kita orangtua begini sangat stress memikirkan ini semua.

Pembangunan RS penanganan CORONA juga langkah pasti yang tepat yang di ambil oleh pemerintah pusat, yang dibangun di sebuah pulau di wilayah barat, tepatnya Kota Batam, di Pulau Galang. Sangat baik, dan keliatannya juga masyarakat disana tidak ada penolakan semua berjalan dengan baik. Kita bersyukur ada langkah-langkah yang diambil, namun saya kuatir ketersediaan fasilitas saat ini, tidak begitu signifikan dalam penanganan pasien Corona ini, karena Vaksinnya masih belum di temukan. Apakah ini sudah akhir jaman sebagaimana diwahyukan kitab suci ? Hemmmm, saya terdiam beberapa saat, juga terhenti sejenak karena sudah jam 12 siang, jam makan siang tiba.

Tak terasa, satu jam berlalu, dan makan siangpun sudah, tinggal ngopinya nih. Hehehe, maklum sudah terbiasa ngopi abis makan. Kebiasaan yang dibiasakan akhirnya menjadi kebiasan. Apa sih, koq gak nyambung gitu, heheheh, penulis yang gak nyambung apa yang lagi baca? Semua jangan disambung. Teruskan saja. Yang belum makan, gih, makan biar daya tahan tubuh terjaga. Karena bila daya tubuh kita lemah maka otomatis kita mudah terserang oleh virus ini. Maksudnya bila tertular. Itulah sebabnya di suruh jaga jarak, kayak melihat mobil kursus nyetir saja, heheheh, tulisan di cap belakang "JAGA JARAK", karena kalau gak, nabrak. Aya-aya wae, pikirku, terutama kita masyarakat +62 ini, sangat sulit di berikan himbauan, selalu memberi alibi yang kadang merugikan diri kita sendiri. Tapi ketika sudah terpapar baru tahu. Bahkan ada di beberapa media, dimana ada keluarga yang meninggal karena COVID 19 dan dari Rumah Sakit sudah di bungkus plastik artinya mengamankan agar tidak menularkan virus tersebut, sesampainya di rumah malah di buka dan di peluk-peluk, sebagai rasa sayang kepada keluarga, namun bisa dibayangkan bila mana virus ini menyerang bisa dipastikan satu rt bisa terinfeksi, inilah fenomena masyarakat +62 yang masyarakat luar negeri tidak punya, hehehe. Seharusnya dengan menaati himbauan ini, bisa memutus mati rantai penyebaran virus corona ini, tapi terkadang oleh kondisi masyarakat yang mengabaikan ini malah menjadi malapetaka, dan bukan memutuskan penyebaran malah mengembang biakkan. Perlu agak ekstrim dalam penanganan masyarakat +62 untuk mengajak taat dan patuh pada aturan yang berlaku.