webnovel

Budaya Populer

Budaya populer sudah merambah kemana-mana, bahkan tidak sedikit yang sudah terkenal olehnya, bahkan menjadi buah bibir orang. Viral itulah istilah yang belakangan telah menghiasi Judul setiap pemberitaan media manapun, dan menjadi konsumsi publik. Apalah namanya, tapi sudah menyedot perhatian masyarakat. Tidak kalah menarik bagi penulis juga menyisipkan hal ini di tulisan Webnovel. Bahkan dalam event pencarian bakat, sering KEVIRALAN menjadi tolak ukur dalam penilaian, menjadi tiba-tiba saya ingin memberi judul sekalipun tulisan ini Judulnya adalah "Tulisan Tanpa Judul". Lalu bagaimana dengan tulisan ini?

Saya tidak berharap Viral atau populer, atau apalah sebutan nya, tetapi minimal pembaca memahami bahwa judulnya adalah Tulisan yang tidak ada fokus terhadap hal tertentu. Ada kisah didalamnya. Tidak sabaran ingin mengatakan, bahwa saat ini, remaja milenial, sudah menjadi generasi yang serba populer. Diawali dari perkataan, lalu di share ke media sosial dan lama-lama menjadi viral, apalagi di tambah dengan ketersediaan aplikasi yang memberikan beberapa template yang bisa di edit dan sungguh memberi nilai entertainment.

Sedang mengetik tulisan ini, eh rekan sekerjaku mendekat, pak bro,"panggilnya". Ada bro, "sahutku", sambil mengarahkan pandanganku ke arahnya. Bro, bagaimana ya tentang fenomena penyakit yang mendunia saat ini?, "dengan nada sedih", sayapun menyambung perkataannya, ialah bro". Kita hanya bisa pasrah, menurut aku, sih, perlu menjaga pola hidup saja menunggu mujizat dari Tuhan untuk menghentikannya. Karena,bro kita serapi apapun masker kita, kalau penyakitnya menyerang, siapa yang bisa menahan. Ngeri ya bro,"lanjutnya. Tadi pagi saya liat beberapa broadcast di WAG terus info tentang penyakit tersebut. Seketika saya melihat matanya dan seakan berbicara bahwa, Tuhan lewatkan kami dari ancaman ini. Saya terus memberinya semangat bahwa yang bisa kita lakukan menjaga kesehatan, dengan membudayakan pola hidup bersih, dan tentu yang paling berharga adalah menyerahkan diri kepada Tuhan.

Hingga tulisan tanpa judul ini tertulis, dan virus yang sedang menghebohkan ini, belum ada vaksinnya, namun di pastikan ketika imun atau stamina / daya tahan tubuh kita baik, maka percayalah bisa tercover. Apakah ini menjadi harapan terbebas dari ancaman ini, bukan sebuah jaminan, yang pasti itu ketika Tuhan menghentikannya. Bagaimana kita berharap Tuhan akan menghentikan nya? Sedikit aneh pertanyaan ini, tapi ini fakta, bahkan saya sendiri juga bergumul dengan pertanyaan ini, namun bagi kita yang percaya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi, maka kita bisa memahami bahwa Tuhan yang kita percayai mampu mengendalikan ciptaannya.

Popularnya penvakit ini telah menenggelamkan isu lain saat ini dan menjadi topik trending. Bagaimana tidak, peryataan dimana-mana bahwa sudah merambah kemana-mana. Sangat populer, dan dampaknya sudah menjadi isu global. Di daerah tempat saya tinggal bahkan sudah diambang krisis, sebuah daerah industri yang beberapa raw material dari salah'satu Negara yang terkena wabah penyakit ini. Sangat miris, mengganggu perekonomian masyarakat, ribuan pekerja terancam kehilangan pekerjaan. Hal ini tidak sekedar viral sudah menjadi kejadian yang luar biasa.

Tulisan Tanpa Judul, menjadi populer oleh budaya Populer bila nantinya di view oleh llpembaca, hanya harapan penulis agar bisa dimaknai sebagai sebuah tulisan yang bernilai. Judulnya tidak sepopuler tulisan novelis lainnya, tidak seindah kata-kata yang dirangkai oleh penulis yang sudah dikontrak oleh NovelToon, tapi yang harus dipahami bahwa dalam ketidakpopuleran itu ada makna. Yang populer bukan untuk mengalahkan yang tidak populer, tapi biarlah mereka berdampingan memberi warna bagi warga pembaca NovelToon. Budaya populer, saya sisipkan ditulisan tanpa judul agar pembaca memahami dan bisa juga membaca hal lain yang mungkin tidak Populer, ada banyak hal yang tidak Populer tapi didalamnya banyak pengetahuan. Seperti tulisan ilmiah misalnya, belakangan ini pasti masyarakat sangat tidak menyukainya. Pergeseran ini menjadi momok bagi dunia pengetahuan kedepan (analisa pribadi, gan).

Budaya Populer tidak selamanya baik, perlu kajian dan pertimbangan kepada masyarakat. Yang tidak Populer juga bukan pilihan nya untuk tidak Populer tetapi karena ukurannya adalah KEVIRALAN maka yang benar itu jauh dari KEVIRALAN, sehingga yang lucu, seru dan sedang hits itulah yang viral, namun nilai kebenarannya apakah Viral menjadi tolak ukur nya?

Viral Vs Populer

Ada banyak yang ingin terkenal apalagi mereka yang usia remaja, SMA sederajat,. atau mungkin warga kampus. Bahkan bahaya pun terkadang diabaikan demi sebuah momentum pembuatan video durasi pendek mereka. Sangat miris memang tetapi pilihan yang ada saat ini KEVIRALAN. Apakah kalangan tertentu yang mewabah kepopuleran ini? No, no no, semua kalangan sudah dirambahi oleh demam ini. Sedang asik ngopi, eh ada saja teman sekerja saya mengajakku membuat salah satu video durasi pendek, ayo pak, "katanya" , sayapun konsentrasi sedang tidak disana, malah saya jawab ngasal, "ayo kataku", namun langsung dikeluarkan handphone nya dan lantas mau ngerekam, untung saja saya sigap, no,no,no ,"kataku", apa-apaan nih, emang gw, kayak lu pada","nadaku agak tinggi". Dia pun senyum kesal,gitu namun saya jelaskan bahwa bukannya saya tidak mau, apa kata mereka yang sudah duluan viral tiba-tiba kita nongol, mending juga langsung viral.

Saya melihat wajahnya ga apa-apa sih, seperti tidak terganggu apa-apa gitu. Syukurlah belum jadi direkam. Namun, saya berusaha mencarikan suasana agar jangan berkesan mengabaikan ajakannya. Ada-ada saja pikirku. Saya tinggalkan mereka, dan saya langsung ke ruangan ku, dan emanglah, teman office ku juga sedang bikin video. Ada apa ya sebenarnya, begitu viralnya aplikasi tersebut. Rasa penasaran ku mulai timbul seketika, tapi kayaknya gak seketika deh, dari awal tulisan tanpa judul ini sudah mulai saya penasaran, hehe.

Saya pun melihat konten yang mereka buat, sangat inspiratif tapi saya tetap konsisten pada pendirian masa segala sesuatu harus kita ikutan dan seakan latah? Tidak pokoknya tetap tidak. Lagian kita tidak butuh proses apa-apa dalam pembuatan tersebut secara tidak langsung sudah membuat orang lain lebih kreatif lagi kita sama sekali tidak punya peran apa-apa. Sampai kapan kita begini terus, walaupun suara ini hanya dalam batin ku, juga menjaga perasaan teman sekantor ku. Kalau dibilang lucu, jangan tanya , sudah sangat lucu. Hanya terkadang kelucuan itu tidak berdasar, premisnya ntah kemana-mana, masih mending menurut ku konsepnya stand up, ada alur kelucuannya. Hal ini maksudnya budaya Populer ini sudah merambah naik ke kalangan atas. Beberapa tayangan selevel kepala daerah, sudah sangat viral dan diterima tidak diterima emang sudah viral, hehehehe.

Itulah keadaan yang tidak bisa dipungkiri. Jangan berhenti berkarya sekalipun ikutan dalam karya orang. Sekaligus membuat ide kreatif lainnya. Menjadi viral jauh lebih bernilai ketika melewati proses penelitian yang valid, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kepada khalayak banyak. Apakah mengganggu kreatifitas kita? Menurut saya tidak. Kalangan SMA sederajat sangat berpotensi dalam menghasilkan karya yang bisa dibanggakan. Pesan dari rangkaian kata ini, jangan terlalu cepat mengkonsumsi tayangan yang membumi, namun ambil sikap netral dan bersikap menghargai segala karya yang ada. Cari kebenaran bukan ikutan pembenaran. Seketika saya pulang kantor siang itu, dan ketemu dengan anak SMU yang kebetulan juga sekolahnya menjadi tempat penelitian kuantitatif yang sedang saya kerjakan. Akhirnya saya menyapanya dengan sedikit menurunkan derajat ku menjadi seperti anak sekolahan usia dia. Lagi ngapain bro, "sapaku". Lalu dia menoleh ke arahku, dan menjawab","ada apa om?" ,"Jawabnya sambil memegang smartphone ditangannya. Saya melihat, sepintas dia sedang memainkan sesuatu. Rasa ingin tahu ku semakin muncul, kuparkirkan motor ku, dan ku dekati dia, emang suka main Gim Daring juga ya om, "lanjutnya", hahaha saya senyum tipis tanpa menjawab apapun, kayaknya tidak deh, "basa basiku", diapun tanpa peduli kehadiran ku, saya memahami dia takut AFK karena kalau gak selesai stage nya bisa ngulang dari awal.

Begitu selesai levelnya tamat, dan kayaknya sih smartphone nya low bat, maka dia agak serius mendekati ku,"om katanya. "Lalu saya jawab agak tegas, "ia nak, ada yang saya bisa bantu?" Malah dia ketawa, dia langsung nyeletuk, kayaknya om hobby juga deh main Gim Daring... hahahaha, "saya pun malu gitu, sok tahu ah, "jawabku" , malah dia semakin menertawakan ku, hanya disini suka ngelag om, Karena WiFi nya bandwidth sangat kecil padahal jurusan kami sangat membutuhkan jaringan data yang cukup besar. Oh, gitu ya, seakan saya membenarkan apa yang sedang dia jelaskan. Saya boleh bertanya beberapa pertanyaan?, "Boleh om, sahutnya. Sambil saya ambil peralatan tulis, dia sudah langsung standby main Tiktok hahaha malah menyuruhku, liat om ke sini, "suruhnya", koq saya tiba-tiba kayak anak kecil ya, hahahaha... Dan momen itu tak terhindarkan, berhasil dia rekam.

Begitu saya mulai menanyakan tentang penelitian ku, saya pastikan dia mengerti apa yang sedang saya lakukan. Dan emang, ya anak-anak jaman Now, ada aja buat ngelaknya, dan saya pikir ada benarnya juga, dia langsung bilang,"om yang gitu-gitu jangan sama siswa, lebih baik om saya antar ke ruang kepala sekolah." Sayapun langsung potong, "gini-gini, ketemu kepala sekolah pasti, namun saya ingin bertanya beberapa hal saja, "apakah sudah lama bermain Gim Daring? ehmmm,. dia diam sejenak, dan sambil menggaruk kepalanya seakan mengingat satu waktu, "dia jawab," kayaknya udah lama deh, om, sejak saya dapat kepercayaan dari papa mama megang gawai".

Saya melihat ke arahnya, dan saya liat dimatanya ada kejujuran. Lalu saya lanjutkan,"seberapa lama main Gim Daring setiap hari ? Tidak lama lah om, kan saya sekolah, lagian main Gim Daring itu sekedar refreshing aja mengimbangi kesumpekan dalam belajar. Mulai saya menatapnya kembali dan saya jujur, melihat aura kepintaran dari tatapan mata si Gilbert itu, saya pun langsung tahu namanya karena kebetulan temannya lewat dan memanggil nya. Gilbert sudah kelas berapa? "tanyaku, lebih dekat". "Saya, kelas XII, om, dan ini hari-hari menengangkan karena persiapan menghadapi UN (Ujian Nasional) ","lanjutnya". Saya memberinya semangat dengan menepuk pundaknya, sambil berkata,"Gilbert pasti bisa". Dia pun pamit bergegas meninggalkanku, dan sepertinya sudah mendekati jam pulang, sayapun tidak mungkin mengganggu aktifitas anak-anak disini, saya akan hubungi kepala sekolah secepatnya untuk atur waktu meminta izin dalam penelitian yang akan saya lakukan di sekolah mereka.

Seketika itu juga saya langsung pulang kerumah dan cuaca sangat panas terik padahal sudah pukul 15.15 wib, mungkin hawa yang begitu panas ini akibat kurang lebih 3 bulan jarang turun hujan. Diperjalanan pulang, tiba-tiba kendaraan sangat padat, sempat terhenti beberapa saat tanpa tau penyebab, sayup-sayup terdengar obrolan dijalan raya, infonya sedang ada demo SPSI dengan menuntut agar UU Ketenagakerjaan di review kembali, tanpa saya hiraukan saya terus konsentrasi pada kendaraan yang sangat padat,. jalan raya macet total walaupun sebenarnya dalam 15 menit sudah bisa sampai rumah. Karena melihat macetnya jalan raya, maka saya putuskan untuk minggir sejenak dan ambil waktu kabari kerumah, kalau agak telat, macet banget. ,.. Sayapun menghubungi orang rumah," ma, kataku","ia, pa", "ini Steev", "mama lagi masak","oh, bilang mama ya, papa agak telat karena macet","ok pak, hati-hati".

Sambil terhenti di pinggir jalan, saya melihat jam, sudah hampir pukul 16.00, dan jalanan semakin macet, karena jam pulang karyawan. Sayapun inisiatif sambil nyalakan kendaraan, dan sesaat ada suara sirine, kebetulan ambulans lewat, dan kesempatan baik pikirku, dan benar saja, begitu ambulans itu lewat maka seketika kemacetan terurai menjadi ikut semua dibelakang ambulans, emang ya orang kita ini, pantang ada kesempatan selalu dimanfaatkan sebisa mungkin, dan akhirnya sayapun bisa sampai dirumah hampir 2 jam perjalanan, senang rasanya walaupun capek, pegal menahan rem kendaraan karena tidak bisa kencang karena ramainya kendaraan di jalan raya. Itulah sore itu, semua baik dan tidak ada kendala yang berarti. Budaya populer sudah menjadi gaya kehidupan nyata jaman ini. Tidak bisa lagi dipungkiri betapa kuatnya pengaruh KEVIRALAN,. dampak dari pemanfaatan internet, tidak menunggu menit, jam, hari, minggu, bulan apalagi tahun untuk menyampaikan sesuatu, hanya dalam hitungan detik, semua terkoneksi dengan cepat sekali, oleh sambungan data dan bandwidth yang menghubungkan kita dengan dunia luar. Bahkan akhir-akhir ini kita kenal dengan istilah industri 4.0 dimana segala sesuatu dibuat secara digital, dan mungkin kedepan visualisasi bisa juga secara virtual.

Indonesia harus menerima pertumbuhan ini, dengan kebutuhan yang sangat tinggi pada dunia bisnis dan pertumbuhan ekonomi negara. Artinya mau tak mau wajib menerima pertumbuhan dunia digital yang sangat tinggi. Dunia pendidikan sudah pasti menjadi pelaku Industri 4.0, materi pembelajaran sudah tidak lagi secara fisik, tapi sudah dalam bentuk e-book, dengan kecanggihan teknologi yang tinggi. Ditambah berkembangnya media sosial lainnya, seperti WhatsApp yang begitu banyak berkontribusi kepada masyarakat pengguna data, sebagai alat menyampaikan informasi, menerima informasi, mengirim data, menerima data, dan membagikan nya kepada rekan dalam satu grup. Semakin hari semakin berkembang, ntah apalagi aplikasi berikutnya dan media sosial yang akan dikembangkan oleh pengembang aplikasi, karena untuk memfasilitasi industri 4.0 harus memiliki media lain agar bisa berjalan.